Mohon tunggu...
elangyk98
elangyk98 Mohon Tunggu... Penulis - enterprenuer

Lahir di kota Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peringatan 108 Tahun Hari Kebangkitan Nasional, Memaknai Kembali Kebangkitan Bangsa

18 Mei 2016   02:09 Diperbarui: 18 Mei 2016   02:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tgl 20 Mei  1908 sebenarnya merupakan tanggal berdirinya sebuah organisasi Boedi Oetomo , Organisasi kepemudaan Pertama  yang bergerak dibidang pendidikan dan sosial serta menggalang kerjasama  antar pemuda Jawa dan Madura  untuk kemajuan tanah Jawa/Madura.  Terlepas dari anggapan Boedi Oetomo  sebagai Organisasi lokal kedaerahan dan organisasi kalangan priyayi , namun telah memberikan  kesadaran pada pemuda-pemuda saat itu pentingnya  semangat Persatuan , kesatuan dan nasionalisme sehingga terjadinya  ikrar Soempah Pemoeda  28 Oktober 1928 sebagai awal kebangkitan Nasional .  

Secara legal, pengakuan  tgl 20 Mei sebagai hari kebangkitan Nasional, tidak terlepas dari inisiatif Bung Karno th 1948. Pada saat itu  banyak terjadi perpecahan partai politik bahkan terjadi juga dikalangan tentara Nasional,  padahal Indonesia sedang menghadapi agresi militer Ke-2 oleh Belanda.  Agar semangat Persatuan dan Kesatuan timbul kembali dan bisa bersama-sama kembali menghadapi  penjajah kolonial Belanda, Bung Karno mencetuskan Hari Kebangkitan Nasional tgl 20 Mei.

Setelah 108 th berlalu dan 71 th Indonesia  telah Merdeka dari penjajahan Belanda, Para pelaku sejarah sudah tidak ada lagi, generasi Indonesia sudah berubah dan Kemajuan teknologi sudah sangat mempengaruhi kehidupan , bagaimana harus memaknai sebuah kebangkitan bangsa atau Nasionalisme .

Generasi sekarang tidak lagi melihat Belanda sebagai musuh, mereka melihat Belanda sebagai negara yang hebat  dalam pengelolaan negaranya,  Negara yang berhasil membangun bendungan raksasa untuk menahan air laut , Negara yang hebat dalam bidang olah raga sepakbola  (Juara Dunia 3 kali ).  Siapa yang tidak kenal Johan Cruyff, Marco Van Basten dan Rud Gullit dan  Bahkan banyak orang Indonesia  yang menjadi supporter Belanda saat Kejuaraan Dunia.   Generasi sekarang hanya melihat  bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 th hanyalah masa lalu dalam buku sejarah. Seperti dalam kasus yang terjadi baru-baru ini, seorang pemuda selfie diatas kepala patung pahlawan Nasional. 

Menurut Penulis, Kebangkitan Nasional  saat ini harus dipandang sebagai kebangkitan bangsa untuk kemajuan  bersama dan menjadi bangsa yang hebat di tengah persaingan Global. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Jokowi  dalam Munas PDI-P di jakarta, Bahwa dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)  Kita tidak perlu takut karena  Negara-negara yang tergabung dalam MEA juga takut terhadap Kita (Bangsa Indonesia ). 

Kebangkitan Nasional harus memberikan kesadaran kepada generasi sekarang  bahwa  Bangsa Indonesia harus mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.   Jangan hanya menjadi penonton ditengah persaingan global, tetapi juga menjadi pemain.  Untuk mewujudkan itu, negara harus mengkondisikan  agar  rakyat Indonesia mampu bersaing .

Pandangan yang selama ini keliru adalah sering hanya melihat hasil, tetapi tidak melihat proses . Penulis contohkan :  Dalam sebuah Ujian Nasional  SMP atau SMA  kadang  terjadi kejutan , nilai tertinggi Unas dicapai oleh seorang  siswa dari sebuah pelosok desa . Siswa yang selama ini tidak pernah mengikuti  pelatihan –pelatihan intensif  seperti halnya siswa yang berada di perkotaan.  Penulis tidak menafikkan bahwa siswa tersebut memang cerdas luar biasa yang selama ini belum terlihat. Tapi bagi penulis, bukan sebagai kebanggaan bagi daerahnya, karena siswa tersebut memang punya talenta dan dikarunia kepandaian dan kecerdasan, bukan  atas usaha dari daerah tersebut, apalagi hasil unas di daerahnya rata-rata saja.

Seperti dalam Kasus Rio Haryanto, Pembalap Indonesia yang berhasil mengikuti  Balap Mobil F1, dan satu-satunya pembalap Asia yang berhasil  masuk dalam ajang dunia mobil balap F1. Padahal bagi Rakyat Indonesia  masih banyak yang asing dengan ajang balap mobil jet darat tersebut.  Di  Indonesia pun tidak ada sirkuit yang layak untuk menjadi ajang balap sekelas F1, lalu bagaimana latihannya.  Banyak para pejabat di Indonesia yang membanggakan  keikut sertaanya Rio , bahkan sampai kebablasan,   untuk memasukkan dana keikutsertaan Rio dalam  APBN  untuk menalangi kekurangannya sebesar 125 Milyar dari total 225 Milyar.  Padahal  Pon ke XV1 (Jabar ) th 2016, Gubernur Jawa barat  mengatakan masih kekurangan dana.   Rio Haryanto memang orang Indonesia, boleh berbangga, namun siapkah Indonesia untuk memberikan pelatihan  F1 di Indonesia.  Apa hasilnya bila  tanpa pelatihan yang memadai dan hanya mengandalkan tekad besar serta rasa bangga diri dan mungkin rasa nasionalisme , Rio haryanto selalu di pole position paling belakang atau paing buncit , maximal  urutan 2 dari belakang. 

Berbeda kasus, misalnya Bulutangkis , Indonesia memiliki pusat pelatihan Nasional dan beberapa perusahaan besar juga mempunyai  pusat pelatihan, seperti misalnya  Jarum Kudus, Bimantara dan klub-klub bulutangkis yang melahirkan bintang-bintang  Nasional  dan Internasional. Para Pemain dituntut untuk berlatih terus menerus,   Sehingga kemenangan mereka diajang kejuaraan juga mencerminkan kemenangan seluruh Rakyat Indonesia dan membuktikan bahwa  Bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul.

Bukan saatnya bangsa Indonesia hanya menunggu keajaiban , seperti contoh diatas, munculnya siswa cerdas atau Rio Haryanto,  bangsa Indonesia harus selalu  berusaha menciptakan  dan selalu menciptakan sesuatu yang hebat  ( seperti didalam olah raga, latihan terus menerus )  Itu namanya Kebangkitan Bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun