RASANYA belum lama, pengiat Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menjadi korban dugaan rasisme dari salah seorang pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ambroncius Nababan. Dia adalah politikus Hanura sekaligus Ketua Umum Relawan Pro Jokowi-Ma'ruf (Projamin).Â
Di akun facebook pribadinya, Ambroncius memposting tulisan yang berbunyi: "Edodoeee Pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies. Sa setuju pace."Â
Muncul dugaan kuat, postingan Ambroncius ini dipicu oleh kekesalannya terhadap Pigai yang telah terang-terangan menolak vaksin Sinovac, dan dianggap cenderung memprovokasi publik agar sama-sama menolak vaksinasi Covid-19 tersebut. Tak hanya itu, Pigai juga memang selama ini kerap mengkritisi Pemerintahan Presiden Jokowi.Â
Merasa tersinggung atau sekadar ingin memperlihatkan sikap rasis Ambroncius terhadapnya. Tangkapan layar postingan politikus Partai Hanura tersebut, diunggah Pigai lewat akun twitter pribadinya.Â
Sontak unggahan Pigai ini menjadi heboh dan trending. Beragam reaksi dan komentar pun bermunculan. Intinya mengecam sikap Ambroncius dan membela Natalius Pigai.Â
Tidak cukup sampai di situ. Akibat ulahnya, Tim Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menetapkan status tersangka dan menahan Ambroncius Nababan. Dia diduga melakukan ujaran yang mengandung unsur Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) terhadap mantan Komisioner Komnas HAM tersebut.Â
Sedikit melenceng dari pokok bahasan. Penetapan status tersangka dan penahanan terhadap Ambroncius Pigai adalah  bukti nyata dari program Kapolri yang baru dilantik, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Mantan Kabareskrim Mabes Polri ini ingin menjadikan Polri sebagai institusi yang prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan atau Presisi. Good Job Pak Kapolri. Lanjutkan!
Memang selayaknya negara ini tidak boleh memberi ruang gerak bebas terhadap siapapun pelaku rasis atau bersinggungan dengan SARA. Kita sebagai sesama umat manusia khususnya sebagai warga negara Indonesia adalah sama. Kalau pun ada perbedaan, itu hanya sebagai bentuk khasanah yang dimiliki tanah air.
Kembali ke pokok bahasan. Setelah mendapat pembelaan dari banyak pihak dan pelakunya telah dihadapkan pada proses hukum, malah giliran Pigai sendiri yang diduga telah melakukan aksi rasis. Bahkan, aksi rasis Pigai ini menjadi trending di media sosial twitter, dengan muncul Tagar (#) PigaiHinaSukuJawa. Hingga pukul 19.25 WIB, tagar ini telah di tweet oleh 14,2 ribu orang.Â
Ibarat dalam permainan sepak bola, Pigai yang sebelumnya begitu menguasai situasi permainan, mendadak jadi terdesak tim lawan. Bahkan, bukan tidak mungkin kasus dugaan penghinaan terhadap suku Jawa ini diproses hukum. Dan, Pigai pun mengikuti jejak Ambroncius Nababan.Â
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Usut punya usut, ternyata ada jejak digital Natalius Pigai yang pernah menyiratkan kebenciannya terhadap suku Jawa dan berbau rasis. Menurut Pigai, suku Jawa dianggapnya sebagai tirani yang selalu menguasai kepemimpinan nasional. Sementara di luar suku Jawa, menurut Pigai tidak lebih dari seorang babu (pembantu).Â
Dengan munculnya pernyataan itu, Pigai pun harus menerima akibatnya. Dia mungkin sekarang sadar bahwa jejak digital itu kejam. Buktinya, kini dia diserang oleh netizen dengan membuat tagar (#) Pigai Hina Suku Jawa.Â
Dari sekian ribu netizen yang menyerang Pigai, diantaranya datang dari pemilik akun Black Melow. Dia mengatakan, Pigai selalu tidak mau dihina secara fisik, tetapi dirinya cenderung suka menghina pihak lain.Â
"Tdk mau dihina secara fisik tapi sering komentar yg cenderung menghina orang lain..
Dan suku Jawa sll menjadi sasaran hinaan PigaiRasis tapi tdk mau diperlakukan Rasis" tulis Black Melow.Â
Ada juga sindiran yang datang dari pemilik akun Kianinara. Dia menyebut, penghinaan yang dilakukan Pigai bukan sekali dua kali.Â
"Bukan sekali dua kali Pigai menghina orang lain
Dalam benaknya mungkin cuma dia yang sempurna, hingga dengan entengnya menghina org lain tanpa beban" tulis Kianinara.Â
Kita tunggu saja, apakah Pigai akan bernasib serupa dengan Ambrincous atau malah lolos. Yang Pasti, apapun bentuknya, tindakan rasis harus dijadikan musuh bersama. Dan, kita semua wajib untuk mencegahnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H