"Jadi sekali lagi, yang musti direvisi adalah isi kepala Presiden sebagai kepala negara. Karena beliau salah mengartikan demokrasi. Kan selalu mau masukan orang kritis ke dalam kekuasaan, itu yang mestinya direvisi. UU ITE itu sebenarnya bungkus saja dari isi politik yang anti oposisi" ucap Rocky Gerung melalui chanel YouTubenya, Selasa (16/2). Dikutip dari Fin.co.id.Â
Sebelumnya pada kesempatan yang sama, Rocky menilai, Undang-undang ITE selama ini dipakai pemerintah hanya untuk membungkam dan mengendalikan pihak oposisi. Menurut Rocky, sejak awal Presiden telah menunjukan sikap bahwa dirinya tidak sepakat adanya oposisi.Â
"Jadi poinnya bukan pada UU ITE, tapi pada ada tidaknya oposisi. Kan percuma UU ITE direvisi tapi oposisi tidak diakui oleh pemerintah. Lah, Presiden Jokowi sendiri yang menyebutkan: Negeri ini, demokrasi kita tidak memerlukan oposisi karena kita pancasilais. Jadi cara berfikir Presiden sudah final. Buat dia tidak menghendaki oposisi," ucapnya.Â
Penulis rasa, ucapan Rocky yang mengatakan mesti direvisi itu adalah isi kepalanya Presiden Jokowi, rasanya bukan termasuk kategori kritik. Akan tetapi sebagai ekspresi ketidaksukaan hatinya terhadap Presiden Jokowi.Â
Kemudian menurut penulis, pernyataan Rocky ini tak lebih dari sekadar kalimat tantangan, dan menunjukan bahwa dia tidak merasa takut sedikit pun terhadap presiden. Bahkan, sekali lagi Rocky Gerung membuktikan pada masyarakat bahwa dia adalah oposisi sejati pemerintahan Presiden Jokowi.Â
Satu sisi akan bagus bagi pemerintah bila dihadapkan dengan banyak oposisi, agar roda pemerintahan bisa terus berada dalam trek yang benar. Namun, bila kaum oposisi ini tidak bisa berpikir objektif maka pernyataan-pernyataan yang keluar bukanlah kritik konstruktif demi terciptanya pemerintahan yang baik, melainkan kritik destruktif dan cenderung kasar. Akibatnya, pernyataan-pernyataan yang keluar adalah hujatan, sindiran dan caci-maki tidak jelas.Â
Benar, Indonesia adalah negara demokrasi yang tidak bisa dibelenggu batasan sopan-santun dalam mengeluarkan pendapat. Namun, bukan berarti bisa seenaknya mengeluarkan narasi-narasi kasar menjurus brutal, karena hal-hal demikian bisa memancing kegaduhan publik. Atau, jangan-jangan memang ini yang dikehendaki Rocky Gerung? Wallahuallam Bhisawab.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H