Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Panggung "Dirampas" HRS, Gatot Singgung Kadrun-Kampret, Cebongnya Mana?

19 Desember 2020   10:36 Diperbarui: 19 Desember 2020   10:39 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


BEBERAPA bulan lalu atau tepatnya sebelum pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS) kembali ke tanah air, nama Gatot Nurmantyo cukup menjadi pusat perhatian publik tanah air. Mantan Panglima TNI tersebut kerap menghiasi pemberitaan media arus utama tanah air dengan segala tingkah polahnya. 

Berawal dari berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang digagas oleh Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh nasional lainnya, nama Gatot yang sudah mulai meredup, dan mungkin sudah dilupakan masyarakat Indonesia kembali sedikit berkibar. Pemantiknya, yang bersangkutan digadang-gadang sebagai calon alternatif yang bakal diusung KAMI menuju kontestasi Pilpres 2024. 

Usungan yang cukup wajar, mengingat Gatot pada Pilpres 2019 lalu sempat disebut-sebut bakal nyapres. Namun gagal, karena tidak ada satu partai politik pun yang tergiur meminangnya. 

Seolah ingin mengamini niatnya yang sempat tertunda, Gatot pun tak tanggung ditempatkan sebagai Presidium KAMI. Dengan begitu banyak kesempatan berinteraksi dengan masyarakat. Karena, dengan posisi itu dia wara-wiri ke berbagai daerah guna mendeklarasikan organisasi anyar yang katanya bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia tersebut. 

Lepas dari aksi-aksinya yang dianggap tidak taat aturan karena kerap melanggar protokol kesehatan Covid-19 dalam setiap deklarasi KAMI di beberapa daerah, popularitas Gatot cukup terdongkrak. Diakui atau tidak, dia mampu menjadi media darling sekaligus news maker. 

Setidaknya ada dua peristiwa yang menjadikan dia news maker. Pertama, saat dia menggaungkan kembali isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mantan Panglima TNI itu mengaku telah mengendus adanya kebangkitan partai paham komunis itu dengan gaya baru sejak tahun 2008. 

Terang saja pernyataannya tersebut memantik sorotan tajam dari berbagai pihak dan dianggap berlebihan. Gatot dinilai hanya ingin mencari sensasi dan popularitas semata. 

Kedua, saat Gatot beradu mulut dengan Dandim Jakarta Selatan, Kolonel Inf Ucu Yustia. Kala itu Gatot bersama sejumlah purnawirawan TNI hendak berziarah dan menabur bunga ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta. 

Peristiwa itu berujung ricuh, gara-gara Ucu mencoba mengingatkan Gatot cs soal protokol kesehatan yang melarang adanya kerumunan karena berpotensi terjadi penularan Covid-19. Gatot tak terima dan akhirnya berdebat dengan Ucu. 

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Gatot Nurmantyo memang telah mampu mendongkrak kembali popularitasnya. Panggung KAMI benar-benar mampu dimanfaatkannya dengan apik. 

Namun, setelah itu nama Gatot Nurmantyo kembali tenggelam. Panggungnya mampu "dirampas" HRS. 

Pasca kembali ke tanah air pada Rabu, 10 November 2020, HRS langsung menggebrak jagat tanah air. Hampir tidak ada hari tanpa pemberitaan yang melibatkannya. Mulai dari kerumunan massa di Bandara Soeta yang berujung adu cekcok dengan selebritis tanah air, Nikita Mirzani, akad nikah putrinya hingga akhirnya berujung penahanan oleh Polda Metro jaya. 

Dari sini bisa diketahui, HRS memang masih unggul jauh dibanding Gatot soal popularitas, pengaruh dan mengundang pemberitaan media massa. Jamak, karena Imam Besar FPI ini merupakan sosok yang kerap menjadi sorotan tajam publik maupun pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Gara-gara Aksi dan gaya dakwahnya yang cenderung propokatif dan sarat kontroversi. 

Baru, setelah HRS berurusan dengan hukum akibat kerumunan massa, Gatot tiba-tiba kembali jadi bahan perbincangan. Pernyataannya soal 'kadrun' dan 'kampret' mengundang perhatian publik. 

Gatot menghimbau semua pihak tidak lagi menyebut-nyebut kedua kata itu lantaran sama halnya melecehkan agama. Lebih baik disesuaikan dengan budaya Indonesia. Seperti, Mas, Kakak, atau Ucok. 

Pernyataan Gatot soal 'kadrun' dan 'kampret' cenderung tiba-tiba. Dipercaya, hal ini hanya strategi dia mendapatkan kembali panggungnya yang tenggelam. Namun, himbauannya berat sebelah. Gatot terkesan membela kelompoknya saja. 

Iya dong. Saya rasa, Gatot tidak fair kalau hanya menghimbau stop sebut 'kadrun' dan 'kampret'. Padahal, masih ada satu sebutan lagi yang kerap meramaikan konstelasi politik nasional. Yaitu, Cebong. 

Diketahui, kadrun dan kampret adalah label yang melekat untuk pihak-pihak oposisi pemerintah dan Presiden Jokowi. Sedangkan 'cebong' adalah sebaliknya. 

Nah, bukan rahasia umum pula jika selama ini Gatot identik dengan kelompok opoisi pemerintah. Maka himbauannya itu saya rasa hanya ingin membersihkan nama kelompoknya. Lagi, yang dijadikan senjatanya adalah agama. 

Pola-pola berlindung di balik agama memang kerap dilakukan kelompok oposisi demi mendapat simpati dan dukungannya. Dan, sayangnya publik sudah paham dengan itu semua. 

Bila Gatot hendak menetralisir semua sebutan yang berpotensi memecah belah bangsa, mestinya melibatkan nama 'cebong' dalam himbauannya. Dengan begitu, tidak akan timbul kesan kalau dia berat sebelah dan membela kepentingan kelompoknya saja. 

Namun, sekali lagi mungkin ini bagian dari strategi politiknya demi mendapatkan kembali panggungnya serta meraih simpati dari kelompok 'kadrun' dan 'kampret' alias kelompok oposisi. 

Berhasil? Masih menarik kita tunggu. Bagaimanapun, nama Rizieq saat ini masih sangat menyedot perhatian publik. Jadi akan sangat berat bagi Gatot merebutnya kembali. Kecuali, Rizieq benar-benar tenggelam oleh kasus hukumnya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun