Siang itu Didi D'kils berlari-lari kecil menyusuri pematang sawah. Wajahnya prembik-prembik seraya memeluk erat boneka Barbie hadiah dari Mbak Bi-nya yang kini sedang mendulang rezeki di luar negeri.
"Bunda...!!!" Didi menjerit histeris.
"Kenapa sih, Di, pake teriak-teriak segala?" Bunda Lilik tergopoh keluar dari kamar.
"Bun, celana Didi hilang...."
"Astagfirulloh, Di!" Bunda Lilik menatap Didi kaget. Didi cuma pake kemeja doang. Untung kemejanya longgar sampai batas lutut.
"Kok bisa hilang?"
"Anu, Bun...Tadi pas Didi mandi di sungai, celana aku letakkan di atas batu. Eh, usai mandi, Didi cari celana itu udah nggak ada."
"Wah, wah, ini kasus yang sangat menarik," Bunda manggut-manggut.
"Udah sana, buruan ambil sarung!" lanjut Bunda Lilik seraya menggendikkan kepala ke arah pemuda berkulit hitam manis itu.
Â
***
Bunda Lilik menginterogasi Didi di ruang tengah.
"Siapa saja yang bareng mandi di sungai sama kamu?"
"Ada Mas Aji, Guru Sarwo, dan Mas Imam...."
"Jadi kalian berempat,ya...." Bunda Lilik mulai mencatat nama-nama tersebut pada selembar kertas.
"Apakah celana ketiga teman kamu juga hilang?"
Didi menggeleng.
"Hmm, ini aneh. Jadi cuma celana kamu saja yang raib." Bunda menatap Didi serius. Didi mengangguk.
"Please, ya, Bun. Bantuin nemuin. Coz pada celana itu ada barang berharganya...." Didi mulai mingsek-mingsek.
"Hah, barang apa-an?" mata Bunda Lilik langsung terbelalak.
"Ada, deh, Bun. Semacam barang bukti," wajah Didi berubah tersipu.
Â
***
Demi menolong Didi, Bunda Lilik rela memeras otak membanting pintu. Gubraaak! Kucing tetangga sebelah yang lagi melamun terkejut dan lari terbirit-birit.
"Kita ke tekapeh!" Sontak Bunda Lilik berdiri dan menggamit lengan Didi.
"Pelan-pelan, dong, Bun. Sarungku melorot, nih...."
Â
***
Didi menunjukkan batu besar di mana ia meletakkan celananya yang hilang. Sebagai pengagum Sherlock Holmes, Bunda Lilik melakukan hal yang sama persis seperti yang biasa dilakukan oleh detektif kenamaan itu. Mengendus jejak, merayap lalu mengukur diameter batu.
"Hemmm, sepertinya jejak sudah terkontaminasi. Seseorang tadi sempat duduk di atas batu ini. Cukup lama. Dari lingkar panas yang ditinggalkan, orang itu bertubuh kurus." Bunda Lilik menyampaikan analisisnya.
"Guru Sarwo tadi duduk bersemedi di situ...." Didi menyahut.
Bunda Lilik manggut-manggut. Lalu mengedarkan pandang ke sekeliling.
"Sepertinya aku menemukan celanamu, deh, Di!" Bunda Lilik berseru riang.
"Mana, Bun! Manaa...!!!" Didi melonjak-lonjak kegirangan.
"Ayo, ikuti aku!"
Â
***
Bunda Lilik mendahului Didi melewati pematang. Pemandangan menawan terhampar di kanan kiri mereka. Padi menguning keemasan siap di panen melambai-lambai tertiup angin.
"Tuh, celana kamu!" Bunda Lilik menunjuk sesuatu yang berayun di tengah sawah. Celana itu berubah fungsi menjadi penghalau burung emprit.
"Waaaaah....celanaku sayaaanggg....!!!" Didi berlari tanpa memedulikan sarungnya lagi.
Bunda Lilik tersenyum puas. Kasus hilangnya celana Didi D'kils terkuak sudah.
Tapi tunggu! Tadi Didi sempat bilang, pada celana itu terdapat barang bukti yang sangat berharga. Kira-kira apa ya....?
Â
 (Maaf tidak bersambung...**_**)
****
Malang,02 Februari 2016
Lilik Fatimah azzahra.
*Sumber gambar:dwioktanugroho.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H