PARA pembaca dan K'ners dimanapun berada pastinya sudah tidak tidak asing lagi dengan atau bahkan pernah menyaksikan terjadinya fenomena alam berupa gerhana bulan.
Ya, seperti halnya gerhana matahari, Â gerhana bulan pun memang menurut sepengetahuan penulis telah terjadi beberapa kali terjadi di langit Indonesia.Â
Fenomena alam dan sekaligus merupakan keagungan sang Maha Pencipta ini memang tidak terjadi dalam waktu berdekatan. Tapi, kadang berdasarkan periodik waktu, bisa tahunan, puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun sekali.
Pertanyaannya, apa itu gerhana bulan?
Menurut pemahaman dan beberapa sumber yang pernah penulis baca, gerhana bulan adalah fenomena alam yang terjadi saat posisi bumi tengah tepat berada di antara posisi matahari dan bulan itu sendiri. Dalam hal ini, bulan mengitari bumi, namun pada saat yang bersamaan, bumi turut mengitari matahari.
Jadi, kalau seandainya kita tarik garis lurus saat bumi tengah berada diantara bulan dan matahari, maka bumi akan menutup sinar matahari ke bulan itu sendiri. Gerhana bulan itu sendiri bisa kita saksikan atau lihat dari bumi ketika malam hari.
Adapun jenis dan nama dari gerhana bulan itu sendiri ternyata tidak hanya satu melainkan ada beberapa. Misal, gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian dan ada juga yang menyebut gerhana bulan stroberi.
Nah, mungkin pembaca dan K'ners sering mendengar dengan istilah gerhana bulan total atau gerhana bulan sebagian. Tapi, bagaimana dengan yang namanya gerhana bulan stroberi, apakah anda sudah ada yang mengenalnya?
Jika belum, pastikan lewat tengah malam nanti, Sabtu (6/06/2020) para pembaca dan K'ners bisa menjadi salah seorang yang beruntung bisa menyaksikan atau melihat munculnya gerhana bulan stroberi dimaksud. Pasalnya, jika cuaca dan langit mendukung, peristiwa alam yang belum pernah penulis lihat sebelumnya ini akan terjadi di langit tanah air.
Dilansir dari Okezone.com yang mengutip dari Telegraph, Jumat (5/6/2020), gerhana bulan ini di negara barat dikenal dengan istilah gerhana bulan stroberi. Bulan ini dinamai setelah awal musim memetik stroberi. Itu juga merupakan nama lain dari Rose Moon, Hot Moon, atau Hay Moon.
Bulan ini muncul di bulan yang sama dengan titik balik matahari musim panas, hari terpanjang dalam setahun (21 Juni) di mana kita dapat menikmati sekitar 17 jam siang hari. Gerhana bulan ini memiliki bentuk bulat penuh, dengan warna kemerahan cerah.
Masih dikutip dari Okezone.com, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, gerhana bulan stroberi muncul Sabtu dini hari nanti dan puncaknya pada pukul 02.12 WIB. Sedangkan terjadi puncak bulan stroberi sekitar pukul 02.12 WIB. Saat gerhana terjadi, bulan akan berada dalam jarak 369.005 kilometer dari pusat bumi.
LAPAN menyebut, gerhana ini dikenal dengan nama hot moon alias bulan panas karena pada Juni di belahan utara bumi tepatnya di garis balik utara (23,5 derajat Lintang Utara).
Gerhana dan Orang Sunda
Seperti dijelaskan pada paragraf atas bahwa gerhana baik bulan maupun matahari adalah salah satu peristiwa atau fenomena alam sebagai bentuk dari keagungan sang maha pencipta. Meski menurut para ahli tentu saja ada keterangab atau analisa ilmiah tersendiri.
Nah, di Indonesia khususnya di daerah Sunda seperti halnya Sumedang, Â gerhana, baik bulan maupun matahari tidak sekedar dipercaya sebagai fenomena atau peristiwa alam, melainkan dipercayai sebagai mitos-mitos tertentu.
Dalam kepercayaan sunda sendiri, gerhana atau dalam bahasa pasundannya disebut samagaha, bukan saja dianggap sebagai fenomena langit, tapi dibalik itu suka terdapat beragam reaksi yang dilakukan.
Penulis masih ingat, saat masih kecil dan tinggal bersama kakek serta nenek, saat gerhana bulan muncul ada beberapa tetangga kampung yang membunyikan tetabuhan. Konon katanya agar gerhana tersebut cepat berlalu. Walau, tak sedikit pula peristiwa alam dimaksud dimanfaatkan untuk mendekatkan diri pada sang maha pencipta dengan melaksanakan solat sunah.
Itu untuk gerhana bulan. Sementara untuk peristiwa gerhana matahari, sebagian orang sunda terutama yang berada di perkampungan masih mempercayai bahwa gerhana yang terjadi pada siang hari tersebut akan membuat ibu hamil akan melahirkan seorang bayi yang memiliki tanda lahir permanen atau semacam tompel.
Untuk itu, bagi masyarakat yang masih percaya akan hal tersebut biasanya suka menyembunyikan ibu hamil tersebut di tempat aman dan tidak terkena gerhana. Salah satunya adalah di bawah ranjang tempat tidur
Kembali, itu hanyalah faktor kepercayaan saja. Benar dan tidaknya tentu saja masih perlu dibuktikan dengan penelitian-penelitian ilmiah tertentu.
Salam
