Kembali. Andai Presiden Jokowi menerapkan strategi Sun-Tzu, penulis membayangkan, hal pertama yang dilakukannnya adalah menyebar dan mengirimkan mata-mata atau informan (intelejen) guna menggali informasi akurat tentang segala hal yang menyangkut serba-serbi virus corona.
Dalam hal ini, bisa saja informasi tersebut berupa cara penyebaran, wilayah sebaran, jumlah kasus dan bisa juga tentang karakteristik virus corona.
Setelah dapat mengumpulkan banyak informasi, penulis membayangkan bahwa Presiden Jokowi memanggil pihak-pihak terkait dan segenap jajaran yang ada di bawahnya untuk mengadakan rapat penting guna membahas dan menilai atau menganalisa kekuatan virus corona.
Dalam rapat dimaksud, Jokowi terlebih dahulu menegaskan pada para pembantunya untuk sama-sama menyeragamkan jalan pikiran atau sekarang istilahnya satu visi misi, agar kedepannya tidak terjadi silang pendapat dalam bertindak.
Langkah berikutnya, merundingkan tentang iklim dan medan. Dalam hal virus corona, boleh jadi hal ini adalah berupa wilayah sebaran dan karakteristik masyarakatnya serta bagaimana cara virus tersebut menyerang.
Kemudian, jika sudah dipastikan adanya keseragaman visi misi dan merumuskan hal yang hendak dilakukan. Jokowi kemudian meyakinkan jajarannya untuk tetap berada satu komando di bawah kendali dirinya dan segala titahnya harus benar-benar dipatuhi. Jika tidak, dia tidak akan segan menegakan aturan berupa penerapan sanksi bagi siapa saja yang tidak taat terhadap perintahnya.
Setelah mampu memastikan dan mengukur kekuatan virus, baik kelebihan dan kekurangannya. Langkah berikut yang dilakukan Jokowi dan jajarannya adalah mulai menyusun rencana serangan terhadap musuh. Dalam hal ini, mungkin bisa berupa perumusan regulasi atau kebijakan. Namun, kebijakan ini benar-benar diyakini bisa efektif dan akurat dalam pelaksanaannya.
Setelah matang dalam perumusan regulasi, barulah kemudian Jokowi melancarkan serangan atau dalam hal ini melemparkan segala kebijakan atau regulasinya ke publik. Kebijakan yang benar-benar sudah dirumuskan dengan matang dengan para jajarannya, sehingga dipastikan mampu mengalahkan musuh atau dalam konteks ini adalah memutus rantai penyebaran virus corona dengan waktu yang tidak lama.
Karena seperti strategi Sun-Tzu, peperangan yang berkepanjangan tidaklah akan menguntungkan. Justru hanya akan menguras biaya tinggi, membuat moral pasukan Anda merosot, dan memberi kesempatan pada musuh Anda yang lain untuk menyerang.
Itulah bayangan penulis, seandainya Jokowi menerapkan strategi perang Sun-Tzu dalam memerangi virus corona. Dan, hasilnya bisa sedikit berbeda dengan apa yang terjadi saat ini.
Tak dipungkiri, boleh jadi dalam beberapa aspek Jokowi telah menerapkan strategi Sun-Tzu, semisal menggunakan mata-mata. Dalam ini, penulis masih ingat bahwa dia pernah menggandeng Badan Intelejen Negara (BIN). Kemudian mengalisa, merencanakan atau merumuskan regulasi untuk kemudian menyerang lewat segala kebijakannya.