Setelahnya mereka akan pergi. Di tempat lain kemungkinan ia akan menceritakan kejelekanku sambil berkata, "Dia pergi meninggalkan kita." atau "Aku telah bosan dengannya."
Bagaimana mungkin kolam disebut kolam tanpa ada airnya? Bagaimana mungkin kayu bakar meninggalkan tungku masak? Sepertinya tidak mungkin.
Api dan kayu bakar menjauh hanya karena melihat tungku tak kuasa menahan panas. Ketika api dan kayu bakar menjauh. Maka pada saat yang sama tungku pun menjauh. Baik dalam pandangan maupun dalam kedekatan. Pada kondisi demikian siapa yang dipersalahkan?
Dalam kehidupan sehari-hari, bukankah hal yang biasa terjadi perbedaan pendapat? Masing-masing merasa benar? Masing-masing merasa malu kalau dianggap jelek. Dan masing-masing akan merasa kecewa jika terjadi perpisahan. Kesedihan demi kesedihan dan penyesalan.
Salah satu pemantik apinya adalah kemarahan, kecemburuan, kedengkian, dan sifat buruk lainnya. Â Dominasi yang memunculkan seperti pemantik korek api adalah kemarahan. Efeknya begitu menghancurkan. Selanjutnya diikuti oleh sifat lain-lainnya. Sesuai kondisi masing-masing individu, dan suasana.
Jadi benar, ketika disebutkan kesombongan adalah dosa yang tak termaafkan. Seperti halnya iblis ketika diminta sujud kepada Adam AS.Â
Dengan kesombongannya mengatakan, "Untuk apa aku sujud pada mahluk yang terbuat dari tanah. Bukankah aku terbuat dari Api? Dan api lebih mulia daripada tanah!"
Begitulah sifat buruk datang dimulai dengan kesombongan, amarah jadi pemantik, dan iri dengki jadi kayu bakar yang siap menghanguskan apa saja. Termasuk kebaikan dan persahabatan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H