Mohon tunggu...
eldrin christian d.s
eldrin christian d.s Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Ekonomi dan Krisis Kesehatan dari Perang Saudara Sudan

9 Oktober 2023   22:22 Diperbarui: 9 Oktober 2023   22:34 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang saudara di sudan sudah berlangsung selama 7 tahun, 15 desember 2013 sampai 22 februari 2020, penyebab dari konflik bermula ketika negara di landa kudeta pada tahun 2021, puncak dari memanasnya konflik ini terjadi pada bulan april lalu akibat perebutan kekuasaan dari antara dua faksi utama rezim militer, yakni antara angkatan paramiliter dan angkatan bersenjata. 

Konflik antara angkatan bersenjata dan angkatan paramiliter ini setidaknya sudah menewaskam 185 dan melukai lebih 1.800 orang sejak 15 april lalu, angkatan bersejata di pimpin oleh de facto dan abdel fattah al-burham sedangkan angkatan paramiliter di pimpin oleh mantan panglima perang jendral mohamed hamdan dagalo. 

Perebutan kekuasaan yang terjadi sudah ada sejak sebelum pemberontakan pada tahun 2019 yang menjatuhkan pemimpin diktator Omar Al Bashir. Setelah lengsernya Omar konflik beralih ke pemerintahan sipil. Pada oktober 2021 terjadi kudeta yang membuat tentara kembali berkuasa dan memperparah ekonomi negara. 

Sebagian wilayah menghadapi krisis kelaparan sejak Desember 2013 lalu beberapa kabupaten sudah masuk dalam kategori kelaparan, sejumlah aktivitas panen sudah terhenti dan inflasi mencapai 800 persen pada tahun lalu yang menyebabkan harga inpor pangan tak terjangkau, ujar PBB suatu wilayah dapat di kategorikan terancam wabah kelaparan jika 20 persen rumah tangga mengalami kekurangan pangan.

WHO menyatakan 33 orang telah meninggal sejak terkena wabah kolera, dan hampir 800 orang telah tertular, wabah bermulai dari camp pengungsian yang kotor dan terlalu ramai orang. Dampak ekonomi juga di perburuk karna harga air dan makanan terus meningkat dan pada akhirnya masyarakat kesulitan makan dan kurang memperhatian kebutuhan air bersih, hal ini terjadi bukan karna mereka tidak mau tetapi karna kondisi yang tidak memungkinkan, harga harga pangan yang terus meningkat di tengah konflik.

Konflik ini juga sudah menggangu produksi minyak yang merupakan sumber pengerak  ekonomi utama negara, banyak warga yang bergantung pada pedagang swasta untuk memperoleh air bersih akan tetapi kenaikan harga bbm membuat harga air juga mengalami kenaikan. Kawasan kawasan termiskin mendapatkan dampak yang paling buruk karna sudah tidak mampu untuk membeli air bersih sehingga beralih ke sumber sumber air yang belum terproses seperti dari sungai nil, badan bantuan.

Wabah kolera dan demam berdarah telah di laporkan di sudan timur ketika ribuan orang berlindung dari pertempuran mematikan antara militer negara dan paramiliter.  Terdapan 162 kasus dugaan kolera yang di rawat di rumah sakit provinsi qadarif dan daerah lain di sepanjang perbatasan dengan ethiopia.

https://internasional.republika.co.id/
https://internasional.republika.co.id/

Sudan di landa kekacauan pada pertengahan bulan april saat ketegangan antar militer dan paramiliter yang kuat meledak menjadi perang terbuka di ibu kota khartoum di wilayah negara afrika timur.

Wabah kolera jarang terjadi di wilayah sudah yang miskin, penyakit ini setidaknya menyebabkan 700 orang meninggal dan sekitar 22.000 orang jatuh sakit dalam waktu kurang dari dua bulan pada tahun 2017 yang merupakan wabah baru di negara ini.

Badan bantuan oxfam mengatakan kenaikan harga air bersih membuat resiko terjangkit kolera oleh banyak orang semakin meningkat, ini salah satu bentuk dampak ekonomi dari sejumlah dampak ekonomi akibat perang saudara yang semakin memperparah krisis kemanusiaan. 

https://www.beritasatu.com/
https://www.beritasatu.com/

WHO  mengatakan lebih dari 500 kasus dugaan demam berdarah di laporkan di seluruh sudan, Kata WHO sebagian besar kasus terjadi di pusat kota Qadarif. Demam berdarah di akibatkan oleh virus dengue  yang di tularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Angka yang di sebukan merupakan "puncak gunung es" karna jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi, mengingat sebagian besar pasian bergantung pada pengobatan mandiri di rumah dan tidak perhi ke rumah sakit. 

Persatuan dokter menyatakan ratusan pasien demam berdarah telah meninggal di wilayah bagian timur, dan menggambarkan kasus ini sebagai "Krisis  Kesehatan".

Konflik di sudan telah mengubah Khartoum dan daerah perkotaan lainnya menjadi medan perang yang menghancurkan infrastruktur sipil dan sistem layanan kesehatan yang sudah rusak. setidaknya ada lebih 5.000 orang telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, menurut pbb jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi.

5,2 juta orang telah meninggalkan rumah mereka dan lebih dari 1 juta orang yang menyebrang ke negara-negara tetangga sudan. Sekitar 25 juta orang membutuhkan kemanusiaan, termaksud sekitar 6,3 juta orang yang selangkah lagi menuju kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun