TIDAK bisa disalahkan jika selama ini kehidupan ranjang seorang pria dewasa selalu dikaitkan dengan ukuran Mr. P atau durasi alias seberapa lama seseorang bisa bertahan dalam hubungan intim suami isterinya.
Karena atas dasar patokan tersebut di atas pula, tidak sedikit bahkan mungkin sangat banyak pria dimanapun berada selalu tidak puas dengan kondisi atau apa yang dimilikinya.
Contoh, jika si pria merasa MR. P nya berukuran kecil. Mereka berusaha bagaimana caranya bisa menambah ukuran. Baik diameter maupun panjangnya ke pihak yang ahli di bidang tersebut.
Dulu sangat tenar di wilayah Pasundan atau bahkan mungkin sudah menasioal, seorang pakar yang mampu memperbesar alat vital pria dimaksud. Namanya Mak Erot.
Kini, kabaranya setelah beliau meninggal, ilmunya diwariskan terhadap keturunannya. Selain Mak Erot, tentu saja masih banyak pakar-pakar serupa di tanah air.
Tentu saja eksistensi mereka dalam menjual jasa memperbesar Mr. P ini membuktikan bahwa ukuran masih dianggap hal penting dalam urusan ranjang. Baik itu bagi si pria atau pasangannya sendiri.
Contoh kasus lainnya, saat si pria terjebak pada pola pikir di atas bahwa kepuasan hubungan ranjang berpatokan pada ukuran dan durasi. Banyak pula para pria berlomba-lomba mencari solusinya.
Caranya?
Tentu saja banyak. Bisa melalui minum jamu herbal, pijat khusus atau bahkan minum obat kuat.
Malah, akhir-akhir ini hampir tiap malam salah satu televisi swasta nasional advetorial yang khusus menawarkan barang khusus agat stamina pria bisa greng dalam urusan hubungan ranjang.
Kalau penulis lihat, barang yang ditawarkan ini selalu habis terjual dengan waktu tidak terlalu lama.
Kembali ini membuktikan bahwa durasi juga masih dianggap sebagian pria salah satu cara mendapatkan seks yang berkualitas.
Benarkah?
Bisa jadi benar. Tapi, maaf bukan sengaja survei atau kepo. Beberapa kali penulis pernah iseng ngobrol dengan beberapa teman wanita tentang kepuasan dalam berhubungan intim dengan suaminya.
Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, tidak semua teman-teman wanita penulis tersebut menjawab bahwa ukuran dan durasi adalah segalanya demi mencapai puncak kepuasan.
Ada yang bilang terlalu besar ukuran Mr. P juga bisa membuat sakit si pasangan jika memang punya si wanitanya atau Mrs. V nya juga kecil.
Terus tak selamanya juga durasi jadi patokan kepuasan seks. Karena terlalu lama juga malah membuat kurang nyaman terhadap si perempuan. Apalagi, jika kondisi si perempuan sedang tidak dalam keadaan siap.
Berkaca pada kasus di atas timbul pertanyaan penulis, bagaimana cara mendapatkan hubungan ranjang yang berkualitas tersebut jika kedua faktor (ukuran dan durasi) tidak mendukung?
Dikutip dari Liputan6.com yang melansir Melansir Men's Health, ada tiga hal yang harus dimiliki seorang pria untuk tetap berkualitas dan cakap di ranjang.
1. Kompetensi
Pelatih seks Kenneth Play mengatakan, dulu dia mengira bahwa untuk menjadi seorang pasangan yang hebat berarti memiliki organ intim yang besar. Namun, ini membuatnya menjadi terus terfokus pada ukuran. Padahal, kesadaran untuk menjadi seorang pasangan yang baik membutuhkan sesuatu yang lebih besar yaitu pengetahuan.
Dalam hal ini kuasai dahulu apa yang dihadapi hadapi. Ketahui di mana Anda bisa menstimulasi pasangan sebelum benar-benar memulai hubungan yang lebih intim.
"Bagi saya, menjadi kompeten adalah pengubah permainan," kata Play.
