Mohon tunggu...
Elang ML
Elang ML Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Indonesia 2016

Mahasiswa yang kadang-kadang menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dari City sampai Bali United, Bagaimana Duit Anak Sultan, Rokok, dan Alkohol Mendanai Olahraga?

14 Juli 2020   21:46 Diperbarui: 15 Juli 2020   16:27 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilik City Football Group, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, melambaikan tangannya saat berada di Stadion Etihad. (digitalsport via Kompas.com)

Artikel ini adalah artikel kedua yang membahas mengenai kemenangan City atas UEFA dalam perkara Financial Fair Play, kalau anda belum baca artikel sebelumnya silakan dibaca terlebih dahulu:

Financial Fair Play, Regulasi yang Menjegal City

Kalau ada 3 jenis uang yang sangat menggiurkan bagi sebuah tim olahraga mungkin dapat dirinci sebagai; duit perushaan rokok, duit perusahaan alkohol, dan duit anak sultan. 

Untuk yang dua pertama sepertinya sudah lama berupaya ditendang dari dunia olahraga melalui beragam konvensi dan regulasi kesehatan, tapi siapa yang tidak ingat betapa digdayanya Marlboro Racing Team dan jersey Carlsberg Liverpool pada zamannya?

Sementara untuk golongan yang ketiga upaya pembatasannya baru dilakukan oleh FIFA melalui regulasi Financial Fair Play. Buat belum pernah dengar silakan baca artikel sebelumnya yang membahas mengenai latar belakang sejarah dan apa itu FFP. 

Dengan dibatasinya ketiga sumber dana seharusnya sekarang sudah tidak ada lagi kan perusahaan tembakau dan bir yang mengisi rekening tim olahraga, dan investor tajir yang memompa sebanyak-banyaknya uang ke tim sepakbola eropa? Atau...

Faktanya bergam tim olah raga dapat mengelabui dengan mudah regulasi finansial tersebut. Pada bagian ini saya akan membahas beberapa skema yang menunjukan bagaimana uang dari sumber yang tidak sah dapat masuk ke berbagai tim.

Protokol FFP sebenarnya juga dirancang untuk memonitor modus yang dilakukan oleh City dengan mengamanatkan UEFA untuk melakukan investigasi apakah dana yang disuntikan sebuah perusahaan yang dimiliki bos tim sepakbola masuk akal.

Namun, protokol FFP sepertinya belum berjalan dengan sempurna. Skema City sendiri terkuak pasca seorang hacker membocorkan e-mail internal Manchester City yang berisi informasi mengenai bagaimana Sheikh Mansour mendanai City dari kantong pribadinya, yang kemudian diliput media Jerman.

Berdasarkan bocoran tersebut, City diduga melakukan "mark-up" laporan sponsor dari salah satu maskapai pesawat terbang yang diterimanya. Maskapai tersebut sebenarnya hanya membayar 8 juta Euro pertahun dari kontrak 10 tahun sebesar 65.5 juta Euro per tahun yang disepakati pada 2011. 

Bagaimana dengan sisanya? Yup dari Kantong Pribadi Sheikh Mansour. Tebak perusahaan apa yang dimaksud? Yup, Etihad yang merupakan perusahaan plat merah dari negara yang salah satu anggota kerajaannya adalah Sheikh Mansour. 

Tanpa ada sokongan dana dari kantong pribadi Mansour, pada musim 2012-2013 saja City seharunya merugi sebanyak 180 juta Euro yang jauh dari ambang batas Financial Fair Play.

Di samping itu, terdapat dua perusahaan berbasis Abu Dhabi yang dimiliki oleh Sheikh Mansour turut menyeponsori The Citizens yang total kontraknya mencapai 31.3 juta Euro per tahun. 

Bahkan otoritas turisme Abu Dhabi juga turut menyumbang 31.3 juta Euro. Meskipun demikian City membantah dengan menyatakan bahwa sepatutnya UEFA membuktikan bahwa ada campur tangan Mansour dalam keputusan tersebut. 

Terlepas dari bantahan itu UEFA tetap menjatuhkan sanksi larangan berpartisipasi di Liga Champions selama 2 tahun dan denda 30 juta Euro. Namun kemudian baru-baru ini sanksi tersebut dicabut.

Apakah City satu-satunya? Oh tentu tidak.

Selain Mansour, trik-trik mengelabui regulasi sponsor yang kreatif muncul dari perusahaan tembakau yang memang pertama dilarang oleh beragam regulasi. Kucing-kucingan paling klasik adalah Marlboro dan F1. 

Ketika F1 mulai melakukan pelarangan logo produk tembakau, Phillip Morris (pemilik Marlboro) menempelkan barcode yang dalam kecepatan tinggi akan terlihat seperti logo segi tiga merah khas Marlboro Merah.

Ketika F1 melakukan pelarangan tim balap untuk menerima sepeserpun dari perusahaan rokok. Phillip Morris Internasional mengelabuinya dengan membuat shell company bernama Misson Minnow. 

Kalau anda buka websitenya isinya adalah penjelasan mengenai tim Schideria Ferrari dan Ducati dan tulisan "Mission Winnow has a simple goal: drive change by constantly searching for better ways of doing things." 

Ya kalau menurut saya ya, "Indeed you find a better way to overcome the regulation". Dengan masih derasnya duit rokok, tentunya warna merah-putih khas Marlboro tidak akan beranjak dari Ducati di MotoGP dan Scuderia Ferrari di F1.

whatculture.com
whatculture.com

Contoh lain yang cukup unik adalah sponsor rokok 555 dari British American Tobbaco, yang warna biru-kuningnya kepalang melekat dengan Subaru di ajang reli. 

Meskipun kurang jelas apakah BAT masih menyeponsori Subaru atau tidak, berita terakhir yang saya temui kontrak masih diperpanjang sampai tahun 2003. Tapi Subaru sepertinya sudah menerima realita yang sulit diubah bahwa line up balapnya kepalang sinonim dengan warna ikonik bungkus rokok tersebut. Bahkan Subaru juga menggunakan warna biru khas 555 untuk produksi masal Subaru Impreza. 

Mungkin itulah kenapa di berbagai negara, tidak hanya peringatan berhenti merokok saja yang diwajibkan, namun warna dari bungkus rokoknya diregulasi agar seragam dan setidak menarik mungkin.

Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya industri tembakau Indonesia agak lebih rajin daripada Phillip Morris. Modus yang dilakukan adalah dengan membuat perusahaan media olahraga atau otomotif.

Pertama ada website otomotif yang menyeponsori berbagai tim balap, stadion, sampai Persija Jakarta. Intersport memang bukan perusahaan rokok, melainkan media mengenai otomotif. Tapi coba perhatikan logonya, warnanya, tagline "Pria Punya Selera", dan coba diingat-ingat nama resmi dari Gudang Garam Filter alias Garpit. 

Di stadion Brawijaya Kediri (homebase Gudang Garam) logo yang sempat terpajang beberapa tahun Intersport memang sudah dihapus tahun ini, tapi ya kalau warna temboknya diperhatikan pasti bikin "asem" penikmat Garpit yang belum merokok dua hari.

Contoh lain, Supersoccer yang bukan perusahaan rokok, tapi media yang banyak meliput sepakbola mulai dari liga top eropa sampai Garuda Select. Pihak yang disponsori, bukan main logonya muncul di timnas, serta bekerja sama dengan PSSI dalam pembinaan sepak bola usia muda dengan mengirim Garuda Select ke Inggris dan menayangkannya. 

Kembali lagi saya tegaskan, bukan sponsor rokok tapi kalau liat logonya dan istilah "super" ya pasti sobat-sobat penggemar kretek asal Kudus makin semangat ngebul.

Logo Supersoccer TV yang mirip apaa gitu. (Supersoccer TV App)
Logo Supersoccer TV yang mirip apaa gitu. (Supersoccer TV App)

Sementara, Anker Sport, diklaim oleh Bali United sebagai sebuah "foundation". Foundation yang memiliki logo dan warna mirip perusahaan bir prosuksi PT Delta Djakarta tersebut juga pernah mensponsori Arema dan berbagai tim balap.

Kalau dilihat laman Facebook-nya selain kaya, pasti yayasan tersebut sangat dermawan karena bisa mensponsori berbagai tim olahraga dan berkampanye anti-drunk driving.

Ya soal apakah uang pribadi pemilik, perusahaan tembakau, atau alkohol maupun segala macam yang terafiliasi dengan pihak-pihak tersebut silakan dinilai sendiri, tanya fans bola hardcore, atau anak FKM. 

Saya sih sebagai anak hukum hanya seru saja memantau bagaimana para pihak kucing-kucingan regulasi, dan ngeharep kali nanti kalau sudah lulus dapet perkara.

Artikel Selanjutnya:
Kemenangan Terpenting Manchester City Bukan di Lapangan Sepak Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun