Mohon tunggu...
ELANG MULYA SAPUTRA
ELANG MULYA SAPUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya Mahasiwa UPNV Jatim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisa Resiko terhadap Dampak Keselamatan Kerja (K3) pada Industri Manufaktur

26 Oktober 2023   13:20 Diperbarui: 26 Oktober 2023   13:28 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keselamatan kerja adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam setiap industri, terutama dalam industri manufaktur. Kegiatan manufaktur sering melibatkan mesin-mesin berat, bahan kimia berbahaya, dan lingkungan kerja yang dinamis. Kondisi ini menciptakan potensi resiko yang tinggi bagi pekerja, jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, analisis resiko keselamatan kerja adalah langkah yang sangat penting untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola potensi bahaya yang dapat memengaruhi pekerja dalam industri manufaktur.

Mengidentifikasi Bahaya

Langkah pertama dalam mengidentifikasi Bahaya analisis resiko keselamatan kerja adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Dalam industri manufaktur, bahaya ini dapat meliputi:

  1. Mesin dan Peralatan Berat: Mesin dan peralatan berat dapat menyebabkan cedera serius jika tidak digunakan dengan benar. Mesin yang tidak terawat dengan baik juga dapat menjadi bahaya.

  2. Bahan Kimia Berbahaya: Industri manufaktur sering menggunakan bahan kimia berbahaya seperti pelarut, cat, dan bahan kimia lainnya yang dapat menyebabkan keracunan atau kebakaran jika tidak ditangani dengan benar.

  3. Kerja di Ketinggian: Beberapa proses manufaktur melibatkan pekerjaan di ketinggian, seperti pemasangan peralatan atau perbaikan struktural, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.

  4. Kondisi Lingkungan: Suhu ekstrem, kelembaban, atau kebisingan yang tinggi adalah faktor lingkungan lain yang perlu dipertimbangkan dalam analisis resiko.

  5. Ketidaksesuaian Ergonomi: Pekerjaan yang memerlukan pengulangan gerakan atau posisi tubuh yang tidak alami dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal.

  6. Kerja dengan Listrik: Mesin dan peralatan yang menggunakan listrik memiliki potensi bahaya tersendiri, termasuk risiko kejutan listrik atau kebakaran.

Evaluasi Resiko

Setelah mengidentifikasi bahaya, langkah berikutnya adalah mengevaluasi resiko yang terkait dengan setiap bahaya. Evaluasi resiko dapat dilakukan dengan menganalisis:

  1. Kemungkinan Terjadinya Bahaya: Seberapa sering bahaya mungkin terjadi? Apakah itu merupakan risiko yang berulang atau situasi yang jarang terjadi?

  2. Dampak Potensial: Jika bahaya terjadi, sejauh mana dampaknya? Apakah itu hanya akan menyebabkan cedera ringan atau bisa berakibat fatal?

  3. Paparan Pekerja: Seberapa besar kemungkinan pekerja terpapar pada bahaya tersebut? Apakah ada langkah-langkah pengendalian yang telah diimplementasikan?

  4. Kemampuan Mengendalikan Resiko: Apakah ada langkah-langkah pengendalian yang sudah ada atau yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi resiko?

Setelah mengevaluasi resiko, peringkatkan setiap bahaya berdasarkan tingkat urgensi dan dampaknya. Ini akan membantu Anda menentukan prioritas untuk mengatasi bahaya tertentu.

Pengendalian Resiko

Langkah selanjutnya adalah mengembangkan dan menerapkan langkah-langkah pengendalian resiko. Beberapa tindakan yang dapat diambil meliputi:

  1. Pelatihan: Pastikan bahwa semua pekerja diberikan pelatihan yang sesuai untuk mengatasi bahaya yang mereka hadapi. Ini termasuk pelatihan dalam penggunaan peralatan, pengendalian bahan kimia, dan tindakan darurat.

  2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Pastikan pekerja memiliki akses dan menggunakan APD yang sesuai seperti helm, kacamata pelindung, sarung tangan, dan sepatu pelindung.

  3. Perawatan Peralatan: Rutin memeriksa dan merawat mesin dan peralatan agar tetap dalam kondisi baik.

  4. Prosedur Keselamatan: Mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur keselamatan yang jelas dan memastikan bahwa semua pekerja memahaminya.

  5. Manajemen Risiko Proaktif: Terlibat dalam manajemen risiko proaktif dengan mengidentifikasi dan mengatasi bahaya sebelum mereka menyebabkan cedera.

Evaluasi dan Perbaikan Terus-Menerus

Terakhir, analisis resiko keselamatan kerja dalam industri manufaktur adalah proses yang terus-menerus. Penting untuk secara teratur mengevaluasi tindakan pengendalian resiko yang telah diimplementasikan dan membuat perbaikan jika diperlukan. Hal ini juga melibatkan pengumpulan data insiden keselamatan dan pelaporan kecelakaan atau hampir kecelakaan untuk memahami apakah tindakan yang ada efektif atau tidak.

Dalam keseluruhan, analisis resiko keselamatan kerja dalam industri manufaktur adalah komponen penting untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya dengan baik, perusahaan dapat mengurangi cedera, mengurangi biaya terkait kecelakaan, dan meningkatkan produktivitas. upnjatim.ac.id 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun