Mohon tunggu...
Eden Leonelliyust
Eden Leonelliyust Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Solo Mulai Padat

8 Januari 2025   21:13 Diperbarui: 8 Januari 2025   21:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solo, salah satu kota yang berada di Jawa Tengah, berada di Karesidenan Surakarta dan dikelilingi kabupaten — kabupaten di sekitarnya. Saat ini, dibawah pimpinan walikota, Gibran Rakabuming Raka, Solo menjadi kota yang berkembang sangat pesat. Dilansir dari Solopos, Gibran sebagai kepala daerah memprioritaskan 17 pembangunan secara massif di Kota Solo. Mulai dari pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed, Islamic Center, revitalisasi Solo Techno Park, revitalisasi Solo Safari dan masih banyak lagi tempat wisata yang direvitalisasi demi perbaikan dan modernisasi Kota Solo. Program pemerintah kota ini sangatlah baik dan berguna bagi perkembangan Kota Solo sebagai kota wisata di Jawa Tengah yang terkenal dengan budaya dan batiknya. Selain itu, proyek-proyek yang dikerjakan perintah kota ini difokuskan demi kemajuan dan perkembangan ekonomi di Solo. Hal ini didasari dengan meningkatnya penduduk miskin dampak dari Pandemi 2020 yang menyebabkan perputaran ekonomi Kota Solo terhenti dan sulit untuk berkembang. Hal ini berkaitan pula dengan rendahnya upah minimum rerata di Kota Solo yang berkisar dua juta rupiah saja. Dibandingkan dengan kota lain di Pulau Jawa, upah minimum Kota Solo sangatlah kecil sehingga diperlukan perputaran ekonomi yang kuat bagi Masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari — hari.
Di setiap inisiatif dan program yang baik, tentunya ada sisi negatif yang muncul sebagai risiko yang harus ditanggung dan dibenahi. Sejumlah proyek yang besar — besaran ini akhirnya menyebabkan masalah baru yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kota Solo. Solo terancam sesak, itulah kira — kira akibatnya bila pemerintah kota tidak segera membenahi dalam beberapa tahun kedepan. Beberapa masalah seperti peningkatan pengguna mobil baik dari dalam kota maupun luar kota yang masuk ke Kota Solo, masuknya pendatang dan menetap. Kota Solo yang terkenal dengan kota slow living menjadikan banyak pendatang luar untuk menetap tinggal dan menghabiskan waktu di Solo. Risikonya adalah kurangnya lahan tempat tinggal yang membuat beberapa developer perumahan dalam waktu yang singkat membuat perumahan yang tidak tertata, bahkan bisa saja dalam proses pembangunan ditinggal begitu saja. Solusi yang bisa dilakukan pemerintah kota sementara waktu adalah membangun rumah susun bagi orang yang tidak mampu karena banyak orang yang tidak memiliki rumah seringkali tinggal atau menginap di tempat umum atau fasilitas umum, seperti halte, taman kota, dan terminal. Namun, solusi jangka panjang perlu dipikirkan kembali, pastinya dengan banyaknya proyek kemajuan Kota Solo, pemerintah kota seharusnya sudah memikirkan penataan kota yang baik, dengan membagi — bagi wilayah kota menjadi beberapa distrik dan tidak terlalu menumpuk kepadatan terutama di Tengah kota sehingga memudahkan penduduk untuk mobilisasi.
Akibat lainnya adalah kemacetan dimana — mana, perlu diketahui bahwa beberapa jalan utama atau jalan yang menuju tempat wisata masih kurang menunjang atau menampung volume kendaraan bermotor atau mobil yang berlebihan. Ditambah lagi dengan kurangnya titik parkir di tempat wisata sehingga terjadi overloud, mengganggu lalu lintas di sekitarnya sehingga mengakibatkan kemacetan. Saat ini, pemerintah kota sudah mulai mengatasi permasalahan lalu lintas mulai dari mengganti bis kota menjadi lebih nyaman, menambah armada angkutan umum sebagai penghubung bis kota, merevitalisasi halte bis menjadi lebih nyaman, meskipun angkutan umum ini masih menghubungkan dalam kota saja, perlu kerjasama antara Pemerintah Kota Solo, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta Pemerintah Daerah di Solo Raya untuk menghubungkan transportasi umum antar daerah yang membantu pendatang dari wilayah Solo Raya menuju ke dalam Kota Solo untuk mengurangi volume kendaraan bermotor dan mobil. Selain itu, pemerintah kota saat ini telah membangun flyover di beberapa titik untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh kereta dan persimpangan jalan, contohnya rel layang joglo berguna mengurangi kemacetan di Simpang Joglo yang disebabkan oleh kereta api. Solusi tambahan yang mungkin bisa dilakukan Pemerintah Kota Solo saat ini adalah menambah akses jalan lingkar di Kota Solo sebagai akses transportasi terutama kendaraan logistik agar tidak memakai jalur kota, hal ini dapat mengurangi volume kendaraan yang masuk ke dalam Kota Solo. Meskipun, hambatan yang dihadapi mulai dari tidak setujunya pemerintah daerah di sekitar Solo karena akan berdampak pada penggunaan lahan berlebihan. Diharapkan Pemerintah Kota Solo kedepannya tidak terburu — buru dalam merancang pembangunan, perlu perancangan yang matang seperti penambahan lahan parkir di sekitar tempat wisata, menyelesaikan beberapa proyek yang telah digarap, serta meninjau ulang tatanan lalu lintas di wilayah yang akan dibangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun