Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rocky Gerung Kena "Slading Tackle" Politisi PDIP

7 Februari 2021   23:20 Diperbarui: 8 Februari 2021   00:07 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk bisa jadi pemimpin yang baik, keempat aspek tersebut di atas harus benar-benar dimiliki oleh calon pemimpin. Siapapun dan di manapun mereka berada. 

Seorang calon pemimpin harus memiliki akseptabilitas atau tingkat penerimaan publik cukup tinggi. Bila hal tersebut dimiliki, maka peluang jadi seorang pemimpin cukup terbuka. Namun, itu saja tidak cukup. Dia harus didukung dengan kekuatan struktur organisasi, dalam hal ini partai politik yang memadai. Tanpa dukungan partai politik, menjadi seorang pemimpin di Indonesia adalah mimpi. Sebab, regulasinya mengatakan demikian. 

Setelah akseptabilitas dan kekuatan struktur dimiliki, langkah selanjutnya adalah tentu saja harus dipastikan memiliki jaringan pendukung. Karena dengan memiliki networking yang besar dan masif, maka kemungkinan besar suara pemilih akan bisa diarahkan terhadapnya. Dalam sistem pemilihan langsung, suara rakyat adalah raja. Mereka adalah faktor penentu bisa tidaknya seseorang didaulat jadi pemimpin. 

Aspek terakhir yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah nama besar atau ketokohan. Dalam dunia politik, popularitas dan elektabilitas teramat penting. Hal ini, tentu tidak bisa didapatkan dengan mudah. Butuh kerja keras dan bukti kinerja yang baik dari dunia yang dia geluti, sehingga banyak dikenal dan diapresiasi publik. 

Nah, pertanyaannya sekarang, apakah Anies dan AHY telah memiliki keempat aspek tersebut? Penulis rasa belum. Kedua orang yang disebutkan Rocky Gerung tersebut masih memiliki kelemahan mendasar masing-masing. 

Sebut saja Anies. Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagaimana kita tahu bukanlah kader politik tertentu. Dia adalah non partai. Hingga hari ini pun masih belum jelas, partai mana yang bakal mengusung Anies. Apalagi, wacana pilkada serentak 2024 semakin mendekati kenyataan. Hal ini diyakini mampu menggerus popularitas dan elektabilitasnya. Karena, setelah masa jabatannya habis pada tahun 2022 mendatang, Anies dipercaya bakal nganggur dan tak memiliki panggung politik lagi. 

Sedangkan AHY boleh jadi memiliki kekuatan struktur politik dan jaringan pendukung. Namun, patut diingat bahwa Partai Demokrat bukan lagi partai besar yang mampu menguasai perolehan suara. Apalagi, akseptabilitas AHY masih diragukan. Terbukti, hingga hari ini elektabilitas dia masih kembang kempis. Masih kalah jauh dibandingkan dengan politisi PDIP, Ganjar Pranowo. 

Pun, dengan ketokohan. AHY jelas masih belum bisa disebut tokoh. Pengalamannya dalam dunia politik masih sangat minim. Meski sekarang menjabat ketum partai, namun itu didapatnya dengan sangat mudah. AHY hanya menerima "warisan" dari ayahnya sendiri. Soesilo Bambang Yudhoyono atau SBY. 

Namun demikian, biarlah Rocky Gerung bergerak liar dengan segala idealitas dan fantasi-fantasinya. Toh, itu merupakan haknya untuk mengutarakan pendapat. So, bagaimana menurut anda?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun