***
Selasih merenung di dalam kamarnya yang sempit. Hari ini ia memiliki sedikit waktu luang untuk beristirahat.
"Emak balur kakimu pake parem, ya, Nduk," suara ibunya membuatnya menoleh.
"Nanti saja, Mak. Aku ingin istirahat dulu," Selasih menaikkan kedua kakinya ke atas tempat tidur. Ibunya mendekat dan duduk di sampingnya.
"Nduk, apa benar omongan orang-orang itu?" Sang ibu bertanya serius.
"Omongan yang mana, Mak?" Selasih menelungkupkan badan sembari memeluk bantal.
"Tentang Baginda Raja yang tergoda padamu...."
Selasih menggeser tubuhnya dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan ibunya.
"Mak, bukan Baginda Raja yang tergoda, tapi aku," ia menyahut lirih. Sang ibu terhenyak. Memandang wajah anak perempuannya itu berlama-lama.
"Ada apa Mak? Apa aku salah?" Selasih bergumam lirih.
"Nduk, tidak ada yang salah. Hanya... pantaskah kamu tergoda pada seorang pemangku negeri ini yang secara derajad saja sudah berbeda? Jangan seperti pungguk merindukan bulan."