Pihak oposisi dimaksud tentu bukan sesama partai politik. Misal PKS, Partai Demokrat maupun PAN. Akan tetapi, kader partainya sendiri dan kelompok Islam kanan yang dalam dua kali kontestasi Pilpres (2014 dan 2019) selalu mendukung jagoan Partai Gerindra. Prabowo Subianto.Â
Bukan rahasia umum, besarnya Partai Gerindra dan Prabowo tak lepas dari dukungan kelompok Islam kanan. Misal Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama.Â
Nah, bicara kelompok Islam kanan. Dalam beberapa waktu terakhir, Fadli Zon benar-benar mengorbankan tenaga dan pikirannya demi membela FPI. Diketahui, ormas ini tengah dilanda masalah sejak kehadiran Habib Rizieq di tanah air.Â
FPI yang asalnya pongah dan digdaya sehingga bisa beraktivitas seenak udelnya harus menelan pil pahit. Pemerintah yang selama ini cukup sabar dan 'mendiamkan' tindak-tanduknya mendadak keras dan tegas.Â
Lihat saja, baliho-baliho Habib Rizieq dicopoti TNI Kodam Jaya dan kemudian ditahan oleh Polda Metro Jaya. Bahkan SP3 kasus chat mesum sang habib dicabut.Â
Kemudian, enam laskar FPI tewas ditembak polisi, harus segera angkat kaki dari Pesantren Markaz Syariah Megamendung dan akhirnya FPI dibubarkan dan dianggap sebagai organisasi terlarang.Â
Dengan rentetan peristiwa di atas hingga akhirnya FPI dibubarkan, Rabu (30/12), merugikan Fadli  Zon dan partainya. Boleh jadi, segala usaha, perjuangan atau pembelaannya terhadap FPI selama ini terancam sia-sia.Â
Seperti telah disinggung, Fadli yang begitu jor-joran membela Habib Rizieq dan FPI, semata-mata demi kepentingan politik. Diduga, bukan karena faktor idealis dan sejenisnya. Namun, demi tetap bisa mendapat dukungan dan mendulang suara dari kelompok tersebut.Â
Namun, bila yang diperjuangkannya ini ambyar, maka otomatis niatnya meraih dukungan pun percuma. Toh, FPI telah jadi almarhum.Â
Kecuali, wacana yang berkembang bahkan sekarang sedang trending di twitter, bakal muncul organisasi dengan nama masih FPI. Bukan Front Pembela Islam, melainkan Front Persatuan Islam.Â
Bila organisasi ini benar-benar terwujud, Fadli Zon masih memiliki secercah harapan. Sebab dipastikan organisasi baru ini masih diisi oleh tokoh itu-itu saja. Ibarat ponsel, casingnya saja yang baru. Sedangkan mesinnya masih produk lama.Â