Sementara pada tahun 2014 dan 2019 dia berhadapan langsung dengan Jokowi dalam sebuah pertarungan panas dan hasilnya selalu kalah.
Bagai gayung bersambut, rasa penasaran Prabowo ini sejalan dengan partai Gerindra. Partai berlambang kepala burung garuda ini kembali membuka kemungkinan untuk kembali mengusungnya sebagai capres 2024.
Apalagi, rasa penasaran Prabowo ini dibarengi dengan hasil beberapa lembaga survei termasuk hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia, hampir selalu menempatkannya pada posisi teratas.
Tentu saja ini menjadi modal bagus bagi mantan menantu Presiden RI ke-2 Soeharto ini untuk tampil sebagai pemenang pada pilpres yang diyakini sebagai pertaruhan terakhirnya. Ya, karena usia Prabowo sudah tidak muda lagi.
PKS dan PA 212 Tidak Dukung Prabowo
Nama Prabowo dan Partai Gerindra tentunya tidak bisa dipisahkan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Diantara mereka telah terjadi ikatan yang sangat kuat. Terlebih PKS yang selalu menjadi partai terdepan setelah Gerindra sebagai pengusung militan Prabowo dalam dua perhelatan pilpres, pada tahun 2014 dan 2019.
Sementara PA 212 turut mendukung Prabowo pada Pilpres 2019 lalu, saat disandingkan dengan Sandiaga Uno.
Tapi tampaknya bisa dipastikan bahwa kebersamaan atau ikatan batin yang sudah terjalin selama 10 tahun dengan PKS dan lima tahun bersama PA 212 tidak akan bisa kita temui lagi pada Pilpres 2024 mendatang.
Penyebabnya tentu sudah bukan rahasia umum, yaitu gara-gara Prabowo dan Partai Gerindra dianggap telah mengkhianati komitmen dengan bergabung bersama partai koalisi pemerintah.
Dan kemudian putra begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djoyohadikoesoemo ini diberi kepercayaan sebagai Menteri Pertahanam (Menhan). Sementara PKS tetap dengan komitmen dan keyakinannnya untuk memantapkan diri sebagai partai oposisi.