Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tak Perlu Mahal, Cerdiknya Risma Manfaatkan Anies Baswedan

12 Januari 2021   20:16 Diperbarui: 12 Januari 2021   20:32 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


DUNIA politik pada hakikatnya memang penuh intrik, drama dan tak segan mengelabui siapapun pihak. Hal ini sepertinya perlu dilakukan demi memuluskan kepentingannya. 

Selain tiga faktor di atas, dalam politik juga tak segan menyerang lawan jika sekiranya mengancam eksistensi si aktor politik atau partai politik itu sendiri. Tak peduli, serangannya ini sesuai pada tempatnya atau tidak, yang penting pesan dari bentuk perlawanannya tersampaikan pada publik. Dengan harapan, publik sendiri percaya bahwa apa yang dilakukan pihak yang diserang itu sesuai dengan apa yang dikatakan pihak penyerang. 

Contoh kasus teranyar dari peristiwa politik di atas, terjadi langsung pada Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini. Mantan Wali Kota Surabaya ini sejak dilantik oleh Presiden Jokowi tersebut sebagai Mensos langsung mendapat serangan politik dari segenap penjuru arah mata angin. 

Diketahui, begitu dikukuhkan sebagai orang paling bertanggungjawab di Kementrian Sosial menggantikan Juliari Batubara, Risma---sapaan akrab Tri Rismaharini langsung bergerak cepat. Hal pertama yang dilakukannya adalah blusukan di beberapa wilayah Kota Jakarta. 

Di wilayah ibu kota negara tersebut, Risma blusukan ke daerah-daerah kumuh, seperti halnya kolong jembatan. Di sana banyak ditemukan para pemulung, gelandangan dan pengemis (Gepeng), anak-anak putus sekolah dan pengamen. 

Sebagai Mensos, Risma langsung tergerak hatinya. Dia lantas berjanji dan memberi solusi pada para penghuni kolong jembatan supaya kehidupannya lebih layak. Contohnya, Risma akan berupaya memberdayakan para isteri pemulung untuk berjualan pecel lele, dan akan bagi anak-anak putus sekolah disuruh kembali belajar dan diberi beasiswa. 

Tak hanya itu, Risma pun blusukan ke sekitaran Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat. Di sana, dia menemukan beberapa orang tunawisma. Kembali, Risma pun memperlihatkan kepeduliannya dengan cara menampung mereka di tempat penampungan. 

Sontak, aksi blusukan Risma ini menuai apresiasi publik. Risma dinilai sungguh-sungguh menjalankan amanah, punya integritas tinggi, dan mampu bertanggungjawab penuh sebagai pejabat negara. 

Namun, apa yang dilakukan Risma ini dari kacamata politik, khususnya dari pihak yang kepentingannya merasa terusik, dianggap sebaliknya. Alih-alih mendapat apresiasi, Risma malah dicibir, dicela, difitnah dibenci, dijatuhkan, dihajar habis-habisan dan dianggap sebagai musuh bersama. 

Tidak tanggung, yang bereaksi negatif terhadap aksi Risma ini datang dari politisi-politisi elite dan juga tokoh nasional. Misal, Fadli Zon, Ahmad Riza Patria, Hidayat Nur Wahid, Said Didu dan Rocky Gerung. Dengan entengnya mereka rata-rata menilai aksi blusukan Risma hanya demi pencitraan semata. Bahkan, khusus untuk kasus penemuan para tunawisma di Jalan Sudirman-Thamrin tuduhan terhadapnya lebih pedas. Risma dianggap mengada-ada dan bermain drama. 

Salah seorang yang membantah adanya tunawisma di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin ini adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Menurutnya, sejak dia masih kecil hingga menjadi seorang pejabat publik tidak pernah melihat adanya para gelandangan di tempat tersebut. 

Namun, pernyataan Riza Patria ini berhasil digugurkan. Sebab, nyatanya Satpol PP DKI Jakarta berhasil menjaring gelandangan di sekitaran jalan tersebut sekurang-kurangnya 29 orang. 

Lepas dari segala pro dan kontra, apa yang telah dilakukan Risma di DKI Jakarta harus diakui telah berhasil menyedot perhatian banyak pihak. Dengan begitu, otomatis namanya kian populer di mata penduduk tanah air. Betapa tidak, nama Risma terus menghiasi media massa dan media sosial. 

Dari sudut pandang politik, keriuhan yang terjadi bakal sangat menguntungkan bagi Risma sendiri. Terlebih, dirinya digadang-gadang bakal dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh PDI Perjuangan. 

Sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta yang disebut-sebut sebagai etalase Negara Indonesia, popularitas jelas sangat dibutuhkan sebagai modal dalam pencalonan. Dan, Risma lewat aksi blusukannya telah memulai dan mengumpulkan modal tersebut dengan baik. 

Dikutip dari Sindonews.com, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti menilai, Jakarta tersedia seluruh perangkat yang bisa menaikan popularitas itu. 

"Satu, media yang begitu banyak berkumpul. Dua, pendukung (Gubernur DKI) Anies yang akan serta merta dengan sukarela melakukan cuitan aktivitas itu. Apalagi aktivitas dimaksud menyinggung kepemimpinan Anies. Akan serta merta pendukung Anies melakukan cuitan," lanjut Ray. 

Ray mengatakan, semua fasilitas yang ada di Jakarta gratis dan bahkan nyaris tak mengeluarkan biaya. Cukup menaikan emosi pendukung Anies, popularitas akan didapuk. Nadanya negatif. tapi bagi politisi, nada negatif itu urusan kedua. Yang pertama adalah naiknya popularitas. Meraup popularitas itu mahal dan tidak mudah. Tapi bisa gratisan kalau di Jakarta dengan syarat menjadi oposisi Anies. 

"Jadi, Risma itu meminjam tangan Anies untuk mempopulerkan dirinya. Target tercapai, Risma sekarang blusukan ke daerah lain. Jelang Pilkada, kemungkinan akan blusukan lagi di Jakarta. Dan pendukung Anies akan mem-bully-nya. Tapi itu malah jadi promosi gratis Risma," katanya. 

Meski, diyakini aksi blusukan Risma ini sesuai dengan keinginan dirinya dan tanpa tendensi apapun, mengingat hal itu menjadi kegiatan hari-harinya saat menjabat Wali Kota Surabaya. Apa yang dikatakan Ray Rangkuti memang ada benarnya. 

Tanpa disadari oleh siapapun, cuitan-cuitan pihak yang kontra terhadap Risma di media sosial, maupun keriuhan-keriuhan yang terjadi di alam nyata justeru membuat nama Risma semakin populer. Dan, popularitasnya ini didapat tidak harus mengeluarkan biaya banyak. 

Dengan kata lain, popularitas Risma ini didapat dengan cara yang cerdik. Statusnya yang bersebrangan dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ternyata bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun