KONTESTASI pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta terancam tidak akan digelar pada tahun 2022 mendatang, seperti diharapkan sejumlah partai oposisi pemerintah. Pasalnya, mayoritas partai politik yang memiliki wakilnya di kursi parlemen Senayan tidak menghendaki revisi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada digelar.Â
Dengan demikian, bila pemerintah tetap berpegang pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, maka dipastikan pilkada serentak bakal dilaksanakan sesuai jadwal, yakni pada tahun 2024 mendatang, termasuk dengan Pilgub DKI Jakarta. Namun begitu, beragam analisa dan opini pelaksanaan kontestasi kepemimpinan di ibu kota negara tersebut terus menjadi topik panas di kalangan pengamat politik tanah air.Â
Tengok saja saat Menteri Sosial Tri Rismaharini blusukan di beberapa wilayah Kota Jakarta, sejumlah pengamat mengatakan bahwa hal itu sebagai upaya untuk menarik simpati publik ibu kota. Pengamat pun beranggapan bahwa mantan Wali Kota Surabaya ini akan diusung oleh partainya PDI Perjuangan merebut kursi yang kini diduduki Anies Baswedan.Â
Selain itu, muncul juga nama-nama lainnya yang digadang-gadang bakal terjun pada perebutan kepemimpinan ibu kota negara tersebut, seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Wali Kota Solo yang baru saja terpilih Gibran Rakabuming Raka. Bahkan terbaru muncul nama dua nama selebritis kondang tanah air yang kabarnya bakal diusung PKB, Raffi Ahmad dan Agnes Monica.Â
Panasnya perbincangan soal Pilgub DKI membuktikan bahwa ajang pesta demokrasi perebutan kekuasaan di Kota Jakarta ini menjadi incaran semua pegiat partai politik. Pasalnya, menjadi Gubernur DKI Jakarta bisa menjadi jembatan atau peluang besar bagi siapapun menuju kursi lebih tinggi. Sebut saja pilpres.Â
Kenapa demikian? Karena telah menjadi rahasia umum bahwa siapapun yang menjadi orang nomor satu di ibu kota bakal menjadi pusat perhatian dan sorotan awak media. Pastinya hal ini menjadi keuntungan besar guna mendapatkan popularitas dan elektabilitasnya.Â
Salah satu pihak yang terus mengikuti perkembangan Pilgub DKI Jakarta adalah Lembaga survei Median. Bahkan lembaga ini telah melakukan riset dan jajak pendapat terhadap sebagian penduduk ibu kota. Dan, hasilnya belum lama ini dirilis ke publik. Lembaga ini menempatkan Anies Baswedan sebagai kandidat terkuat dalam Pilkada DKI Jakarta mendatang dengan 40,5 persen. Sementara Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini berada pada urutan kedua dengan 16,5 persen, disusul Ahok 8,5 persen dan Sandiaga Uno 3,0 persen.Â
Namun, seperti dikutip dari Sindonews.com, politikus PKB justru meyakini Risma sapaan akrab Tri Rismaharini akan mampu menggusur Anies.Â
"Survei Median menunjukkan posisi Anies di Pilgub DKI sangat terancam," ujar Ketua DPP PKB Faisol Riza, Jumat (19/2/2021).Â
Menurut Faisol, Risma berpotensi besar menjadi pemimpin DKI Jakarta selanjutnya. Ia melihat posisi wakil Gubernurlah yang saat ini sedang diperebutkan. "Bu Risma akan jadi kandidat terkuat Pilgub DKI," kata Aktivis 98 ini.Â
Masih dikutip Sindonews.com, Ketua Komisi VI DPR RI menambahkan, hampir pasti Gubernur DKI mendatang adalah Risma. Dan, dia mengatakan, sekarang yang diperebutkan adalah posisi wakil gubernur.Â
Apa yang diungkapkan Faisol sangat masuk akal, Risma pada akhirnya akan mampu mengungguli Anies. Dengan catatan Pilgub DKI Jakarta digelar pada tahun 2024.Â
Sebab masa jabatan Anies akan berakhir pada tahun 2022, sedangkan Risma kemungkinan besar masih dipercaya Presiden Jokowi sebagai Mensos. Kondisi ini hampir pasti akan sangat berpengaruh pada popularitas dan elektabilitas keduanya.Â
Alasan lain, Â pada tahun 2024 mendatang juga ada ajang kontestasi pilpres, yang kemungkinan Anies bakal terlibat di dalamnya. Jadi, dengan begitu tidak akan menjadi saingan berat Risma di Pilgub DKI.Â
Menarik dari hasil survei Median adalah masih cukup kuatnya nama Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Meski telah dihancurkan namanya lewat tuduhan penistaan agama hingga harus mendekam dalam penjara, mantan Gubernur DKI Jakarta ini ternyata masih bisa masuk dalam kelompok tiga besar. Ini artinya nama Ahok masih cukup populer dan menjual. Bila kesempatan itu datang lagi, bukan tidak mungkin dia bakal menjadi kandidat tangguh dan sulit untuk dikalahkan.Â
Yang cukup mengejutkan adalah nama Sandiaga Uno. Pria yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut justru hanya menduduki posisi keempat. Itupun raihan elektabilitasnya cukup terpaut jauh dengan Ahok. Selisih keduanya dikisaran 5,5 persen.Â
Tidak dijelaskan oleh Median tentang alasan tingkat kepercayaan penduduk ibu kota terhadap mantan Wakil Gubernur DKI tersebut rendah. Namun, saya rasa salah satu faktornya adalah karena bergabung dengan koalisi pemerintah dan bahkan menjadi bagian dari Kabinet Indonesia Maju. Bisa jadi hal ini menimbulkan kekecewaan masyarakat ibu kota yang telah memilihnya pada Pilgub DKI Jakarta 2017.Â
Terbukti, untuk Pilpres 2024 yang melibatkan masyarakat lebih luas, elektabilitas Sandi sapaan akrab Sandiaga Uno masih cukup lumayan dan bahkan mengungguli Risma. Seperti dirilis Lembaga riset NEW INDONESIA Research & Consulting pada Februari 2021, elektabilitas Sandi berada dikisaran 6,2 persen, Risma hanya 3,3 persen. Sedangkan nama Ahok tidak masuk sebagai salah seorang calon kandidat pilpres 2024. Begitulah kira-kira.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H