Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gebrakan Risma Ancam Anies?

30 Desember 2020   19:47 Diperbarui: 30 Desember 2020   19:49 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


TIDAK LAMA setelah dilantik, Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini tak menyia-nyiakan kepercayaan presiden. Dia langsung menggebrak dengan cara blusukan di daerah sekitar kantor dinasnya. 

Naluri Risma---sapaan akrab Tri Rismaharini sangat peka dengan situasi dan kondisi masyarakat di bawah ancaman pandemi Covid-19. Mantan Wali Kota Surabaya ini seperti telah paham betul apa yang terjadi dengan masyarakat arus bawah. 

Blusukan ala Risma tentu bukan tanpa berisiko. Bisa saja tertular wabah virus Korona. Meski begitu, Risma seolah tak peduli. Yang penting bagaimana dia segera mendapatkan informasi dan fakta-fakta tentang kondisi masyarakat tanah air. Khususnya Warga Jakarta. 

Dan, faktanya memang sungguh memprihatinkan. Jakarta adalah sebuah kota paling maju, semestinya masalah-masalah sosial sudah bisa teratasi dengan baik. Istilah kata, masalah penyebaran Covid-19 tidak makin memperburuk keadaan. Sebaliknya, bisa tertangani dengan rapi. Dan, masyarakat pun hidup dengan layak. 

Sayang, realita berbanding terbalik. Saat, Risma melakukan blusukan, ternyata masih banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Setidaknya itu yang ditemukan wanita kelahiran Kediri, 20 November 1961 tersebut saat mendatangi warga yang hidup di bawah kolong jembatan. Ada pemulung, gepeng, pengamen, dan bahkan mungkin juga copet. 

Seperti diberitakan banyak media massa, di sana Risma langsung membuktikan kesungguhannya sebagai Mensos, sekaligus seorang ibu. Risma bukan hanya bertanya dan menampung aspirasi. Tapi, langsung memberikan solusi. 

Dikutip dari detiknews.com, terhadap para penghuni kolong jembatan dan masyarakat lainnya, Risma memotivasi agar mereka memiliki semangat memperbaiki taraf hidup dan menawarkan program pemberdayaan. 

Risma juga mempersilakan para pria penghuni bawah tol untuk meneruskan pekerjaan sebagai pemulung. Namun, kepada ibu-ibu di sana, dia menawarkan membuka usaha pecel lele. Risma juga berjanji bakal meresmikan usaha pecel lele tersebut bila sudah terwujud. Sengaja hal itu dilakukan agar dagangannya nanti laku bila seorang Mensos yang meresmikan. 

Tidak hanya itu, terhadap penghuni kolong tol lain, Risma juga meminta anak-anak pemulung tetap semangat dan belajar dengan baik. Dia juga menyebut dirinya 'ibu' bagi pemulung. 

"Ayo, anak-anak harus jadi anak pinter. Nanti ibu kasih beasiswa ya. Buktikan kalau kalian bisa menjadi sukses meskipun saat ini menjadi penghuni kolong tol," katanya. 

"Mereka sudah banyak yang menjadi sarjana. Nanti saya berikan beasiswa. Nanti saya beli barang-barang yang dikumpulkan ini. Saya ini ibunya pemulung," ucap Risma. 

Apa yang dilakukan Risma sepertinya sederhana. Namun, sebenarnya sikapnya ini sangat mahal. Tidak semua pejabat negara mampu melakukan itu. 

Kebanyakan justeru tak peduli. Sekalinya blusukan hanya untuk pencitraan. Dan, 'pura-pura' menampung aspirasi, untuk kemudian dilupakan begitu saja. 

Maaf. Tidak usah jauh, hal ini berlaku bagi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Bukan hendak membandingkan. Tiga tahun menjabat Gubernur, Anies lebih banyak membangun pencitraan daripada aksi nyata. 

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini hanya membuat drama-drama cermin, drama gemetar, dan sekian banyak drama yang tidak akan memajukan kota Jakarta. Retorika ini juga tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial yang sudah semakin semrawut di Jakarta ini.

Betul, Anies pernah (seolah) memperhatikan masyarakat kecil dengan membuat program perumahan DP nol persen. Program ini sebenarnya sangat baik, namun lagi-lagi kenyataannya jauh panggang dari api. 

Program Rumah DP 0 Rupiah merupakan salah satu program kerja unggulan Gubernur DKI Anies Baswedan. Sejatinya, program ini digagas Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, mantan wakil Gubernur Jakarta pada saat Pilkada 2017 lalu, untuk membantu warga yang belum memiliki rumah tinggal. 

Namun, pada pelaksanaannya, program rumah DP 0 Rupiah ini tak cukup laris. Pasalnya, meski menawarkan DP nol persen atau 0 rupiah, skema pembayaran cicilannya ternyata menyulitkan warga kelas bawah Jakarta yang menjadi target pemasaran. Cicilan bulanan yang mencapai separuh dari UMP yang diterima warga Jakarta dinilai masih belum menjangkau kalangan menengah ke bawah. 

Bukan hanya itu, pembangunan perumahan ini diduga telah terjadi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh perusahaan pemenang tender pengadaan tanah untuk pembangunan Rumah DP 0 Rupiah. 

Selebihnya, hampir tidak pernah ada program Anies yang langsung mengena ke masyarakat bawah. Dia lebih cenderung membangun hal-hal yang sifatnya memperlihatkan wajah Jakarta lebih maju dan modern. Sementara, realitanya masih banyak masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. 

Untuk itu, hadirnya Risma sebagai Menteri Sosial boleh jadi menjadi angin segar bagi warga yang selama ini kecewa. Tapi entah berapa lama Risma bisa bekerja dengan baik, atau berapa lama dia bisa bertahan dengan kinerjanya di tengah arus politik yang begitu keras. 

Betapapun, baru sebatas blusukan saja, Risma sudah dinilai sebagai ancaman terhadap Anies Baswedan oleh sejumlah kalangan. Inilah model politik di negeri ini sarat dengan aroma persaingan. 

Padahal, kalau mereka dewasa berfikir, mestinya kehadiran Risma menguntungkan. Keduanya bisa bekerjasama, mencurahkan isi kepalanya masing-masing demi kebaikan semua fihak. 

Karakter dan etos kerja Risma yang cepat memang akan sulit diikuti Anies yang cenderung lamban. Jadi, sebenarnya yang menyebabkan Anies terancam citranya bukan karena Risma jadi menteri Sosial dan bekerja dengan maksimal. Akan tetapi, Anies sendirilah yang membuat dirinya terancam. 

Bila citra Anies tidak ingin lebih terpuruk dengan hadirnya Risma di Jakarta, tidak ada jalan lain selain mengimbangi etos kerja mantan Wali Kota Surabaya tersebut. Atau, seperti telah disinggung, Anies bisa merangkul Risma duduk satu meja dan membahas problematika Kota Jakarta. Khususnya tentang kehidupan masyarakat kecil yang membutuhkan uluran tangan pemerintah. Khususnya bantuan sosial. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun