Bukan satu dua kasus yang kita dengar diberita tentang perlakuan tidak  berprikemanusiaan yang dilajukan majikan-majikan di sana terhadap para pahlawan devisa asal tanah air.
Apalagi perlakukan terhadap TKI yang dianggap ilegal, kadang perlakuannya lebih memilukan lagi. Mereka diperlakukan layaknya budak.
Meski pemerintah beberapa kali coba untuk memperbaiki keadaan, para masyarakat di Malaysia seolah tak pernah ambil pusing. Peristiwa serupa kembali sering terulang.
Itulah dua momen yang kerap mengganggu kondusifitas dan harmonisasi hubungan kedua negara, walau tak pernah berujung pada permusuhan lebih jauh, apalagi sampai terjadi peperangan.
Konfrontasi Indonesia Malaysia
Pertanyaannya, mengapa jika menyangkut hubungan Indonesia dan Malaysia selalu melibatkan lebih jauh rasa nasionalisme lebih dari masing-masing masyarakatnya? Berbeda jika Indonesia bersentuhan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hampir tak pernah terjadi tensi yang begitu berlebihan.
Dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk sedikit mengulas tentang histori kedua negara di masa lampau.
Banyak pihak atau kalangan yang beranggapan bahwa hubungan Indonesia dengan Malaysia sebenarnya tidak benar-benar bisa dikatakan harmonis, terutama antara warga negaranya. Hal tersebut tak lepas dari peristiwa yang pada tahun 60-an, saat Negara ini masih dipimpin sang proklamator, Bung Karno.
Dalam catatan sejarah, tepatnya pada tanggal 13 Juni 1964, Indonesia pernah berkonfrontasi dengan Malaysia. Pada saat itu terjadi perang atau bentrokan antara gerilyawan Indonesia dengan pasukan Malaysia yang dibantu tentara Inggris.
Peristiwa itu sendiri tak lepas dari pidato-pidato Bung Karno yang selalu berapi-api hingga membakar semangat rakyat. Dengan suara lantang, bapak bangsa ini meneriakan seruan "ganyang Malaysia".
Latar belakang operasi Ganyang Malaysia disebabkan adanya rencana mengenai penggabungan negara-negara bekas jajahan Inggris yang berada di Asia Tenggara menjadi satu negara bernama Federasi Malaysia.