Macoma balthica dapat hidup di area yang memiliki Dissolved Oxygen (DO) rendah atau keadaan hipoksia seperti di dalam lumpur atau sedimen. Kerang ini dapat bertahan hidup selama 15 hari dalam keadaan hampir tidak terdapat oksigen (anoksia). Adaptasinya terhadap keadaan hipoksia yaitu dengan menjulurkan sifonnya ke tempat yang memiliki kandungan oksigen lebih banyak dan juga mengurangi kedalamannya di dalam lumpur atau sedimen.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Long dkk. pada tahun 2008, menunjukkan M. balthica yang dimasukkan ke dalam reaktor dengan keadaan hipoksia dan moderat hipoksia akan mengurangi kedalamannya masing-masing 26 mm dan 10 mm di dalam lumpur dibandingkan kelompok dengan keadaan mendekati normal (DO 3,2 mg/l) dan normal (DO 4,9 mg/l).
Jadi kesimpulan dari artikel kali ini adalah kerang yang hidup di pantai berlumpur memiliki struktur morfologi dan anatomi yang teradaptasi dengan habitat pantai berlumpur. Selain itu, perilaku membenamkan diri dari kerang dan pola makan dengan deposit dan filter feeding memiliki peranan penting dalam menunjang viabilitas kerang di habitat tersebut. Terakhir, terdapat beragam faktor yang ternyata berperan penting dalam kehidupan kerang di habitat tersebut baik ditinjau dari faktor fisika maupun kimia.Â
Sekian, penjelasan mengenai adaptasi kerang di habitat substrat pantai berlumpur. Terimakasih sudah menyimak penjelasannya dari awal hingga akhir ya readers!Â
Salam Kerang!
DAFTAR PUSTAKA
- Day, T. 2013. Ecosystem Ocean. Routledge, New York: viii+226 hlm.
- Hidayati, N. 2017. Dinamika Pantai. UB Press, Malang: xviii+192 hlm.
- Isma, M.F. 2017. Kemunculan Kerang Pharella acutidens Dikaitkan dnegan Salinitas Perairan Hutan Mangrove di Perairan Dumai, Provinsi Riau. Samudra Akuatika 1(2): 37---52.
- Insitut Pertanian Bogor. 2018. Karakteristik Organisme Bivalvia. 10 hlm. https://repository.ipb.ac.id/, diakses pada Sabtu 06 Oktober 2018 pk. 15.35 WIB
- Insitut Agama Islam Negeri Palangkaraya. 2018. Bab II Kajian Pustaka. 47 hlm. http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/, diakses pada Sabtu 06 Oktober pk. 3.40 WIB
- Islami, M.M. 2013. Pengaruh Suhu dan Salinitas terhadap Bivalvia. Jurnal Oseana Vol. 38(2): 1 -- 10
- Lim, C. F. 1966. A Company Study on the Ciliary Feeding Mechanisms of Anadara Species from Different Habitats. Biological Bulletin 130 (1): 106---117 hlm.
- Long, W.C., B.J. Brylawski & R.D. Seitz. 2008. Behavioral Effects of Low Dissolved Oxygen on The Bivalve Macoma balthica. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 359(2008): 34---39.
- Manandmollusc. 2018. General Bivalve Anatomy. 1 hlm. http://www.manandmollusc.net/lesson_plan_anatomy_files/bivalve_anatomy_lab.html. Diakses pada 7 Oktober 2018 Pk 00.34 WIB.Â
- Naturalhistory.museumwales.ac.uk. 2016. Marine Bivalve Shells of the British Isles. 1 hlm. https://naturalhistory.museumwales.ac.uk/britishbivalves/browserecord.php?-recid=86: 05 Oktober 2018. pk. 15.13 WIB.
- Nugroho, S.H. 2012. Morfologi Pantai, Zonasi dan Adaptasi Komunitas Biota Laut di Kawasan Intertidal. Oseana XXXVII(3): 11---21.
- Piffer, P.R., E.P. de Arruda & F.D. Passos. 2011. The Biology and Functional Morphology of Macoma biota (Bivalvia: Tellinidae: Macominae). Zoologia 28(3): 321---333.
- Ryland, J. S. & P. A. Tyler. 1989. Reproduction, Genetics and Distributions of Marine Organisms. Olsen & Olsen, Swansea: 469 hlm.
- Sari, S. N. 2010. Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa)di Perairan Pesisir Banten. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor: xiv + 75 hlm.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H