Nah, sepertinya rezim orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto tidak begitu menyukai popularitas Megawati yang banyak dielu-elukan publik tanah air, khususnya masyarakat bawah. Berdasarkan beberapa sumber bacaan, penguasa orde baru ini merasa khawatir kalau Megawati yang kala itu dinilai sebagai simbol perlawanan kian besar namanya. Maka, entah bagaimana caranya pada tahun 1996 kekuasaan Megawati didongkel oleh pemerintah, melalui KLB Medan. Sebagai penggantinya adalah Soerjadi.Â
Mega tidak tinggal diam. dikutip dari Sindonews.com, Rekayasa pemerintahan Orde Baru menggulingkan Megawati itu dilawan pendukung Megawati dengan menggelar mimbar bebas di Kantor DPP PDI. Klimaksnya terjadi pada 27 Juli 1996. Pemerintah melalui tangan Soerjadi melakukan perebutan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, dari pendukung Megawati.Â
Peristiwa ini kemudian meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, dan Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar. Peristiwa pada tanggal 27 Juli itu kemudian dikenal dengan istilah Kudatuli, yang merupakan akronim dari "kerusuhan 27 Juli".Â
Akibat dari peristiwa kelam tersebut, pada tahun 1997 PDI berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Dan, Megawati pun kokoh menjadi ketua umumnya hingga sekarang.Â
Merujuk pada peristiwa yang dialami PDI atau PDIP, apa yang menimpa Partai Demokrat tentu saja tidak ada apa-apanya. Tidak ada bentrok fisik, atau upaya pengambilalihan paksa. Semua yang terjadi baru wacana, dan masih membutuhkan bukti-bukti kuat.Â
Satu hal lagi, meski peristiwa kudeta PDI tahun 1996 konon katanya melibatkan pihak pemerintah, namun figur yang menggusurnya jelas-jelas kader partai dan juga mantan ketua umum. Tidak seperti Moeldoko yang sama sekali tidak tercatat sebagai kader. Jangankan pengurus, anggota pun bukan.Â
Untuk itu, sedianya AHY memang berlaku tenang. Daripada harus curhat, mendingan perkokoh soliditas partainya sendiri. Jangan buat celah dirinya bisa digoyang oleh kadernya sendiri. Begitulah kira-kira.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H