Namun, harapan yang muncul tidak sepenuhnya dapat terobati. Meski kontes menyanyi untuk anak-anak, tidak sedikit lagu-lagu yang dipilih sang kontestan adalah lagu-lagu orang dewasa, yang biasa dinyanyikan penyanyi solo atau band-band yang sedang hits. Meski dengan lirik yang disesuaikan, namun hal tersebut sama artinya dengan terus mengampanyekan lagu-lagu (yang dinyanyikan) orang dewasa hingga makin melekat di memori anak-anak.
Ciri khas musik anak adalah keceriaan dan tema-tema lagunya yang sederhana dan mengandung nilai pendidikan. Kehadiran Kiesha Alvaro dan Cinta Kuya yang mulai melahirkan benih baru di dunia musik anak saat ini patut dihargai. Meski, secara kualitas, masih jauh dengan Cikita Meidy, Joshua, atau Meisy yang sama-sama seusia mereka saat pertama bernyanyi. Berbeda dengan The Lucky Laki Band (anak Ahmad Dhani) yang berkesan band anak-anak, namun lirik lagu yang dibawakannya "lebih dewasa" dari umurnya. Seperti: Aku bukan superman, aku juga bisa nangis. Bila kekasih hati, pergi meninggalkan aku.
[caption id="attachment_1596" align="aligncenter" width="500" caption="Adik-adik saya, kebetulan beda nasib. Cinta Kuya dan Keisha Alvaro. (Sumber: kapanlagi.com - edited)"]
Jadi, ini merupakan tantangan dan tanggung jawab bersama, baik pendidik (termasuk orangtua) hingga pegiat dunia hiburan, dan masyarakat pada umumnya. Biarkan anak-anak Indonesia mendapatkan hak mereka untuk menikmati musik anak-anak, dengan terus memberikan pengetahuan, membiasakan, dan menyosialisasikannya. Dengan demikian, anak-anak Indonesia dapat terselamatkan dari virus-virus lirik dewasa yang kian "menyerang".
Yok, nyanyi sama-sama :)
Sumber asli : blog pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H