Pendahuluan
Di era modern saat ini, media sosial telah menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita terutama sebagai remaja. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sebanyak 99,16% remaja berusia 13-18 tahun telah berpartisipasi dalam penggunaan sosial media. Kehadiran platform seperti Instagram, Tiktok, dan Twitter menjadi sarana bagi para remaja untuk menghibur diri. Tidak hanya itu, kehadiran platform tersebut juga bermanfaat sebagai sumber inovasi dan komunikasi. Namun, dalam penggunaan media sosial juga ada tantangan yang dihadapi penggunanya yaitu penyebaran berita hoax atau informasi palsu. Berita hoax memiliki dampak yang signifikan terhadap remaja, terutama bagi para pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sedang dalam masa perkembangan dan pembentukan identitas. Artikel ini akan membahas tentang dampak hoax di media sosial terhadap pelajar SMP dan pentingnya literasi digital untuk menghadapi masalah ini.
Penyebaran Hoax di Kalangan Pelajar SMP
Pelajar SMP merupakan kelompok usia yang masih rentan terhadap informasi-informasi yang mereka terima. Dengan kemudahan akses informasi dan media sosial, mereka menerima berbagai jenis informasi. Beberapa informasi yang mereka terima mungkin merupakan berita hoax. Berita hoax dapat berupa berita palsu tentang isu politik, pendidikan, bahkan rumor tentang teman sebaya. Dalam tersebarnya berita ini, tidak sedikit dari mereka yang belum tau cara menilai apakah informasi yang diterima merupakan hoax atau bukan.
Dampak PsikologisÂ
Salah satu dampak yang dapat dirasakan dari hoax adalah dampak psikologis. Informasi palsu yang beredar di media sosial dapat menimbulkan kecemasan dari pribadi pelajar SMP tersebut. Misalnya, berita hoax tentang beredarnya pelaku kriminal di sekitar sekolah mereka yang dapat membuat pelajar tersebut merasa cemas. Kecemasan ini dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka.
Selain itu berita hoax juga bisa menyebabkan ketidakpercayaan secara umum terhadap isu-isu terkini. Ketika pelajar seringkali menerima berita bohong, mereka akan merasa ragu akan kebenaran berita-berita yang beredar di media sosial. Hal ini dapat mengarah pada sikap skeptis yang berlebihan dan dapat mengurangi minat mereka untuk mencari informasi baru
Pengaruh terhadap Hubungan Sosial
Munculnya berita hoax juga memengaruhi hubungan sosial antar pelajar. Informasi palsu dapat memicu pertengkaran dan konflik di antara teman-teman. Misalnya rumor palsu tentang seseorang yang menyebar di media sosial dapat memicu pertikaian hingga bahkan memicu perundungan. Dalam hal ini berita hoax tidak hanya merusak pertemanan, namun juga membuat lingkungan sekolah yang tidak nyaman.
Lebih jauh lagi berita hoax dapat memicu kebencian terhadap suku atau etnis tertentu. Misalnya sebuah berita bohong yang membicarakan sebuah suku atau etnis tertentu yang berujung pada konflik dan intoleransi yang terjadi di antara pelajar. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan sosial yang berkepanjangan
Dampak Akademis
Berita hoax dapat memengaruhi akademik seorang siswa SMP. Munculnya berita hoax membuat mereka kehilangan fokus dalam belajarnya. Misalnya ketika ada berita palsu tentang strategi belajar, hal ini dapat memicu pemikiran siswa tersebut, sehingga berdampak pada akademik siswa seperti berkurangnya minat dalam belajar
Selain itu, hoax tentang tips belajar dapat menyesatkan para siswa dalam memperoleh cara belajarnya sehingga membuat siswa tersebut enggan untuk belajar. Mereka cenderung memilih tren belajar yang ada di media sosial ketimbang mencarinya dari sumber yang berintegritas.
Pentingnya Literasi Digital
Menghadapi berita hoax yang beredar memerlukan pendekatan pro-aktif dari semua pihak terkait termasuk orang tua, pendidik, dan pemerintah. Hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi digital di kalangan pelajar SMP. Literasi digital dapat mencakup cara mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara baik dan benar.
Pendidikan literasi digital harus dimulai sejak dini guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang. Pendidikan literasi digital harus memuat cara mengenali sumber informasi yang kredibel dan memverifikasi informasi yang berkeliaran di media sosial. Selain itu, diskusi terbuka tentang hoax di lingkungan sekolah juga harus digalakkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H