Mohon tunggu...
El Christto
El Christto Mohon Tunggu... Swasta -

credo quia absurdum

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

2019 Ganti Sumber Devisa

25 Desember 2018   22:59 Diperbarui: 25 Desember 2018   23:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemenang WIN Way ASN Kemenpar | Foto: ElChristto

Minimnya penerbangan langsung (direct flight) dari originasi, merupakan salah satu permasalahan pelik pariwisata Indonesia. Arief Yahya memberikan contoh direct flight Indonesia dari originasi Tiongkok baru mencapai 50%, yang menggambarkan sisanya 50% masih transit dari Hongkong, Singapura, Kualalumpur. Sementara direct flight Thailand dan Malaysia sudah mencapai 80%. Arief Yahya mengatakan dirinya sudah tiga tahun berjuang meminta direct flight dari India ke Bali, namun belum dikasih juga hingga kini.

Foto:ElChristto
Foto:ElChristto
"Menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya," ungkap Arief Yahya mengenai strategi dalam menjalankan program Tourism Hub.

Bukanlah hal mudah mendatangkan direct flight dari originasi. Arief Yahya menyatakan akan jauh lebih mudah ketika dapat "menjaringnya" di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya. Dengan program Tourism Hub, para wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kualalumpur, dapat melanjutkan liburannya ke Indonesia.

Peluang untuk "menjaring di kolam tetangga" masih terbuka sangat luas. Potensi ini dapat terlihat dari data estimasi masuknya orang asing (non Indonesia) via Singapura yang  mencapai lebih dari 11 juta pax dalam 12 bulan terakhir. Rinciannya adalah 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari Tiongkok-Hongkong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Australia dan Eropa. Sementara wisman yang ke Indonesia dengan transit via Singapura, jumlahnya tak sampai 700 ribu.

Lebih dari 55% wisman yang masuk Indonesia menggunakan Full Service Carrier (FSC) pada tahun 2017. Sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Jika LCC mengalami pertumbuhan rata-rata 21% per tahun, namun pertumbuhan rata-rata FSC hanyalah 12% per tahun. Maka Arief Yahya meyakini bahwa LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman.

"Indonesia harus memiliki LCT untuk mendorong pertumbuhan LCC. LCT akan menjadi salah satu penentu utama tercapainya target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019," ujar Arief Yahya, mengenai mendesaknya penerapan program Low Cost Terminal (LCT).

Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara yang paling siap dikembangkan menjadi Low Cost Carrier Terminal (LCCT) saat ini. Terminal 1 akan diarahkan menjadi full LCCT penerbangan domestik, sedangkan Terminal 2 akan menjadi full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Dengan berbagai proses pembenahan, Bandara Banyuwangi sedang dikembangkan untuk menjadi LCCT.

Para pemenang WIN Way ASN Kemenpar | Foto: ElChristto
Para pemenang WIN Way ASN Kemenpar | Foto: ElChristto
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tiga tahun berturut-turut, disematkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Kemenpar. Nilai Akuntabilitas Kinerja Kemenpar sampai tahun 2017 adalah 75,86 (Predikat BB / Sangat Baik). Capaian Reformasi Birokrasi ini menunjukkan kualitas penyelenggaraan budaya kinerja birokrasi pemerintahan di lingkungan Kemenpar berorientasi pada hasil.

Dalam JPAT 2018 ini, pameran bertemakan "We are The Champion" digelar pada 20 dan 21 Desember 2018. Selain program champion dari masing-masing satuan kerja, dapat disaksikan pula display co-branding, display Calendar of Events, serta live entertainment.

Spirit dari tema besar JPAT 2018 "The Winner Wonderful Indonesia Energy", merupakan strategi menjadi pemenang dengan cara tak biasa untuk meraih hasil yang luar biasa. Dalam JPAT 2018, Kemenpar turut memberikan apresiasi kepada pemenang Win Way: Speed~Solid~Smart untuk kategori ASN dan Artefak. Apresiasi juga diberikan kepada Mitra Co-Branding baik untuk Corporate, Endorser, maupun Resto Diaspora.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun