Mohon tunggu...
eldistri
eldistri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Resolusi 2016 #3:"Tahun Tingkatkan Revolusi Mental, Singkirkan Biang-biang Gadung Hitam!"

31 Desember 2015   17:45 Diperbarui: 31 Desember 2015   17:45 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyangkut ada tidaknya kepentingan pribadi atau kelompok, tentu dapat dinilai dari konten yang disuarakan oleh Fortuga dan konsistensinya kelak. Namun bila yang dipertanyakan adalah keahlian mereka, secara objektif komposisi dari Tim Fortuga adalah para lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kemudian menjadi praktisi-praktisi di perusahaan migas nasional dana asing yang memiliki pengalaman professional lebih dari 30 tahun (tanpa coba membandingkannya dengan si staf khusus menteri ESDM yang lulusan dari Institut Pertanian Bogor dan tanpa memiliki pengalaman teknis migas).

Kemudian terdapat pula sebuah perhimpunan yang bernama Konsorsium Maritim Indonesia (KMI), terdiri dari rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), PT PAL, BPPT, dll yang membela-bela FLNG dengan menghubungkannya dengan kebangkitan industri maritim dan Poros Maritim (?). Apakah mereka tidak tahu bahwa untuk pembangunan FLNG untuk ladang Prelude di Australia, negara yang kemajuan ilmu dan teknologinya melebihi Indonesia (sehingga kita harus menyewa konsultan asing dari sana), masih dilakukan seluruhnya di galangan kapal Samsung di Korea Selatan. Faktanya teknologi FLNG pertama yang akan beroperasi di dunia ini belum ada, paling cepat baru tahun 2017 nanti. Sedangkan untuk OLNG, para insinyur Indonesia telah memiliki pengalaman membangun lebih dari 10 kilang selama beberapa puluh tahun terakhir. Dari KMI sendiri mempertanyakan keamanan pipa gas yang dibangun di bawah laut antara Masela hingga Saumlaki dari ancaman gempa. Namun hal ini, potensi gempa di jalur pipa gas, terbantahkan karena berdasarkan Journal of Geophysical Research diterangkan bahwa dalam 100 tahun terakhir tidak terdapat satu pun gempa yang terjadi di wilayah antara Masela-Saumlaki.

Ada pula serangan berasal dari akun anonym di social media yang menyebutkan bahwa proyek OLNG ini akan menguntungkan grup bisnis Bakrie karena seluruh perpipaan bawah laut Masela akan mereka suplai. Hal ini lagi-lagi terbantahkan, karena kenyataannya belum ada satupun perusahaan nasional yang mampu memproduksi pipa gas dengan spek yang cocok untuk di Masela. Jadi pipa-pipa gas bawah laut nanti semua akan diimpor. Yang terakhir, yang perlu diketahui oleh publik adalah bahwa belum lama ini negara tetangga kita Timor Leste yang memiliki ladang gas Sunrise, yang jaraknya hanya beberapa ratus km dari laut Masela, telah menolak pemakaian teknologi FLNG untuk diterapkan dan lebih memilih OLNG demi memacu pembangunan industrialisasi di negara tersebut.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun