Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Telak, "Sliding Tackle" Mahfud pada JK

15 Februari 2021   20:41 Diperbarui: 15 Februari 2021   21:19 2077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahkan keluarga Pak JK juga melapor ke polisi...ngga apa-apa melapor, lalu polisi melihat apakah ada kasus kriminalnya atau tidak," lanjutnya. 

Memang benar kata Mahfud, beberapa waktu lalu salah seorang putri JK sempat melaporkan mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean atas cuitannya yang menuduh JK adalah orang di balik kepulangan mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Ditengarai, nama JK saat itu disamarkan menjadi nama Caplin. Namun demikian laporan tersebut sepertinya mental. Paling tidak, hingga hari ini Ferdinand masih bebas berkeliaran di luar. 

Kembali pada tanggapan Mahfud, lebih jauh dia menyebut sejak zaman JK menjadi Wakil Presiden menurutnya menyikapi kritik terhadap pemerintah sudah menjadi dilema, lantaran jika kritik ditindak maka pemerintah bisa disebut diskriminatif. Tapi, kalau tidak ditindak malah menjadi liar. 

Mahfud lantas mengingatkan di era Jokowi-JK kritik terhadap pemerintah pun berseliweran dari nama-nama seperti Saracen, Muslim Cyber Army, dan Piyungan. 

"Jika ditindak orang ribut, jika tak ditindak juga orang ribut. Inilah demokrasi, oleh sebab itu pemerintah mengambil hal-hal kritik dimasukan dalam pertimbangan kebijakan." ujar Mahfud. 

Apa yang diungkapkan Mahfud MD tentu ada benarnya. Apabila masyarakat diberi ruang terlalu bebas kadang suka kebablasan yang akhirnya euforia tersebut kerap kali jadi disalahgunakan. 

Masyarakat tidak lagi melakukan kritikan yang benar, melainkan asal ceplos atau asal cuit tanpa menghiraukan norma-norma yang ada. Akibatnya kritikan tersebut cenderung berubah menjadi penghinaan, seperti contohnya menyerang atau mempersalahkan soal fisik. 

Kritik yang benar biasanya berkaitan soal kebijakan yang disampaikan dengan bahasa cerdas dan berdasarkan data. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki sesuatu yang dianggap salah. 

Sementara bila disampaikan lewat kata-kata kasar, bahkan menyertakan nama-nama binatang sudah pasti hal tersebut bukanlah kritik, melainkan sebuah penghinaan. Hal-hal seperti ini wajar bila dilaporkan pada pihak kepolisian. 

Akhirul kata, menjawab pertanyaan JK bila memang benar-benar ingin tahu kritik yang aman adalah sampaikan dengan bahasa santun, cerdas dan konstruktif. Begitulah kira-kira.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun