Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Mensos, Puan Maharani Terancam

22 Desember 2020   23:37 Diperbarui: 22 Desember 2020   23:37 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PENANTIAN cukup panjang soal perombakan kabinet atau reshuffle, terjawab sudah. Rencananya, Rabu (23/12) Presiden Jokowi akan melantik enam menteri baru untuk duduk di kabinetnya. 

Enam menteri baru tersebut adalah Tri Rismaharini sebagai Mensos, Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menkes, Yaqut Kholil Kaumas sebagai Menteri Agama, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri KKP, dan Muhammad Luthfi diangkat menjadi Menteri Perdagangan. 

Meski reshuffle kabinet tersebut tidak akan memuaskan semua fihak, lantaran masih ada beberapa kementrian lain yang juga dianggap layak untuk diganti, langkah Presiden Jokowi ini patut diapresiasi. Setidaknya, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut ada upaya untuk membenahi kementrian-kementrian yang dianggap lemah. 

Kembali pada enam nama menteri baru yang akan dilantik Rabu (23/12) di Gedung Istana Negara, ada dua nama yang cukup menyedot perhatian publik. Mereka adalah Sandiaga Uno dan Tri Rismaharini. 

Sandiaga Uno memang sudah santer terdengar bakal masuk dalam Kabinet Jokowi pasca mengundurkan dirinya Edhy Prabowo akibat terjerat kasus korupsi izin benih lobster. Jadi hal ini tidak begitu mengherankan. 

Menariknya, masuknya Sandi---nama akrab Sandiaga Uno pada jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) menjadikan rekonsiliasi nasional pasca Pilpres 2019 terasa lengkap. 

Diketahui, selain Prabowo Subianto yang menjadi rival utama Jokowi pada ajang perebutan kursi kepemimpinan nasional.2019, ada nama Sandiaga Uno. Sandi, kala itu menjadi cawapres mendampingi mantan Danjen Kopasus tersebut. 

Sedangkan Risma---nama kecil Tri Rismaharini menjadi pusat perhatian, lantaran dirinya bakal dihadapkan pada tanggungjawab cukup besar. Dia harus bisa membuktikan pada pemerintah dan masyarakat tanah air bisa bekerja lebih baik daripada pendahulunya. 

Risma harus bisa membuktikan bahwa dirinya akan tetap bersih atau tidak terjebak pada pusaran kasus korupsi. Dengan kata lain, jabatan Mensos bagi Risma adalah test the water maha berat. 

Hal menarik lain dari Risma dalam hipotesa sederhana penulis adalah terkait masalah politik internal PDI Perjuangan. diketahui, mantan Wali Kota Surabaya ini adalah kader partai banteng. Bahkan, dia tercatat sebagai Ketua DPP Bidang Kebudayaan. 

Lalu, apa masalahnya? Mungkin diantara pembaca, ada yang penasaran, bukan?

Sebagaimana diketahui, PDI Perjuangan saat ini tengah mempersiapkan "putri mahkota", Puan Maharani sebagai salah satu kandidat yang bakal maju pada Pilpres 2024. Digadang-gadang, Ketua DPR RI ini akan disandingkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. 

Sah-sah saja bila Puan hendak diusung PDI Perjuangan. Dia merupakan putri kandung Megawati Soekarnoputri yang memiliki kendali penuh mengeluarkan rekomendasi calon. Sebagai orang tua, tentunya Ketua Umum partai banteng ini bakal lebih memprioritaskan putrinya sendiri dibanding kader lain. 

Namun, dilihat dari konstelasi politik hari ini, PDI Perjuangan menghadapi kendala cukup serius. Elektabilitas atau kepercayaan publik terhadap Puan sejauh ini masih minim. Berdasarkan hasil beberapa lembaga survei yang telah dilakukan beberapa kali, tingkat kepercayaan publik terhadap Puan jeblok. 

Bukti survei terakhir Indometer yang dirilis bulan Oktober 2020 lalu, elektabilitas Puan berada di papan bawah dengan 1,1 persen. Angka ini sangat jauh dibanding koleganya sesama kader partai, Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini meraih 16,8 persen. Bahkan, menurut jejak pendapat Indo politika Indonesia (IPI) angka elektabilitas mantan anggota DPR RI ini lebih tinggi, yakni 18,7 persen. Sedangkan Puan tak beranjak di angka 1 persen. 

Jomplangnya elektabilitas sesama kader PDI Perjuangan tersebut sedikitnya akan mengancam rencana partai dan Megawati dalam mengusung Puan. Betapapun elektabilitas tinggi Ganjar tidak bisa dinafikan. 

Bukan rahasia umum, tujuan partai politik adalah kekuasaan. Bila peluang menang Ganjar jauh lebih besar dibanding Puan, maka sebuah keniscayaan wacana yang berkembang hari ini akan berubah total jelang Pilpres kelak. 

Keberadaan Ganjar diakui atau tidak telah menjadi pesaing serius Puan. Statusnya sebagai kandidat tunggal dari PDI Perjuangan benar-benar terancam. Parahnya, ancaman Puan kedepannya tidak hanya ada dalam diri Ganjar Pranowo. Kemungkinan besar Risma pun akan menjadi duri dalam daging. 

Sebagai Mensos, akan menjadi panggung politik baru Risma setelah lepas dari jabatan Wali Kota Surabaya. Sebagai Walikota, perempuan kelahiran Kediri, 20 November 1961 ini mampu menunjukan prestasi luar biasa. Etos kerja, dekat dengan rakyat dan relatif  bersih dari korupsi telah menjadi trade mark-nya. 

Jika prestasi ini bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh Risma sebagai Mensos, bukan mustahil akan mampu mendongkrak elektabilitasnya. Diketahui, Risma pun masuk dalam bursa kandidat Pilpres oleh beberapa lembaga survei. Dan, hasilnya sejauh ini lebih baik dibandingkan dengan Puan Maharani. 

Bila terjadi, sepertinya bukan hanya akan mengancam Puan Maharani, tetapi akan memberikan pekerjaan rumah maha berat bagi Megawati Soekarnoputri. Pada satu sisi, hati kecilnya menginginkan Puan yang maju pilpres. Tapi, di sisi lainnya ada nama Ganjar dan Risma yang elektabilitasnya lebih tinggi. 

Nah, itu sedikit alasan kenapa Risma bisa menjadi ancaman bagi Puan Maharani sebagai calon usungan PDI Perjuangan pada Pilpres 2019 mendatang. Kendati begitu, bola tetap akan berada di tangan Megawati. Dia tentu akan memikirkan matang-matang sebelum memutuskan siapa nama yang bakal diusungnya. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun