Mohon tunggu...
Elan Priananda
Elan Priananda Mohon Tunggu... -

Hanya perangkai kata, mencoba mengutarakan isi kepala melalui bahasa yang menjamah rasa... Journalism - Communication Program of Faculty of Social and Political Science Universitas Atma Jaya Yogyakarta (elanpriananda11@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rasa

25 Maret 2016   13:25 Diperbarui: 25 Maret 2016   14:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku lelah sebenarnya
Tapi semua mengalir begitu saja
Merangkai kata tak berdaya
Menunjukkan hal yg sungguh bermakna

Entah ini telah jadi malam yg kesekian
Hanya berujung kembali pada penantian
Bahkan tak tahu untuk apa dinantikan
Tapi tetap menunggu walau menyakitkan

Kita tak buta arah
Hanya enggan melangkah

Waktu terus berjalan
Namun kita masih saja enggan
Keyakinan bukan tujuan
Hanya saling menjaga perasaan

Sejauh aku mengenal kamu
Sekuat apa pun kamu
Aku tahu akan sampai di mana ujungnya
Sebuah batasan kita yg terlampau sama

Bicara tentang melakukan kerelaan
Hingga berbusa akan cerita kepasrahan
Menuntut sesuatu untuk dilepaskan
Menjadikan pihak melakan kejahatan

Bukan tentang keterpaksaan
Tapi lebih jauh akan sebuah keharusan

Kita merakit sebuah bom waktu bersama
Tak perlu menjadikan siapa harus menanggungnya
Menjadi dua peran utama serba tahu
Memiliki pilihan kapan untuk memicu
Pemegang kendali dalam segala situasi
Namun rancu dalam berbagai kondisi

Kamu bisa anggap aku kembali
Usaha melegakan meski terasa nyeri
Namun kamu harus tahu tak akan terjadi
Aku tak akan bisa membohongi diri

"Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak didalam perjumpaan abadi"

Lirik yg mungkin tepat
Mewakilkan kita yg berjalan di tempat
Aku tak tau entah akan di mana kita
Namun hanya terus berusaha penuh harap
Tak berandai semua akan terjawab
Hanya bisa menunggu waktu yang tepat
Aku rindu kita yg dulu, tak terlalu banyak berdebat
Menjalani semua begitu saja, namun itu bukan pula hal yg tepat
Resiko telah siap, kita tak mungkin terus tiarap
Bersembunyi dalam semak, mengindahkan duri yg menancap

Kita telah semakin kuat
Lari pun tak menjadi solusi
Berhenti pada suatu kondisi
Menjadikan diri lebih baik lagi

Kenyamanan tentu menjadi tujuan
Tak akan bisa tanpa kesamaan keinginan
Sebuah jawaban keikhlasan sama sekali tak melegakan
Bukan tentang siapa yg merasa menang

Kamu, telah mengisi setiap kata yang menjadi diatas
Aku, berusaha melengkapi sajak sebagai batas untuk diretas
Kita, tak akan bisa melanjutkan keindahannya,
Jika hanya menjadikan membohongi diri tentang rasa ikhlas

Kamu, menjadi seseorang yg selalu ingin aku tulis
Aku, tak ingin jadi seseorang yg tak pernah kamu baca
Kita, masih memiliki kesempatan untuk bisa menulis,
Punya kesempatan kembali membaca agar tak mengulang kesalahan yg sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun