Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Hilangnya Celana Didi D'kils (Detektif Usil)

2 Februari 2016   09:46 Diperbarui: 2 Februari 2016   10:10 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu Didi D'kils berlari-lari kecil menyusuri pematang sawah. Wajahnya prembik-prembik seraya memeluk erat boneka Barbie hadiah dari Mbak Bi-nya yang kini sedang mendulang rezeki di luar negeri.

"Bunda...!!!" Didi menjerit histeris.

"Kenapa sih, Di, pake teriak-teriak segala?" Bunda Lilik tergopoh keluar dari kamar.

"Bun, celana Didi hilang...."

"Astagfirulloh, Di!" Bunda Lilik menatap Didi kaget. Didi cuma pake kemeja doang. Untung kemejanya longgar sampai batas lutut.

"Kok bisa hilang?"

"Anu, Bun...Tadi pas Didi mandi di sungai, celana aku letakkan di atas batu. Eh, usai mandi, Didi cari celana itu udah nggak ada."

"Wah, wah, ini kasus yang sangat menarik," Bunda manggut-manggut.

"Udah sana, buruan ambil sarung!" lanjut Bunda Lilik seraya menggendikkan kepala ke arah pemuda berkulit hitam manis itu.

 

***

Bunda Lilik menginterogasi Didi di ruang tengah.

"Siapa saja yang bareng mandi di sungai sama kamu?"

"Ada Mas Aji, Guru Sarwo, dan Mas Imam...."

"Jadi kalian berempat,ya...." Bunda Lilik mulai mencatat nama-nama tersebut pada selembar kertas.

"Apakah celana ketiga teman kamu juga hilang?"

Didi menggeleng.

"Hmm, ini aneh. Jadi cuma celana kamu saja yang raib." Bunda menatap Didi serius. Didi mengangguk.

"Please, ya, Bun. Bantuin nemuin. Coz pada celana itu ada barang berharganya...." Didi mulai mingsek-mingsek.

"Hah, barang apa-an?" mata Bunda Lilik langsung terbelalak.

"Ada, deh, Bun. Semacam barang bukti," wajah Didi berubah tersipu.

 

***

Demi menolong Didi, Bunda Lilik rela memeras otak membanting pintu. Gubraaak! Kucing tetangga sebelah yang lagi melamun terkejut dan lari terbirit-birit.

"Kita ke tekapeh!" Sontak Bunda Lilik berdiri dan menggamit lengan Didi.

"Pelan-pelan, dong, Bun. Sarungku melorot, nih...."

 

***

Didi menunjukkan batu besar di mana ia meletakkan celananya yang hilang. Sebagai pengagum Sherlock Holmes, Bunda Lilik melakukan hal yang sama persis seperti yang biasa dilakukan oleh detektif kenamaan itu. Mengendus jejak, merayap lalu mengukur diameter batu.

"Hemmm, sepertinya jejak sudah terkontaminasi. Seseorang tadi sempat duduk di atas batu ini. Cukup lama. Dari lingkar panas yang ditinggalkan, orang itu bertubuh kurus." Bunda Lilik menyampaikan analisisnya.

"Guru Sarwo tadi duduk bersemedi di situ...." Didi menyahut.

Bunda Lilik manggut-manggut. Lalu mengedarkan pandang ke sekeliling.

"Sepertinya aku menemukan celanamu, deh, Di!" Bunda Lilik berseru riang.

"Mana, Bun! Manaa...!!!" Didi melonjak-lonjak kegirangan.

"Ayo, ikuti aku!"

 

***

Bunda Lilik mendahului Didi melewati pematang. Pemandangan menawan terhampar di kanan kiri mereka. Padi menguning keemasan siap di panen melambai-lambai tertiup angin.

"Tuh, celana kamu!" Bunda Lilik menunjuk sesuatu yang berayun di tengah sawah. Celana itu berubah fungsi menjadi penghalau burung emprit.

"Waaaaah....celanaku sayaaanggg....!!!" Didi berlari tanpa memedulikan sarungnya lagi.

Bunda Lilik tersenyum puas. Kasus hilangnya celana Didi D'kils terkuak sudah.

Tapi tunggu! Tadi Didi sempat bilang, pada celana itu terdapat barang bukti yang sangat berharga. Kira-kira apa ya....?

 

 (Maaf tidak bersambung...**_**)

****

Malang,02 Februari 2016

Lilik Fatimah azzahra.

*Sumber gambar:dwioktanugroho.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun