Sesaat sebelum menutup pintu, kudengar laki-laki itu berbincang dengan temannya yang berdiri di depan pintu.
"Bagaimana dokter?"
"Yup, bisa kutangani."
"Lalu senjata apinya, dokter?"
"Berhasil kuambil. Kutukar dengan sebungkus roti. Ia mengira senjata api yang masih berisi peluru ini sepotong jari manis."
"Kasihan dia."
"Ya, kasihan dia. Gara-gara kalah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan, laki-laki itu harus menjadi pasien RSJ ini." Â
                    Â
                                ***
Malang, 01 Maret 2016
Lilik Fatimah Azzahra
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!