2. Percaya Diri
Pakar seks dari Manhattan, AS Sari Copper mengatakan, membandingkan diri dengan orang lain adalah musuh bagi rasa percaya diri. Hal ini membuat seorang pria menjadi terfokus pada dirinya sendiri.
Sementara, rasa percaya diri terkait dengan kelayakan. Memiliki hal ini berarti seorang pria punya sesuatu untuk ditawarkan pada pasangan. Baik itu kemurahan hati, rasa senang, kejujuran, dan emosional.
3. Komunikasi
Kompetensi dan kepercayaan tidak akan diperhitungkan jika mereka tidak sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan hasrat pasangan. Maka dari itu, komunikasi harus menjadi suatu hal yang penting dalam hubungan rumah tangga.
"Jika anda tidak dapat mendengar permintaan pasangan anda, ini bukan seks yang berkesan baginya, setidaknya dengan cara yang anda harapkan," kata terapis seks Zita Nickeson.
Maka dari itu, ungkapkan kebutuhan itu dan dengarkan apa yang pasangan inginkan. Hal ini sudah cukup untuk menghasilkan sebuah bukti yang konkret.
Menikah Bukan Hanya Soal Seks
Tidak bisa dipungkiri, dalam suatu pernikahan yang sehat, hubungan ranjang suami isteri memegang peranan penting. Tapi tentu saja hal tersebut bukan hanya satu-satunya hal yang menentukan kelanggengan suatu hubungan berumah tangga. Boleh jadi jika hanya mengandalkan hubungan seksual semata tak akan dapat membuat suatu pernikahan bertahan.
Ada banyak contoh pasangan yang saling tertarik atau mencintai sebelumnya karena hal yang satu ini. Terutama hal ini terjadi di negara-negara bebas seperti di negara eropa maupun amerika. Dimana, hubungan seks pranikah menjadi hal yang lumrah.
Bisa jadi banyak pasangan yang berpikir bahwa hubungan seks yang hebat diantara mereka dapat menjadi modal bagi pernikahan yang baik pula.
Padahal tentu tak begitu halnya. Ada banyak hal yang dibutuhkan dalam sebuah pernikahan, lebih dari sekedar hubungan ranjang. Sebab pernikahan bukan melulu tentang yang satu ini.
Ketika sepasang suami istri telah menikah, ada banyak hal dan urusan yang harus mereka hadapi.Â
Apalagi jika anak- anak telah hadir diantara mereka. Kesanggupan mereka menghadapi begitu banyak urusan sehari-hari, kesesuaian cara pandang yang diikuti dengan kesediaan untuk saling menyesuaikan diri satu sama lain, tujuan-tujuan dan nilai hidup yang sesuai, serta banyak hal lagi yang mendasar akan sangat dibutuhkan untuk terciptanya hubungan jangka panjang.
Dalam hal ini, jangankan rasa cinta yang dipertukarkan dengan hubungan seks semata, cinta yang sebenar- benarnya cintapun tak akan cukup.
Diperlukan rasa dan rasio yang seimbang dalam suatu pernikahan. Diperlukan hati dan logika yang akan dapat menuntun ke arah langkah-langkah yang baik. Diperlukan banyak keterampilan untuk bertahan dalam kehidupan pernikahan, untuk menjaga agar beragam aspek terpenuhi. Mulai dari finansial, hingga kehidupan spiritual.
Dengan kata lain atau lebih jauhnya, hangat dan harmonisnya rumah tangga juga didukung hal lain seperti penerimaan yang tulus dan kejutan-kejutan manis yang tak ada hubungannya dengan hubungan intim.
Hubungan yang bahagia tidak melulu didapatkan dari adanya hubungan intim yang maksimal dan dilakukan sangat sering saja.
Hubungan yang bahagia juga kerap kali ditentukan oleh kasih sayang dan perlakuan yang manis dari kedua pasangan.
Demikianlah sedikit ulasan dari saya, semoga bisa bermanfaat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H