Mohon tunggu...
Elena Hasian Sitompul
Elena Hasian Sitompul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Klasifikasi Fourier Transform Infrared Spectroscopy(FTIR)

11 September 2024   20:41 Diperbarui: 11 September 2024   20:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah salah satu alat analisis paling andal di dunia kimia. Dengan kemampuan mengungkap struktur molekul, FTIR membantu ilmuwan memahami komposisi bahan mulai dari padat, cair, hingga gas. Melalui teknologi ini, molekul dalam sampel menyerap radiasi inframerah pada frekuensi tertentu, yang mengungkapkan informasi detail tentang komponen kimianya.

Namun, untuk memahami sepenuhnya bagaimana FTIR bekerja, penting untuk mengetahui berbagai klasifikasi berdasarkan sampel, mode pengukuran, dan jenis detektornya. Artikel ini akan membahasnya secara rinci, memperlihatkan bagaimana FTIR dapat menyesuaikan dengan kebutuhan analisis yang berbeda.

 1. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sampel: Dari Padat, Cair, hingga Gas

Salah satu keunggulan FTIR adalah kemampuannya untuk menganalisis berbagai jenis sampel. Setiap bentuk sampel memerlukan pendekatan yang berbeda untuk memperoleh spektrum inframerah yang akurat.

- Padatan: Sampel padat, seperti serbuk atau kristal, sering dianalisis dengan cara dicampur dengan kalium bromida (KBr) untuk membuat pelet yang transparan terhadap inframerah. Setelah itu, spektrum inframerah sampel diukur untuk mengidentifikasi struktur kimianya.
 
- Cairan: Dalam analisis cairan, sampel ditempatkan di antara dua pelat transparan seperti NaCl (natrium klorida). Radiasi inframerah kemudian melewati cairan, dan hasilnya berupa spektrum yang menggambarkan getaran molekuler dalam sampel.

- Gas:Untuk sampel gas, FTIR menggunakan sel gas yang dirancang khusus. Teknik ini sangat sensitif untuk mendeteksi spektrum absorpsi gas dalam panjang gelombang inframerah.

2. Klasifikasi Berdasarkan Mode Pengukuran: Menyesuaikan dengan Jenis Analisis

Mode pengukuran FTIR menentukan bagaimana radiasi inframerah berinteraksi dengan sampel. Setiap mode memiliki keunggulan tersendiri, tergantung pada jenis sampel dan tujuan analisis.

- Transmisi:Mode ini mengukur radiasi inframerah yang melewati sampel, ideal untuk cairan atau padatan yang disiapkan dalam bentuk pelet atau film tipis. Ini adalah metode yang paling umum dan sederhana dalam analisis FTIR.

- Attenuated Total Reflectance (ATR): Teknik ATR memungkinkan analisis cepat tanpa persiapan sampel yang rumit. Dengan ATR, kristal khusus bersentuhan dengan permukaan sampel, dan sinyal yang dihasilkan berasal dari lapisan tipis pada permukaan. ATR sering digunakan untuk sampel padat dan cair yang sulit diolah.

- Refleksi Spesular: Mode refleksi spesular cocok untuk permukaan halus, di mana radiasi inframerah dipantulkan dari permukaan sampel sebelum ditangkap oleh detektor. Teknik ini bermanfaat untuk menganalisis lapisan tipis atau pelapisan.

- Difusi Reflektan:Ketika sampel berbentuk serbuk atau memiliki permukaan kasar, difusi reflektan adalah pilihan terbaik. Mode ini mengukur radiasi yang dipantulkan secara difus dari permukaan sampel.

3. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Detektor: Mengoptimalkan Sensitivitas dan Kecepatan

Detektor FTIR bertugas menangkap sinyal inframerah setelah interaksi dengan sampel. Detektor yang tepat sangat penting untuk memastikan hasil yang akurat.

- DTGS (Deuterated Triglycine Sulfate): Detektor ini sering digunakan karena biayanya yang lebih murah dan kestabilannya. DTGS cocok untuk aplikasi FTIR umum dan dapat mendeteksi perubahan kecil dalam spektrum.

- MCT (Mercury Cadmium Telluride): Detektor ini lebih sensitif dan cepat dibandingkan DTGS, menjadikannya pilihan utama untuk analisis yang membutuhkan resolusi tinggi dan respon yang cepat. Namun, harganya lebih mahal dan memerlukan pendinginan dengan nitrogen cair untuk mencapai kinerja optimal.

 4. Klasifikasi Berdasarkan Aplikasi: Dari Identifikasi Kualitatif hingga Analisis Kuantitatif

FTIR juga dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya, baik untuk keperluan kualitatif maupun kuantitatif.

- Kualitatif:FTIR sering digunakan untuk identifikasi senyawa kimia. Dengan mencocokkan spektrum sampel dengan database spektrum standar, kita bisa mengenali senyawa organik dan anorganik dengan akurat.

- Kuantitatif: FTIR juga dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi komponen dalam sampel, seperti analisis kadar air, minyak, atau bahan organik lainnya. Teknik ini memungkinkan perhitungan komposisi suatu zat berdasarkan intensitas sinyal dalam spektrum.

Kesimpulan

FTIR adalah alat yang sangat serbaguna dengan berbagai mode dan aplikasi yang dapat disesuaikan untuk berbagai jenis sampel dan analisis. Dengan memahami klasifikasi FTIR berdasarkan jenis sampel, mode pengukuran, detektor, dan aplikasinya, para ilmuwan dapat memilih metode yang paling tepat untuk mengungkap informasi kimia mendalam dari berbagai zat. Teknologi ini menjadi fondasi penting dalam berbagai penelitian ilmiah, mulai dari kimia analitik hingga bioteknologi, dan terus memainkan peran kunci dalam dunia analisis modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun