Mohon tunggu...
Eleonora Dinanti Pink Cinmoudi
Eleonora Dinanti Pink Cinmoudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Saya Eleonora Dinanti Pink Cinmoudi. Merupakan mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Saya memiliki ketertarikan dalam bidang psikologi khususnya pada bidang psikologi industri dan organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Job Hopping: Petualangan Gen Z dalam Meniti Karir

1 Maret 2024   10:08 Diperbarui: 1 Maret 2024   10:25 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun oleh: Salsa Cheryl Srituka, Eleonora Dinanti Pink Cinmoudi, Laurensia Kirana Ghea B, Auradini Gagola, & Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi, Psikolog

Pada kalangan Gen Z fenomena "kutu loncat" menjadi hal yang marak terjadi. Segala sesuatu yang serba instan membuat pilihan dalam berkarir menjadi sangat beragam. Fenomena "kutu loncat" menyebabkan perusahaan mengalami kerugian karena munculnya permasalahan peningkatan biaya operasional, penurunan produktivitas dalam tim, menurunnya kepuasan kerja karyawan, menurunnya alur komunikasi antar tim, menurunnya kualitas layanan atau produk, dan meningkatnya beban kerja bagi karyawan yang masih bertahan.

Selain menyebabkan ketidakstabilan kondisi perusahaan, pengunduran diri karyawan juga dapat mempengaruhi karyawan yang masih bekerja untuk meninggalkan perusahaan (Harvida & Wijaya, 2020). 

Ketika karyawan yang bekerja di perusahaan yang baru berhasil mencapai kesuksesan maka, hal ini dapat mempengaruhi karyawan yang lain untuk keluar dari perusahaan yang lama. Fenomena ini memiliki kaitan yang erat dengan job hopping atau sering dikenal juga dengan "kutu loncat". Sebagai Gen Z dengan rasa ingin tahu yang tinggi mungkin merasa bahwa job hopping dapat membuka peluang karir namun, perilaku tersebut nyatanya membuat HR mempertimbangan untuk meloloskan karyawan karena terkesan tidak memiliki tujuan yang jelas, kemampuan yang kurang karena loyalitas yang rendah, dan track record yang juga menjadi pertimbangan efisiensi waktu serta biaya (Jobstreet, 2023). Maka dari itu, apabila melihat dari kacamata seorang jobseeker penting untuk mempertimbangkan keputusan sebelum berpindah tempat kerja karena job hopping bisa saja dinilai sebagai suatu hal yang buruk oleh para HR (Christian, 2022).

Lalu berapa lama harus bertahan dalam suatu pekerjaan?

Secara umum, standar karyawan yang baik untuk bekerja di perusahaan yaitu selama 2 sampai 3 tahun namun, itu kembali lagi tergantung dari perusahaan dan kebiasaan individu. Yap (2020) juga menyebutkan bahwa karyawan dengan masa kerja 3 tahun dianggap cukup baik di dalam CV (curriculum vitae) dan dapat mencegah HR memberikan penilaian yang nantinya dapat dianggap sebagai "kutu loncat" bila masa kerja di bawah 3 tahun. Studi lain yang dilakukan oleh  Madyaratri & Izzati (2021) menyebutkan bahwa karyawan dengan masa kerja kurang dari 2 tahun cenderung memiliki work engagement yang lebih tinggi dibandingkan karyawan dengan masa kerja lebih dari 2 tahun. Hal ini dapat menggambarkan kemampuan seorang karena dinilai lebih familiar dengan lingkup kerja dan skill yang terasah serta pengetahuan yang lebih luas terkait pekerjaan yang dijalani (Jobstreet, 2023). Berdasarkan pemaparan diatas maka, menjadi pertimbangan penting bagi Gen Z untuk menghindari fenomena kutu loncat ini.

Sebelum berpindah pekerjaan kamu perlu untuk mengetahui tujuan yang ingin kamu capai. Selain berorientasi pada gaji dan benefit, kamu juga perlu untuk mempertimbangkan keterampilan yang dapat kamu pelajari dari pekerjaan yang sedang kamu jalankan. Keterampilan yang kamu miliki dapat menjadi nilai tambah untuk kamu dimasa yang akan datang. Tanamkan dalam diri mu jangan berpindah pekerjaan hanya karena trend atau mengikuti rekan kerja kamu yang lain. Membangun karier merupakan perjalanan yang terjal dan panjang maka, pilih pekerjaanmu dengan bijaksana dan pertimbangan yang matang untuk mencapai keberhasilan di masa depan!

Referensi

Christian, A. (2022, August 2). Mengapa semakin banyak kaum muda memilih untuk sering pindah tempat kerja?. BBC. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cgryx18r8ezo

Harvida, D. A., & Wijaya, C. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Turnover Karyawan dan Strategi Retensi Sebagai Pencegahan Turnover Karyawan: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 16(1). DOI: http://dx.doi.org/10.46730/jiana.v18i2.7926

Jobstreet. (2023, Maret 1). Job Hopping: Memahami Dampak Jadi Kutu Loncat di Dunia Kerja. JobStreet. https://www.jobstreet.co.id/id/career-advice/article/job-hopping-how-it-affects-your-career-success

Madyaratri, M. M., & Izzati, U. A. (2021). Perbedaan Work Engagement Ditinjau Dari Masa Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(3), 24-35. 

Yap, H. (2020). Berapa lama masa kerja ideal seorang karyawan di sebuah perusahaan?. LinkedIn. https://www.linkedin.com/posts/hendiyap_berapa-lama-masa-kerja-ideal-seorang-karyawan-activity-6572847741737754624-SxsH/?trk=public_profile_like_view 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun