Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

FPI Picu Rahayu Kontra Fadli Zon, Prabowo Tersandera

3 Januari 2021   11:27 Diperbarui: 3 Januari 2021   11:50 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Gerindra mestinya berkaca terhadap pengalaman pahit Partai Demokrat. Selain, karena banyak petinggi partai terlibat kasus korupsi, sikap politik dua wajah yang mereka pertontonkan memiliki andil besar membuat partai berlambang Mercy ini terpuruk. Hingga hari ini, partai yang sempat menjadi penguasa tersebut masih dalam PR besar untuk bisa kembali bangkit menjadi partai besar. 

Untuk itu dibutuhkan sikap jelas dari Partai Gerindra bila tidak ingin mengalami nasib serupa dengan Partai Demokrat. Kuncinya tentu ada pada Prabowo Subianto sebagai ketua umum partai. 

Sayang, tampaknya Prabowo belum ada tanda-tanda mengambil sikap atau tindakan tegas. Semenjak kepulangan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi, mantan Danjen Kopasus tersebut lebih banyak diam. Sama sekali tidak mampu memposisikan dirinya berkiblat ke mana. 

Prabowo hanya diam dan terus diam. Bahkan saat perseteruan FPI dengan pemerintah memanas, hingga terjadi insiden penembakan enam laskar hingga aksi massa di beberapa daerah termasuk di ibu kota, mantan suami Titiek Soeharto ini tak jelas rimbanya. 

Puncaknya, saat pemerintah melalui SKB enam menteri membubarkan FPI dan menganggap sebagai organisasi terlarang, Prabowo lagi-lagi tak terlibat. Padahal, sebagai Menhan yang bertanggungjawab terhadap kondusifitas keamanan negara mestinya dia menjadi salah satu pihak yang turut menandatangani surat keputusan tersebut. 

Dari rentetan diamnya Prabowo terhadap kasus yang melibatkan FPI dan Habib Rizieq, setidaknya bisa disimpulkan kalau dia sedang tersandera oleh kepentingan politik. Prabowo, sepertinya masih berharap dukungan dari FPI dan Habib Rizieq jika dia kembali mencalonkan pada Pilpres 2024. 

Selain itu, alasan Prabowo tak mampu menunjukkan jati dirinya sebagai Menhan, karena yang sedang dihadapi adalah mantan pendukung setianya. Dia paham betul siapa Habib Rizieq dan FPI. Mereka ada pada barisan paling depan saat dirinya ikut nyapres pada tahun 2014 dan 2019. Sudah tentu ikatan emosional diantara keduanya pasti sudah terjalin cukup erat. 

Akhirnya Prabowo lebih baik memutuskan tidak mencemplungkan diri dalam pusaran kasus FPI. Dia jelas tak ingin dicap sebagai dobel pengkhianat bila terlibat jauh mengamankan ormas Islam dimaksud. 

Prabowo telah dicap sebagai pengkhianat perjuangan mereka saat memutuskan bergabung dengan pemerintah. Stempel yang melekat ini tentu tidak ingin ditambah lagi bila terlalu pro pemerintah dengan mengambil sikap tegas terhadap FPI. 

Bahkan, sekadar menegur Fadli Zon yang terus-terusan memihak pada FPI pun, Prabowo sama sekali tidak mampu. Anak buahnya itu terus saja dibiarkan bergerak liar. Saking bebasnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini seolah telah berganti profesi menjadi Juru Bicara (Jubir) Ormas Islam dimaksud. 

Namun, apapun yang dilakukan Prabowo adalah keputusan dan langkah politiknya. Tentu, dia sadar betul imbalan apa yang bakal diterimanya. Kita hanya berharap, kasus yang melibatkan FPI ini tidak berlarut-larut, sehingga energi yang ada bisa dimanfaatkan pada hal yang lebih bermaslahat bagi kebaikan umat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun