Tentu tidak. Terlepas dari stretegi jitu Nil Maizar memasukkan Andik di babak kedua, betapa akuratnya tendangan bebas pemain Persebaya itu, fakta bahwa pergerakannya begitu berbahaya sehingga berkali-kali dilanggar lawan (jangankan cuma pemain Singapura, David Beckham saja pernah mendapat kartu kuning karenanya); Indonesia masih kurang akurat dalam passing bola jika dibandingkan dengan umpan-umpan pemain Singapura. Bola itu bundar, selain kekuatan sebuah tim, faktor keberuntungan juga bisa menjadi penentu kemenangan. Nyatanya dua kali shoot on goal  Singapura mengenai mistar gawang, fakta bahwa lini pertahanan kita kecolongan. Pertandingan dan kemenangan kemarin bukanlah proses dan hasil yang sudah bisa membuat kita bernapas lega jika permainan kita masih seperti itu melawan Malaysia di laga penentuan. Malaysia yang seperti di AFF 2010  mempunyai mental bangkit dari kekalahan.
Namun, di sisi lain entah kenapa saya justru senang. Sekali lagi, permulaan dan perjalanan timnas yang sekarang sangat kontras dengan Piala AFF 2010 lalu. Bahwa hasil yg belum optimal ini akan selalu dijadikan dorongan dari Tuhan agar timnas kita terus berbenah diri hingga akhirnya perlahan menemukan skema dan permainan terbaiknya kelak di final sebagai klimaks ideal; klimaks yg indah bagi kita semua, rakyat Indonesia, yang tak pernah berhenti mendukung dan berdoa.
Dua sejarah baru sudah tercipta (seri lawan Laos dan menang lawan Singapura), hanya tinggal satu sejarah yang sangat kita nanti-nantikan.
JUARA PIALA AFF UNTUK PERTAMA KALINYA!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H