Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Maaf, Aku Tak Mau Dipoligami

16 September 2015   10:31 Diperbarui: 16 September 2015   11:00 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#Catatan kecil masa lalu#

Maaf,  aku tak mau dipoligami...

Bukan hendak menentang hasrat kelelakianmu 

atau  tak tergiur pada surga

yang sengaja kau iming-imingkan padaku

Aku hanya tak ingin mendustai hati nurani

Berbagi cinta, berbagi hati, berbagi suami,

kau tahu? itu pedih...

Aku hanya wanita biasa

dengan kadar keimanan jauh dari sempurna

Jadi maaf dan maklumi aku,

jika aku memilih tak mau dipoligami....

 

Usai membaca ulasan Bapak Iskandar Zulkarnain yang berjudul Polygami itu Sunah Rasul di Kompasiana, 15 September 2015, saya memberanikan diri mempublish catatan kecil di atas. Catatan yang tersimpan rapi selama bertahun-tahun. Mohon maaf, saya tidak bermaksud mengumbar masalah pribadi. Saya hanya ingin berbagi pengalaman. Barangkali ada hikmah yang bisa diambil di dalamnya.

Yah, ketika itu usia saya baru menginjak kepala tiga, anak-anak saya masih ingusan, eh, tiba-tiba suami meminta izin untuk berpoligami. Alasannya klise, beliau ingin mengikuti sunah Rasulullah.

Jangan ditanya bagaimana perasaan saya saat itu. Saya nggak mau munafik. Jelas saya marah, sedih, nangis tujuh hari tujuh malam ( bener nih, nggak lebay...) dan segala perasaan campur aduk nggak karuan. Saya sempat menyalahkan Rasulullah, kenapa sih beliau membolehkan kaum laki-laki berpoligami? Maklumlah, pengetahuan saya tentang agama tidak sedalam suami saya yang rajin menghadiri pengajian-pengajian dan berteman dengan para Kyai. Saya hanya ibu rumah tangga biasa. Yang daya pikirnya pas-pasan.

Jadi alasan yang dikemukakan suami bahwa keinginannya berpoligami semata-mata untuk mengikuti sunah Rasul, saya tolak mentah-mentah. Wanita mana sih yang rela dimadu? Banyak. Tapi salah satunya bukan saya.

Penolakan saya menimbulkan amarah suami. Saya dicap istri yang mbalelo. Ditakut-takuti bahwa saya tidak akan masuk surga karena berani menentang suami. Wah, segala macam ancaman dan kecaman dilontarkan kepada saya.

"Seorang istri yang ikhlas dimadu, jaminannya adalah surga." Itu kata-kata suami saya.

"Banyak jalan menuju surga. Aku akan mencari surga dengan cara lain. Bukan dengan cara dipoligami." Ini jawaban saya waktu itu. Lah, saya nggak tau jawaban saya benar apa tidak.

Intinya saya bersikukuh, Saya tidak mau dipoligami, titik.

Dan saya pun memilih berpisah.

Tapi itu cerita lama. Cerita masa lalu yang sudah basi. Seperti kata Bapak Iskandar Zulkarnain, menjawab komen saya pada tulisan beliau kemarin, selalu ada hikmah di balik semua kejadian. Betul. Pak Is, matur nuwun. Tulisan Bapak memberi saya pencerahan sekaligus pengetahuan seputar keinginan laki-laki berpoligami.

Semoga tidak ada lagi laki-laki yang berdalih mengikuti sunah Rasul demi pembenaran nafsu belaka.

 

                     ***

Malang,16 September 2015

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun