MANTAN Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali membuat heboh publik tanah air, khususnya jagat maya. Cuitannya di akun twitter memantik beragam persepsi publik. Bila tetap dibiarkan kemungkinan akan menimbulkan sorotan negatif terhadap pemerintah.Â
Cuitan Said Didu di akun twitternya yang kemudian dihapus ini merespon pernyataan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari soal digantinya Fachrul Razi oleh Gus Yaqut sebagai Menteri Agama (Menag). Hanya saja respon Didu ini agak sedikit dipelintir.Â
"Terima kasih atas penjelasan mas Qodari. Akhirnya kami tahu bahwa Bapak Presiden inginkan Menag untuk "menggebuk" Islam. Sekali lagi terima kasih," tulis Said Didu. Dikutip dari CNNIndonesia.Â
Padahal, pernyataan Qodari bukan seperti yang dicuitkan pria kelahiran Pinrang, 2 Mei 1962 tersebut. Dalam pernyataannya, Qodari hanya menyebut bahwa dipilihnya Gus Yaqut sebagai Menag bisa membentengi pemerintah dan masyarakat tanah air dari kelompok Islam tertentu. Soalnya, rekam jejak Ketua GP Ansor ini terkenal anti radikalisme dan ormas-ormas radikal.Â
"Soal Gus Yaqut, dia keras kepada kelompok Islam tertentu, itu yang dicari presiden dari Yaqut ya. Bahwa selama ini Yaqut keras kepada kelompok-kelompok yang sekarang berhadapan dengan pemerintah. Jadi kuat ideologi, kuat pertarungan ideologi, head to head gitu," kata Qodari. Dikutip dari detikcom.Â
Bila dicermati dengan seksama antara pernyataan Qodari dan respon Said Didu adalah dua persepsi berbeda. Dalam hal ini, Qodari hanya menyebutkan narasi "kelompok Islam tertentu". Artinya bukan kelompok Islam secara universal atau keseluruhan.Â
Kelompok Islam yang dimaksud Qodari tentu saja mudah ditebak. Yaitu, kelompok yang selama ini kerap bertindak atau berbau radikalisme. Misal FPI dan ormas-ormas sejenisnya.Â
Namun, apa yang disampaikan Said Didu lewat cuitannya sama sekali tidak membubuhkan kata "tertentu". Ia hanya menulis "kelompok Islam". Artinya bila diterjemahkan secara bebas, maksud Didu adalah Islam secara keseluruhan tanpa memandang kelompok atau aliran manapun. Setiap kelompok atau masyarakat yang beragama Islam akan berhadapan dengan pemerintah.Â
Narasi yang dibangun Didu lewat cuitan akun twitternya jelas akan memancing amarah umat Islam tanah air bila saja cuitannya tersebut ditelan bulat-bulat. Apa yang disampaikan Said Didu tak beda halnya dengan narasi provokatif agar seluruh umat Islam tanah air membenci pemerintah.Â
Karena cuitan Didu yang dianggap provokatif dan berpotensi memecah belah bangsa, Ketua PAC Ansor Jagakarsa, Wawan, melaporkannya pada pihak Bareskrim Polri. Eh, tatkala mendengar kata polisi atau dilaporkan pada kepolisian yang bersangkutan seolah langsung ciut hatinya.Â
Said Didu menghapus cuitannya. Dan, kemudian memohon maaf. Permohonannya ini kembali disampaikan Didu lewat cuitan di akun twitter pribadinya.Â
"Atas kesalahan tersebut, jika ada pihak merasa tersinggung dengan mention saya tersebut (yang saya sudah hapus beberapa waktu setelah saya tulis), saya mohon maaf," cuitnya lewat akun @msaid_didu pada Rabu (23/12) malam. CNNIndonesia.Â
Patut diapresiasi sikap Said Didu ini. Dia dengan ksatria berani mengakui kesalahan dan memohon maaf. Namun, apa yang dilakukannya ini ada sedikit kejanggalan.Â
Biasanya, mantan Sektretaris BUMN selalu ngeyel atas apa yang telah diucapkannya. Baik itu lewat lisan maupun tulisan. Contoh kasus saat berseteru dengan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan (LBP).Â
Saat itu Didu menyerang LBP dengan mengatakan bahwa menteri yang akrab dipanggil Opung ini hanya memikirkan uang, uang dan uang. Pihak LBP pun langsung bereaksi dan mengancam akan melaporkannya bila dalam 2X24 jam tidak meminta maaf.Â
Diancam seperti itu Didu tak gentar. Ancaman itu seolah diabaikannya. Hingga akhirnya ancaman itu benar-benar terjadi. Sekali lagi, dia tidak ciut nyalinya. Malah melawannya dengan dibantu begitu banyak kuasa hukum.Â
Nah, kengeyelan ini tidak terjadi pada kasus yang terjadi baru-baru ini. Seperti disebutkan tadi, dia langsung menghapus cuitannya dan memohon maaf. Perbedaan sikap alias langsung ciut nyalinya ini dalam pandangan saya ada dua hal yang mendasarinya.Â
Pertama, Said Didu memang benar-benar merasa bersalah, sehingga perlu menghapus kembali cuitannya dan memohon maaf. Kedua, dia memang telah benar-benar ciut nyalinya. Hal ini disebabkan sikap pemerintah melalui aparat kepolisian mulai bersikap tegas terhadap siapapun yang membuat onar.Â
Contoh paling nyata adalah ditahannya pentolan FPI, Habib Rizieq Shihab. Padahal, sebelumnya mungkin tidak ada masyarakat Indonesia yang mengira pemerintah bakal berani. Kemudian, kolega dekatnya, Haikal Hasan pun dipanggil pihak kepolisian, gara-gara dianggap telah menyebarkan berita bohong terkait mimpinya bertemu Nabi Muhamad.Â
Bahkan, tak menutup kemungkinan Munarman pun akan menerima nasib serupa. Dia dianggap menyebar berita bohong soal enam laskar FPI yang tewas tidak membawa sajam dan senpi dilaporkan pada pihak kepolisian. Belum lagi pengikut-pengikut Habib Rizieq juga telah ditangkap, akibat menyebarkan ujaran kebencian dan pengancaman.Â
Boleh jadi karena melihat beberapa contoh kasus di atas, Said Didu merasa khawatir dan ketakutan. Bukan tidak mungkin dia pun akan mengalami nasib seperti Habib Rizieq dan yang lainnya. Maka, dengan cepat dia memohon maaf.Â
Sekarang kita tunggu saja, apakah Wawan akan mencabut laporannya setelah Didu meminta maaf atau melanjutkan kasus ini hingga ke proses hukum. Menarik untuk ditunggu.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H