Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sandi dan Risma Masuk Kabinet, Prabowo Kalah Pamor dari Mega

25 Desember 2020   14:51 Diperbarui: 25 Desember 2020   15:00 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya, kehadiran mereka di kabinet Jokowi tidak semuanya sesuai dengan prediksi awal. Maksudnya, nama-nama menteri yang disodorkan oleh masing-masing partai politik dimaksud tidak semuanya mengisi pos menteri yang ditinggalkan pendahulunya. 

Hanya Risma yang sesuai dengan pos menteri yang sebelumnya milik PDI Perjuangan. Sementara, Menteri KKP yang ditinggalkan Edhy Prabowo justru diisi oleh Sakti Wahyu Trenggono. Sandi sendiri hanya menempati Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 

Pertanyaannya, kenapa Partai Gerindra tidak kembali menempati posisi Menteri KKP? Dalam hipotesis sederhana penulis, ada dua alasan realistis. 

Pertama, Partai Gerindra boleh jadi menghindari konflik lebih jauh. Mereka tidak ingin masalah internal partai yang sedang goyah semakin terpuruk akibat memaksakan posisi Menteri KKP di bawah kendalinya. 

Diketahui, sejak tertangkapnya Edhy dan sengkarut kepulangan Habib Rizieq Shihab yang menuai cibiran terhadap Prabowo sebagai Menhan, serta polah Fadli dan Habiburokhman yang jor-joran membela FPI membuat Partai Gerindra menuai sorotan tajam publik. 

Bukan mustahil, apabila posisi Menteri KKP masih dipegang kader Partai Gerindra, akan timbul kecurigaan publik bahwa partai kepala burung garuda ini ingin mengamankan kebijakan-kebijakan yang sebelumnya diterbitkan Edhy Prabowo. Maka, mereka lebih memilih untuk melepas posisi Menteri KKP dan menggantinya dengan pos menteri lain. 

Kedua, sebenarnya Partai Gerindra masih menginginkan kursi Menteri KKP. Bagaimanapun dalam setahun lebih ini mungkin telah banyak kebijakan Edhy yang berafiliasi langsung dengan Partai Gerindra. 

Hanya saja, proposal yang disodorkan Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra tidak digubris Presiden Jokowi. Alasannya, bisa saja orang nomor satu ini tidak ingin kejadian miring Edhy Prabowo terulang. 

Pertanyaannya kemudian, kenapa PDI Perjuangan masih bisa menempatkan kadernya di posisi yang sama? 

Dalam hal ini patut diakui pengaruh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri masih lebih unggul dibanding Prabowo. Jamak, Mega---nama kecil Megawati Soekarnoputri adalah orang yang paling berjasa atas karier politik Jokowi hingga bisa menjadi orang nomor satu di Indonesia. Karena pengaruh besarnya ini, Jokowi tidak bisa berbuat banyak. 

Terlebih, Mega juga cerdik. Nama yang disodorkan untuk mengganti Juliari sebagai Mensos adalah Risma. Sosok yang selama ini terkenal bersih dan tegas dalam menjalankan tugasnya selaku pimpinan. Kriteria ini cocok, mengingat Kemensos selama ini rawan korupsi karena memiliki anggaran jumbo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun