Mohon tunggu...
El Christto
El Christto Mohon Tunggu... Swasta -

credo quia absurdum

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

2019 Ganti Sumber Devisa

25 Desember 2018   22:59 Diperbarui: 25 Desember 2018   23:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari deretan para pembantu (baca: Menteri) yang dimiliki oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), ada kinerja dari sebuah Kementerian yang membuatnya sumringah. Yuk kita lihat bagaimana tanggapan Jokowi terhadap salah satu pembantunya yang berkumis lebat ini.


Foto: ElChristto
Foto: ElChristto
"Saya telah berjanji kepada Bapak Presiden," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, saat Jumpa Pers Akhir Tahun 2018 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata Jakarta Pusat pada 20 Desember 2018 lalu.

Arief Yahya mengatakan janji dari dirinya tercakup dalam tiga hal. Diproyeksikan industri Pariwisata Indonesia akan menjadi penghasil devisa terbesar pada tahun 2019. Dampak dari devisa 20 milyar dolar AS ini akan dapat dirasakan langsung oleh seluruh lapisan masyarakat. Kemudian Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan dapat melampaui ASEAN pada tahun 2019. Thailand merupakan pesaing utama, dengan devisa pariwisata lebih dari 40 milyar dolar AS.

Country Branding Wonderful Indonesia mencerminkan Positioning & Differentiating Pariwisata Indonesia. Country Branding Truly Asia Malaysia menempati ranking 96, sementara country branding Amazing Thailand menempati ranking 83. Country Branding Wonderful Indonesia telah melesat menempati ranking 47. Sebuah capaian luar biasa yang mana sebelumnya N/A (not available).

Nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) mencapai 17 milyar dolar AS pada tahun ini. Arief Yahya optimis proyeksi perolehan devisa dari sektor pariwisata tetap dapat mencapai 17,6 milyar dolar AS pada tahun 2018 ini, meskipun target 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) meleset dari perkiraan. Dengan kemungkinan capaian 16 juta wisman, akan ada rata-rata pengeluaran per kunjungan (Average Spending per Arrival/ASPA) sebesar 1.100 dolar AS per wisman.

Perolehan devisa dari sektor pariwisata akan sejajar bahkan dapat mengalahkan CPO. Ini berarti sektor pariwisata akan segera menjadi sumber devisa utama dan motor penggerak perekonomian pada tahun 2019. Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor pariwisata mencapai 25,68%. Menurut WTTC, ini adalah tercepat kesembilan di dunia, nomor tiga di Asia dan nomor satu di Asia Tenggara.

Arief Yahya mengakui sempat ada rasa optimis target akan tercapai, karena pada Juni dan Juli 2018 sudah ada kunjungan 1,5 juta wisman per bulannya (dikalikan 12 bulan akan menjadi 18 juta). Musibah gempa bumi Lombok pada 29 Juli 2018, tak berdampak pada kunjungan wisman. Namun gempa susulan 7 SR pada 5 Agustus 2018, telah terjadi pembatalan (cancelation) secara besar-besaran lebih dari 70%.

Ada tiga program sebagai bagian strategi yakni ordinary, extra ordinary, dan super extra ordinary. Arief Yahya mengatakan program ordinary telah dijalankan berkelanjutan dan secara dinamis mengubah komposisi BAS (Branding, Advertising, Selling) sesuai prioritas target yang ditetapkan. Porsi Branding akan besar di awal dan porsi Selling ditingkatkan di akhir, dimana cara ini efektif dalam mendatangkan wisman.

Program extra ordinary dilakukan melalui program IHC~ Incentive (Airlines), Hot Deals, Competing Destination Model (CDM), yang menggunakan cara-cara baru yang breakthrough dan inovatif. CDM merupakan metoda baru pemasaran yang mengombinasikan analisa big data, kemampuan machine learning, dan penerapan contextual advertising yang sangat presisi dalam menarget wisatawan. 
Konsep sharing economy diterapkan dalam Hot Deals. Penawaran diskon pada unsur 3A (Aksesibilitas, Atraksi, Amenitas), dengan menjual barang/jasa yang tidak laku (excess capacity).

Program super extra ordinary adalah jurus pamungkas nan istimewa dalam usaha mewujudkan target akhir 20 juta wisman pada 2019, yang mencakup tiga program yakni Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal.

Arief Yahya menjelaskan bahwa mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga sangat efektif melalui Border Tourism. Potensi pasar Border Tourism masih sangat besar dari Singapura, Filipina, Thailand, PNG, Timor Leste, dan Malaysia. Faktor kedekatan geografis dan kultural/emosional, membuat mereka akan lebih mudah datang dan menjangkau destinasi Indonesia secara cepat dan murah.

Minimnya penerbangan langsung (direct flight) dari originasi, merupakan salah satu permasalahan pelik pariwisata Indonesia. Arief Yahya memberikan contoh direct flight Indonesia dari originasi Tiongkok baru mencapai 50%, yang menggambarkan sisanya 50% masih transit dari Hongkong, Singapura, Kualalumpur. Sementara direct flight Thailand dan Malaysia sudah mencapai 80%. Arief Yahya mengatakan dirinya sudah tiga tahun berjuang meminta direct flight dari India ke Bali, namun belum dikasih juga hingga kini.

Foto:ElChristto
Foto:ElChristto
"Menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya," ungkap Arief Yahya mengenai strategi dalam menjalankan program Tourism Hub.

Bukanlah hal mudah mendatangkan direct flight dari originasi. Arief Yahya menyatakan akan jauh lebih mudah ketika dapat "menjaringnya" di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya. Dengan program Tourism Hub, para wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kualalumpur, dapat melanjutkan liburannya ke Indonesia.

Peluang untuk "menjaring di kolam tetangga" masih terbuka sangat luas. Potensi ini dapat terlihat dari data estimasi masuknya orang asing (non Indonesia) via Singapura yang  mencapai lebih dari 11 juta pax dalam 12 bulan terakhir. Rinciannya adalah 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari Tiongkok-Hongkong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Australia dan Eropa. Sementara wisman yang ke Indonesia dengan transit via Singapura, jumlahnya tak sampai 700 ribu.

Lebih dari 55% wisman yang masuk Indonesia menggunakan Full Service Carrier (FSC) pada tahun 2017. Sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Jika LCC mengalami pertumbuhan rata-rata 21% per tahun, namun pertumbuhan rata-rata FSC hanyalah 12% per tahun. Maka Arief Yahya meyakini bahwa LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman.

"Indonesia harus memiliki LCT untuk mendorong pertumbuhan LCC. LCT akan menjadi salah satu penentu utama tercapainya target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019," ujar Arief Yahya, mengenai mendesaknya penerapan program Low Cost Terminal (LCT).

Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara yang paling siap dikembangkan menjadi Low Cost Carrier Terminal (LCCT) saat ini. Terminal 1 akan diarahkan menjadi full LCCT penerbangan domestik, sedangkan Terminal 2 akan menjadi full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Dengan berbagai proses pembenahan, Bandara Banyuwangi sedang dikembangkan untuk menjadi LCCT.

Para pemenang WIN Way ASN Kemenpar | Foto: ElChristto
Para pemenang WIN Way ASN Kemenpar | Foto: ElChristto
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tiga tahun berturut-turut, disematkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Kemenpar. Nilai Akuntabilitas Kinerja Kemenpar sampai tahun 2017 adalah 75,86 (Predikat BB / Sangat Baik). Capaian Reformasi Birokrasi ini menunjukkan kualitas penyelenggaraan budaya kinerja birokrasi pemerintahan di lingkungan Kemenpar berorientasi pada hasil.

Dalam JPAT 2018 ini, pameran bertemakan "We are The Champion" digelar pada 20 dan 21 Desember 2018. Selain program champion dari masing-masing satuan kerja, dapat disaksikan pula display co-branding, display Calendar of Events, serta live entertainment.

Spirit dari tema besar JPAT 2018 "The Winner Wonderful Indonesia Energy", merupakan strategi menjadi pemenang dengan cara tak biasa untuk meraih hasil yang luar biasa. Dalam JPAT 2018, Kemenpar turut memberikan apresiasi kepada pemenang Win Way: Speed~Solid~Smart untuk kategori ASN dan Artefak. Apresiasi juga diberikan kepada Mitra Co-Branding baik untuk Corporate, Endorser, maupun Resto Diaspora.




Arief Yahya juga menyempatkan untuk melakukan Launching "Calendar of Events 2019", "The Heart of Wonder by Nurulita Adriani", "Wonderful Start-up Academy (WSA)", dan "Korpri Mart". 

Oh ya, Arief Yahya mengingatkan telah ada kemajuan signifikan dalam pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) sebagai 'Bali Baru', utamanya dalam unsur 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas). Kesepuluh DPP adalah Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Pulau Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kepulauan Seribu & Kota Tua (DKI Jakarta), KSPN Bromo Tengger (Jatim), Borobudur (Jateng), Mandalika (Lombok NTB), Labuhan Bajo (NTT), Wakatobi (Sulteng), Morotai (Maluku).

Pemerintah telah menggelontorkan banyak investasi di 10 DPP. Dalam lima tahun kedepan, sektor pariwisata membutuhkan investasi Rp. 500 trilyun untuk pengembangan 10 DPP tersebut. 

Nah bagi yang tengah bersiap-siap menjelajah 10 Destinasi 'Bali Baru', yuk saksikan dulu Tarian Lenggang Nusantara. Mungkin saja dapat memberikan inspirasi sebelum tiba di tujuannya....


#TDB #PesonaIndonesia #WonderfulIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun