Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Risma Jadi Mensos, Megawati Makin Bingung?

15 Desember 2020   05:50 Diperbarui: 15 Desember 2020   06:07 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KASUS korupsi Menteri Sosial (Mensos), Juliari Peter Batubara (JPB) sangat menyakitkan publik tanah air. Di saat Presiden Jokowi, tenaga medis, Satgas Covid-19 dan pelaku UKM berjibaku melawan virus Korona (Covid-19), eh doi malah asik mengeruk duit rakyat. 

Ya, tidak salah bila disebut duit rakyat. Sebab, sejatinya dana bantuan sosial (bansos) yang dikutil JBP Rp. 10.000 per bantuan tersebut diperuntukan bagi masyarakat terkena dampak Covid-19. Khusunya bantuan sembako bagi masyarakat Jabodetabek. 

Sebagaimana diketahui, sejak pandemi virus Korona menyerang tanah air awal Maret 2020, kehidupan ekonomi masyarakat terpuruk. Masyarakat atau pelaku-pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor informal benar-benar dibuat kalang-kabut. Penghasilan mereka terjun bebas hingga banyak yang jatuh miskin. 

Karena inilah, Pemerintah lewat Presiden Jokowi menerbitkan  Perppu Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan dalam menangani Covid-19. Besaran anggaran yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp. 405,1 triliun. Jumlah ini sebagiannya dialokasikan untuk bansos. 

Apa lacur, JPB yang merupakan politisi PDI Perjuangan ini rupanya tidak bisa menahan godaan korupsi. Dia mengikuti jejak pendahulunya yang juga sama-sama dicokok oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Yakni, Bachtiar Chamsyah hingga Idrus Marham. 

Tertangkapnya JBP sudah dipastikan jabatan Mensos kosong. Presiden Jokowi tentu harus segera mencari penggantinya agar segala program bansos untuk masyarakat terdampak ini tidak lama tersendat. 

Sejauh ini telah ada beberapa nama yang mencuat. Salah satunya adalah mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. 

Mengingat rekam jejaknya selama memimpin Kota Pahlawan, Risma---sapaan akrab Tri Rismaharini memang sangat layak dikedepankan. Wanita dengan etos kerja tinggi ini terkenal tegas dan tak kenal kompromi dengan hal-hal berbau korup. 

Keputusan jadi tidaknya Risma sebagai Mensos tergantung keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Apakah dia akan mengajukan namanya atau tidak untuk kemudian sepenuhnya ada pada kendali Presiden Jokowi sebagai pemegang hak prerogatif. 

Jika saja nama Risma jadi menduduki jabatan Mensos, tidak menutup kemungkinan akan membingungkan Megawati jelang Pilpres 2024. Kenapa? 

Hipotesis sederhananya, bila Risma diangkat menjadi Mensos, dengan sendirinya akan memiliki panggung strategis. Wilayah kerjanya memungkinkan dia untuk terus bersentuhan dengan masyarakat luas. 

Menilik rekam jejak dan prestasi kerjanya selama menjabat Wali Kota Surabaya sangat memuaskan, boleh jadi akan menular pada jabatan barunya kelak. Risma akan mendapat simpati dan kepercayaan luar biasa dari publik tanah air. 

Bila ini terjadi, secara politik akan sangat menguntungkannya. Popularitas serta elektabilitas Risma sangat mungkin terdongkrak signifikan dibanding saat masih menjabat Wali Kota Surabaya. 

Katakanlah Risma sukses mengemban tugasnya sebagai Mensos dan elektabilitasnya melesat. Tentu akan membuat persaingan di internal PDI Perjuangan semakin sengit menuju pencalonan kontestasi Pilpres. 

Sejauh ini nama Puan Maharani masih berada pada baris terdepan sebagai calon usungan partai berlambang banteng gemuk moncong putih dimaksud. Ketua DPR RI ini dinilai memiliki darah biru karena putri kandung sang ketua umum dan trah Sukarno. 

Sayangnya, dia masih kalah jauh dibanding Ganjar Pranowo. Popularitas dan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah ini selalu berada di jajaran puncak menurut hasil beberapa lembaga survei. Dia masih terus bersaing dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. 

Tingginya elektabilitas Ganjar diyakini beberapa pengamat politik tanah air akan membingungkan Megawati. Presiden RI ke-5 ini sangat berharap Puan yang maju Pilpres. Naif rasanya bila memaksakan kehendak andai persentase peluang menang Puan masih kalah dibanding bila Ganjar yang diusung. 

Baru ada satu pesaing, tak sedikit pengamat menduga Megawati bakal kebingungan memilih usungan. Bagaimana jadinya bila Risma diangkat jadi Mensos dan sukses membuktikan kinerja apiknya sehingga mampu mendongkrak tingkat kepercayaan publik. Tentu akan semakin membingungkan Megawati. 

Pada satu sisi, Megawati ingin putri kandungnya yang maju. Akan tetapi di sisi lain, ada nama Ganjar dan Risma yang memiliki elektabilitas lebih tinggi. 

Kendati demikian, ini hanyalah hipotesis sederhana dan hitung-hitungan di atas kertas bila pilpres dilaksanakan dalam waktu dekat. Realitanya, pesta demokrasi lima tahunan ini masih sekitar empat tahunan. Tentu konstelasi politik masih sangat mungkin berubah. 

Meski peluangnya relatif kecil, boleh jadi elektabilitas Puan tiba-tiba saja bisa menyaingi Ganjar maupun Risma, sehingga Megawati bisa dengan percaya diri mengusungnya. Bila masih jeblok, sepertinya putri kandung Presiden Sukarno ini mesti melakukan ritual khusus atau solat istikharah dalam menentukan pilihannya. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun