Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"The King Maker", Kabinet Jokowi Rasa Capres dan Cawapres

25 Desember 2020   21:28 Diperbarui: 25 Desember 2020   21:48 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PELANTIKAN enam mentri baru yang dilaksanakan di Istana Negara, Rabu (23/12) oleh Presiden Jokowi, tak sekadar perombakan atau reshuffle kabinet biasa. Akan tetapi, sekaligus ajang rekonsiliasi nasional dari dua kubu yang berseteru pada Pilpres 2019 lalu. 

Diketahui, satu dari enam menteri baru yang dilantik ada nama Sandiaga Solahudin Uno yang dipercaya menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dia adalah salah seorang calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Prabowo Subianto yang berhadapan langsung dengan Jokowi dan pasangannya, Ma'ruf Amin. 

Dengan masuknya Sandi---nama kecil Sandiaga Solahudin Uno, berarti lengkap sudah mantan rival Jokowi di Pilpres 2019 menjadi anak buahnya. Sebelumnya, Prabowo Subianto telah lebih dulu bergabung dan dipercaya jadi Menteri Pertahanan (Menhan). 

Lepas dengan segala pro kontra yang terjadi di kalangan masyarakat, bergabungnya Sandi menyusul Prabowo pada Kabinet Indonesia Maju (KIM) patut diakui buah kecerdikan Presiden Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mampu membuktikan bahwa segala kritik dan tudingan Prabowo-Sandi saat kampanye Pilpres 2019 lalu adalah bohong. Tengok saja mereka berdua mau bergabung dalam pemerintahan mantan rivalnya itu. 

Menurut pikiran logis, tak mungkin Prabowo-Sandi bergabung dengan pemerintahan Jokowi, apabila dipandang jelek dan bobrok. Dengan mengikuti pemerintahan bobrok, nama mereka berdua pun otomatis akan terseret. Dan, ini tidak akan bagus bagi kepentingan politik mereka kedepannya. 

Namun, nyatanya Prabowo-Sandi malah bergabung dan bersedia jadi pembantunya. Tanpa harus dimintai keterangan pun mereka berdua telah mengakui bahwa sebenarnya Pemerintahan Jokowi cukup berhasil. Adapun kritik dan tudingan miring pada masa kampanye hanya bisa-bisanya mereka saja untuk menjatuhkan pihak lawan, sekaligus menarik simpati masyarakat. 

Dengan demikian, percaya atau tidak, Presiden Jokowi merupakan seorang king maker handal dalam kancah politik nasional. Saat dihujat, dikritik hingga dituding miring pada kampanye pilpres lalu, Wong Solo ini tetap tenang dan tak terpancing. 

Dengan segudang pengalamannya dalam memimpin pemerintahan, mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga jadi pemimpin nasional dan ilmu politik yang dia pelajari selama menjabat menjadikan Presiden Jokowi seorang king maker sejati. Lawan yang dulu habis-habisan menghujat malah berada dalam telunjuknya (baca: pembantunya di kabinet). 

Sebagai seorang king maker, sepertinya Presiden Jokowi tidak cukup menyatukan dua mantan rivalnya berada dalam kekuasaannya. Dalam pandangan sederhana saya, dia juga tengah merencanakan sesuatu yang lebih besar kedepannya. 

Tidak perlu diperdebatkan, saya kira program kerja dan rencana-rencana besar Jokowi demi Indonesia lebih maju tak akan mungkin bisa dituntaskan dalam empat tahun terakhir masa pemerintahannya. Untuk itu, Presiden Jokowi membutuhkan calon pemimpin yang mampu meneruskan visi misinya di masa mendatang. 

Nah, dalam konteks ini, saya melihat Jokowi mencoba mempersiapkan beberapa nama dalam kabinetnya sebagai proses regenerasi kepemimpinan. Diantara beberapa nama ini tentu nantinya akan melewati seleksi alam, hingga akhirnya ditemukan calon pemimpin potensial yang mampu melanjutkan visi dan misinya. 

Sadar atau tidak, kabinet Jokowi jilid II ini bisa dibilang sebagai kabinet rasa capres atau cawapres. Karena begitu banyaknya nama-nama menteri yang masuk dalam radar beberapa lembaga survei sebagai kandidat pemimpin nasional. Baik itu capres maupun cawapres. 

Setidaknya ada delapan nama menteri yang sejauh ini digadang-gadang potensial maju pada Pilpres 2019. Yaitu, Menhan Prabowo Subianto, Mendagri Tito Karnavian, Menko ekonomi Airlangga Hartarto, Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Tohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dan, dua nama terakhir baru saja dilantik. Mereka adalah Mensos Tri Rismaharini dan Menparekraf Sandiaga Solahudin Uno. 

Mungkin ini terlalu mengada-ada, karena biasanya king maker buat calon pemimpin nasional dipegang oleh pucuk pimpinan partai politik. Namun, perlu diingat, saat ini Presiden Jokowi berada dalam "kungkungan" PDI Perjuangan. Betapa tidak, Jokowi sudah didaulat sebagai petugas partainya oleh Ketua Umum partai banteng dimaksud, Megawati Soekarnoputri. 

PDI Perjuangan dan Megawati tentu menginginkan kekuasaannya terus berlanjut. Sesuai fitrahnya, politik memang selalu mengejar kekuasaan. 

Demi mewujudkan ambisi Mega dan PDI Perjuangan, kemungkinan besar Presiden Jokowi dilibatkan untuk mencari calon pemimpin nasional berikutnya. Sebagai presiden, mudah bagi Jokowi untuk mengangkat seseorang agar dipercaya dan dikenal masyarakat. Cukup memberi panggung di kabinet yang dia pimpin. 

Semakin banyak nama-nama kandidat, bakal semakin leluasa bagi Presiden Jokowi menentukan calon kuat. Kemudian jelang pemilihan, nama tersebut diangkat ke permukaan agar lebih mendapat simpati publik. Caranya? tentu hanya Presiden Jokowi sendiri yang tahu.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun