Dari sekian banyak kasus atau sisi negatif soal kinerja Anies. Saya akan coba sampaikan beberapa diantaranya. Sebut saja soal penanganan banjir yang hingga hari belum bisa ditangani dengan baik. Alih-alih memikirkan solusi jitu, Anies malah asik memainkan retorika dan cenderung melawan kebijakan pusat.Â
Program naturalisasi guna meminimalisir banjir yang ia bangga-banggakan saat kampanye Pilgub, nyatanya omong kosong. Betapa tidak, sistem kerja naturalisasi adalah dengan cara mengelola prasarana sumber daya air melalui konsep pengembangan ruang terbuka hijau, dengan tetap memperhatikan kapasitas tampungan, fungsi pengendalian banjir, dan konservasi.Â
Tapi, apa yang terjadi? Anies malah menebangi ratusan pohon yang ada di sekitaran Monas.Â
Bagaimana bisa diserap, apabila pohon-pohon yang sedianya dijadikan tempat penampung air malah ditebang. Jelas, menurut saya hal ini kontra produktif.Â
Kemudian, pembangunan jalur balap Formula E juga sempat menghebohkan. Alasannya beragam. Dari soal perizinan hingga kebermanfaatan program tersebut. Dengan percaya diri, kala itu sang gubernur mengatakan bahwa program adu balap itu bakal mampu mendatangkan keuntungan hingga Rp. 1,2 triliun.Â
Eh, alih-alih mendapat untung. Kini program balapan Formula E malah bermasalah.Â
Adalah Ferdinand Hutahaean yang mempertanyakan aliran dana event balapan Formula E. Jumlahnya mencapai 35 Juta Euro atau sebesar Rp.934 M. Hal itu pantas dipertanyakan, lantaran pada tahun 2021 ini Indonesia tidak tercatat dalam agenda sebagai tuan rumah ajang balapan Formula E.Â
Terakhir ada lagi program Anies yang membuat hidup dan kinerjanya benar-benar berwarna dalam arti sesungguhnya. Apa itu?Â
Belum lama ini Anies Baswedan baru merampungkan program pengecatan atap atau genteng rumah warga dan juga bangunan bawah fly over dengan penuh warna-warni, bak pelangi.Â
Tapi, entahlah. Namanya juga gubernur asal beda. Pasti ada tujuan tertentu di balik semua itu.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!