Mohon tunggu...
Eleonora Felicia Prasetyo
Eleonora Felicia Prasetyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepercayaan?

18 November 2024   21:08 Diperbarui: 18 November 2024   21:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kepercayaan?

Apakah aku... bisa memulihkan kepercayaanku kembali?

Emiliana menatap meja belajarnya dengan pandangan yang membayang. Perlahan, air mata kembali jatuh dari matanya. Perasaan yang selama ini ia sembunyikan dari orang orang yang ia sayangi selalu bergentayangan di kepalanya. Tidak, mereka tidak melakukan sesuatu hal yang membuat Emiliana merasa sedih. Namun, hal hal yang terdapat pada kepalanya selalu berhasil membuat pikirannya kacau. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mulai berjalan menuju jendela kamarnya. Ia membukanya dan menghirup udara malam yang begitu dingin. Pohon pohon yang tinggi, bulan purnama yang bersinar terang, dan hembusan angin yang begitu menyegarkan. Suasana itu membuatnya sedikit tenang. Suara riuh daun yang saling bersentuhan mulai mengaliri telinganya, membuatnya merasa lebih aman. Setidaknya, untuk saat ini.

Mentari mulai menampakan sinarnya, cahaya mulai masuk dari jendela kamarnya. Suhu ruangan mulai menghangat, membangunkan Emiliana dari tidurnya yang pulas. Ia menggosokan matanya dan mulai beranjak dari tempat tidurnya. Sejenak, ia melihat keluar jendela dan bergumam.

     "Hari ini adalah hari baru, dan harus bisa menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Namun, hari ini adalah..."

     "Hei! Bangunlah! Hari sudah pagi, ibu telah menyiapkan sarapan favoritmu, bersihkanlah dan persiapkan dirimu. Ibu menunggumu dibawah".

Ungkapannya sontak terpotong ketika Ibu tirinya mulai memanggil dirinya untuk sarapan. Tanpa berpikir panjang, Emiliana segera pergi ke kamar mandi untuk mempersiapkan dirinya pada hari yang baru ini. Semejak kematian ibu kandungnya, Emiliana sulit menaruh kepercayaan pada orang lain. Tidak, bahkan dengan ayah kandungnya sendiri.. Emiliana tidak merasa aman. Bagaimana tidak? Ibu kandungnya meninggal karena ayahnya mengemudi mobil dalam keadaan mabuk. Hingga pada akhirnya, mobil itu bertabrakan dengan truk dan seseorang yang paling ia sayangi meninggalkan dia dengan keadaan yang tragis.

     "T..tidak, lupakan itu Emiliana"

Emiliana sejenak melihat pantulan dirinya di cermin. Matanya sedikit bengkak akibat tangisannya semalam. Seragam putih abu yang ia gunakan pula sedikit berantakan karena kemarin ia tidak dapat menyetrika baju. Rambut coklat tua nya yang hampir menyentuh pinggilulnya pun juga terliaht berantakan, meskipun ia telah mengucir rambutnya. Ia menghela nafas dan mulai berjalan menuju meja makannya yang berada di lantai bawah. Seketika ibunya merasakan kehadiran putri tirinya, ia memberikan senyuman hangat padanya dan berkata.

     "Selamat pagi nak, kemari duduklah. Makan sarapan yang telah ibu buatkan. Sarapan favoritmu! Telur scrumble, sosis keju lumer yang kau sukai dan susu vanilla. Ibu ingin memastikan bahwa kamu siap untuk pergi sekolah"

Emiliana hanya memberikan senyum tipis pada ibunya. Ia mulai mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari ayahnya dan mulai memakan sarapannya. Keheningan mulai memakan ruangan itu, tidak ada bunyi apapun kecuali bunyi sendok dengan piring saling bersentuhan. Beberapa menit berlalu, akhirnya ayahnya memecahkan keheningan itu dengan kata kata.

     "Nak, kamu jangan terus menerus mengurung dirimu. Bersosialisasilah, dan jangan menutup dirimu untuk orang lain. Berikanlah kepercayaan yang ada pada dirimu oada orang lain. Itu bukanlah hal yang sulit"

Sontak, tubuh Emiliana membeku setelah mendengar perkataan ayahnya itu. Ia tidak yakin pada hal itu, apalagi setelah kematian ibu kandungnya. Emiliana hanya mengangguk pelan dan mengiyakan apa kata ayahnya. Namun di dalam lubuk hatinya, ia belum dapat menerima hal itu. Keheningan kembali berlanjut hingga Emiliana telah mengahbiskan sarapannya. Ia membereskan piring piring kotor dan berpamit pada kedua orang tuanya untuk pergi ke sekolah.

Bulan bulan telah berlalu. Hari ini, hari Selasa tanggal 3 Oktober 2015. Saat ini ia berada tepat di depan makam ibu kandungnya, bersama dengan keluarganya barunya ini. Emiliana berlutut didepan maaakam itu, ia mulai berdoa dengan sungguh. Rambut coklat tua panjanganya menyentuh tanah, sembari air mulai mengalir dari matanya yang terpejam erat. Ibu tirinya yang melihat hal itu, tanpa pikir panjang ia segera memeluknya dari belakang. Memiliki tujuan untuk menenangkannya ketika ia sedang berdoa. Naaamun, setelah Emiliana selesai berdoa ... ia justru berdiri dan menarik diri dari pelukan sang ibu tirinya. Sontak, dengan segera ibu tiri melepaskan pelukannya dan berkqta.

     "Nak ada apa? Apakah ibu mrmbuatmu tidak nyaman?, maaf jika-"

     "sudahlah ibu! Jangan selalu berperilaku seolah engkau adalah orang yang aku percaya! Satu satunya orang yang ku percata hanyalah ibu kandungku sendiri... bukan engkau. Berhentilah berharap, tolong".

Emiliana bergegas memotong perkataan ibu tirinya tersebut, dengan air mata terus mengalir di wajahnya.

     "Emiliana! Dia ibumu, hargailah.. meskipun dia ibu tirimu! Kau tidak perlu ayah berikan pelajaran baru bukan?"

Emiliana yang mendengar hal itu, tidak dapat berkata apapun lagi. Ia hanya diam ditempat dan menghela nafas panjang. Menyadari, bahwa situasi ini menjadi situasi yang sangat sulit baginya. Apalagi dengan ayahnya yang terus memarahinya. Tidak, ayah tidak memiliki sifat itu.. namun karena ayah sering meminum alkohol dan berpesta dengan teman temanya, ia menjadi lebih terangsang emosi apabila segala sesuatu tidak sesuai rencananya. Untuk saat ini, dia hanya bisa mengalah pada ayahnya. Meski Emiliana kesal, ibu tirinya selalu melihat dari kejauhan tanpa ia sadari. Ia sungguh ingin membantu Emiliana untuk merasa lebih baik, namun sepertinya Emiliana tidak ingin menerima hal tersebut.

Suara burung hantu mulai terdengar, menandakan hari sudah malam. Mereka segera bergegas pulang untuk beristirahat dan mempersiapkan hari esok dengan baik. Entah itu akan berakhir baik atau buruk. Suara kunci pintu terdengar, Emiliana memasuki rumahnya dan dengan segera masuk kamarnya. Ia membanting pintu dan langsung mematikan lampu ruangan, pikiranya sungguh kacau malam ini. Ibu tirinya yang menyadari hal tersebut, dengan segera ia perlaban pergi mendekati kamar Emiliana dan mengetuk pintu dengan lembut.

     "Emiliana? Bolehkan ibu masuk?". Tanya ibu tirinya dengan lembut.

     "u..uhh baiklah ibu, masuklah. Namun aku tidak ingin terlalu banyak berbicara"

Ibu tirinya mulai memasuki ruangan tersebut dan menutup pintu dengan perlahan. Ia mulai mendekati tempat tidur tersebut dan duduk pada pinggitr tempat tidurnya, yang mana ada banyak boneka disana. Emiliana hanya terdiam disana, ia memalingkan wajahnya dari ibu tiri dan memfokuskan pandangannya pada foto ibu kandungnya yang terpajang jelas di dinding. Ibu tirinya yang menyadari hal tersebut, ia perlahan mulai membelai rambut Emiliana dengan lembut.

     "Maafkan Ibu, belum bisa menjadi yang terbaik untukmu"

     "tidak ibu... ibu sudah menjadi yang terbaik untuku, aku sangat menghargai kerja keras ibu untuk berusaha. Namun, aku hanya sedikit kesulitan untuk memberikan kepercayaanku pada orang lain. Apa lagi... setelah kematian ibu kandungku"

Perlahan ia hanya mengehela nafas dan terus membelai rambut lembutnya. Ia mengerti bagaimana perasaan anak perempuannya yang kehilangan kerpecayaanya akibat kematian dari ibu kandungnya sendiri. Untuk saat ini, ia hanya bisa memberikan kata kata semangat untuk putrinya, dengan demikian maka Emiliana akan merasa lebih baik tanpa adanya rasa tidak nyaman. Setidaknya, untuk saat ini.

     "Ibu mewakilkan ayah, ibu sungguh meminta maaf apabila kamu merasa tidak aman dan nyaman di sekeliling kami. Namun kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu nak. Ibu harap kamu memahami ini, dan selalu ingatt.. ayah, ibu, dan ibu kandungmu selalu menyayangimu"

Percakapan itu berakhir ketika ibu tirinya memberi kecupan lembut di kepalanya, dan mengusap rambutnya u tuk terakhir kali. Sebelum ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, setelah kematian ibu kandungnya. Ia mulai merasanya aman kembali, dan 6 tahun bukanlah waktu yang singkat. Emiliana perlahan beranjak dari tempat tidurnya dan melihat pada jendela kamarnya, bintang bersinar terang di luar sana. Layaknya, itu memberi petunjuk bahwa awal yang baik akan dimulai disini. Emiliana tersenyum tipis dan menyentuh kepalanya yang mendapatkan kecupan dari ibu tirinya. Setelah ia memandang bintang selama 3 menit, ia memutuskan untuk kembali berbaring di kasur dan memejamkan matanya. Siap untuk hari esok yang akan datang, dan kali ini ia yakin bahwa besok akan menjadi lebih baik dari pada hari ini.

Tidurnya yang pulas sudah tidak dapat diragukan lagi, ia memeluk erat boneka yang sebelumnya diberikan oleh ibu kandungnya ketika ia berusia 3 tahun. Di dalam mimpinya yang tenang, ia melihat sosok perempuan yang bercahaya sangat cerah di depannya. Perlahan ia maju kearahnya dan menyentuh tangannya yang amat lembut itu. Wanita itu berkata kepadanya.

     "Emiliana putriku yang kuat, ibu amat sangat menyayangimu. Ibu selalu merindukanmu dari atas sana dan ibu selalu ingin melihat putri cantik ibu selalu bahagia"

     "I-ibu.. b-bagaimana?" Air mata mulai menetes dari matanya, dengan segera ia memeluk ibunya dengan erat.

     "I-ibu! Jangan tinggalkan Emiliana lagi! Emiliana ingin bersama ibu selamanya. Emiliana berjanji akan menjadi gadis baik dan tidak akan melawan kata ibu lagi, kumohon ibu... jangaan tinggalkan aku"

     "Ibu tidak pernah meninggalkanmu, ibu selalu ada di hati kecilmu itu. Selalu melindungimu dan menyayangimu dengan segenap hati. Namun saat ini ibu hendak bertanya. Apabila ibu meminta satu permohonan, apakah Emiliana mau membantu ibu untuk mewujudkan permohonan itu?"

     "T-tentu saja! Emiliana selalu siap membantu ibu, apapun itu!"

     "Ibu ingin Emiliana untuk menyayangi dan mempercayai ibu tirimu saat ini. Ia adalah perempuan yang baik. Sayangilah dan percayailah ia seperti kamu mempercayai Ibu. Dan juga, maafkan ayahmu.. ibu percaya bahwa ia merasa sedih apabila membuat putri kecilnya merasa sedih. Apakah Emiliana mau melakukannya untuk ibu? Ibu akan senang jika putri kesayangan ibu mau melakukan itu"

     "B-begitu ya? Baiklah ibu.. E-emiliana usahakan yang terbaik, demi ibu!"

     "Ibu selalu menyayangimu, ingat itu"

Katanya sebelum perlahan ia menghilang. Kini hanya menyisakan Emiliana seorang diri di tempat yang begitu tentram itu. Perlahan, ia mulai merasakan belailan halus pada rambutnya. Emiliana membuka matanya sedikit demi sedikit hingga ia melihat ibu tirinya sedang menghelai rambutnya dengan lembut. Ia bisa melihat kepedulian dan kasih sayang pada mata dan gerakan tanganya. Air mata berjatuhan semakin deras dari matanya, dengan segera ia memeluk ibu tirnya dengan erat.

     "I-ibu, maafkan Emiliana yang selalu menegur ibu karena berusaha mendekatiku. Sungguh, Emiliana tidak bermaksud membenci atau mrmbuat ibu patah hati. Emiliana hanya mencoba untuk beradaptasi pada lingkungan keluarga baru ini. Emiliana minta maaf, Emiliana sangat menyayangi ibu".

Ujarnya sambil memeluk ibu tirinya dengan sangat erat. Air mata terus berjatugan, hingga hingga membuat baju basah. Ibunya hanya terdiam dan tersenyum, ia membalas pelukan Emiliana dengan erat namun halus. Ia memberikan kecupan lembut pada pipinya.

     "Tidak apa, ibu selalu memaafkanmu"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun