KEKHAWATIRAN Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adanya isu kudeta rupanya menjadi kenyataan. Paling tidak hal ini dibuktikan dengan diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (5/2/21).Â
Pada kongres luar biasa yang sebetulnya tidak mengantongi izin dari Ketua Majelis Tinggi, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut akhirnya memutuskan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum. Terpilihnya mantan Panglima TNI ini setelah sebelumnya dalam hasil voling mengalahkan rivalnya, Marzuki Alie.Â
Meski begitu, terpilihnya Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang sepertinya akan terus menjadi polemik berkepanjangan. Sebab, dipastikan Partai Demokrat kubu AHY tidak akan tinggal diam. Mereka sudah pasti akan melakukan perlawanan hukum. Sebut saja menggugat hasil KLB Deli Serdang ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Dari sini bakal bisa kita lihat, siapa sebenarnya yang berhak memimpin Partai Demokrat ke depan. Apakah masih dipegang AHY atau malah Moeldoko. Menarik kita tunggu.Â
Syahwat Politik AHY Di Ujung TandukÂ
Apapun nanti hasil PTUN bila memang dilaksanakan, bakal sangat mempengaruhi syahwat AHY pada Pilpres 2024. Hampir dipastikan kekuatan AHY yang tidak seberapa secara elektabilitas dan popularitas, berdasarkan hasil survei bakal lebih tergerus dengan terjadinya peristiwa KLB Deli Serdang.Â
Pasalnya, sudah bisa dipastikan dukungan kekuatan dari Partai Berlambang Mercy itu sudah tidak utuh lagi. Ada dua faksi partai yang jelas salah satunya berlawanan dan tidak akan mendukung AHY. Dengan demikian, setengah dari kekuatan Partai Demokrat bakal ambyar.Â
Satu hal lagi, dengat terpecahnya Partai Demokrat, maka akan semakin kecil kemungkinan AHY mendapat ajakan koalisi dari partai atau kandidat lain. Sebab, mereka merasa kekuatan AHY tidak cukup kuat bisa memenangkan pertarungan Pilpres.Â
Semua ini terjadi lagi-lagi akibat kegenitan politik yang dipertontonkan AHY dan SBY beberapa waktu lalum Bila mereka tidak mengobral isu kudeta ke publik, mungkin kejadiannya tidak akan separah sekarang, dimana KLB akhirnya benar-benar terjadi.Â
Mungkin maksudnya baik, pengumuman kudeta itu demi meraih simpati publik dan menaikan elektabilitas AHY. Hanya saja mereka lupa bahwa pola-pola playing victim yang mereka pakai sudah usang. Masyarakat sudah hapal betul dengan cara-cara menempatkan diri sebagai korban ala SBY tersebut. Akibatnya, AHY dan SBY malah babak belur sendiri. Para petinggi partai terpancing dan akhirnya menguliti keborokan AHY dan SBY satu per satu.Â
Dan, puncaknya terjadi sekarang. AHY sudah tidak bisa lagi jemawa sebagai satu-satunya penguasa Partai Demokrat. Sebab, di luar ada Moeldoko yang juga sama-sama menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Siapa diantara mereka yang bakal bertahan? waktu yang bisa menjawabnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H