Kutatap kepergianmu, Za, dengan hati pedih. Maafkan aku. Aku tak berani mengejarmu. Karena langkahku terhenti oleh suara renyah itu.
"Kak, sejak tadi aku mencarimu!"
Â
 ***
Nara menggamit lenganku. Mengajakku pergi meninggalkan taman yang mulai sepi. Sejenak aku menatap jejak yang tertinggal di atas rerumputan. Jejakmu, Za. Aku masih bisa melihatnya dengan jelas di sana.
"Kak, sore ini kita akan fitting baju pengantin," suara Nara membuyarkan lamunanku.
Aku masih membisu.
Â
 ***
Benarkah ini cinta? Mengapa terasa begitu menyakitkan? Aku sama sepertimu, Za. Sakit. Sebab cinta yang tak mampu kugenggam. Cinta cuma sebatas angan. Hanya karena aku ini laki-laki, Za. Jadi pantang menangis.
"Kakak, gaun mana yang paling cocok untukku?" tanya Nara mengusik lamunanku.