MENINGGALNYA salah seorang warga kulit hitam Amerika Serikat (AS) yang bernama George Floyd oleh para oknum aparat kepolisian Kota Minneapolis beberapa waktu lalu, rupanya berbuntut panjang.
Tidak hanya keluarga korban yang terus menuntut keadilan karena para pelaku (oknum kepolisian) masih dibiarkan bebas berkeliaran meski telah dipecat dari kesatuannya, tapi juga memantik kemarahan ratusan bahkan ribuan warga negara Paman Sam dimaksud, sehingga memaksanya untuk turun ke jalan melakukan unjuk rasa.
Pasalnya, peristiwa tragis yang menimpa George Floyd ini bukan lagi menjadi masalah kriminalitas biasa, melainkan sudah melebar pada isu rasisme atau perbedaan warna kulit. Akibatnya, berbagai bentuk kekerasan dan keributan tak bisa terelakan lagi.
Wajar, jika akhirnya kerusuhan yang terjadi di negara super power tersebut akhirnya mendapat perhatian banyak tokoh-tokoh bangsa di dunia. Salah seorang yang tidak luput memperhatikannya adalah mantan Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam pandangan mantan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat tersebut, kerusuhan sebagai dampak dari meninggalnya George Floyd diprediksi akan memunculkan skenario-skenario lainnya. Dalam hal ini, menurutnya tidak kurang dari tiga skenario yang bakal terjadi.
Hal tersebut, SBY tuliskan dalam akun facebook pribadinya, Rabu (3/6/2020) yang diberi judul, 'Amerika, Are You Ok?'.
Ketiga skenario yang dimaksud oleh ayah dari Ketum Partai Demokrat periode 2020-2025, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini adalah, pertama, kerusuhan diredakan dengan penanganan yang tepat. Skenario kedua, unjuk rasa meluas. Skenario ketiga, pemerintah pusat AS mengambil alih pemulihan ketertiban dan keamanan serta Trump mengerahkan militer untuk penanganannya.
"Kembali kepada ketiga skenario yang mungkin terjadi di Amerika itu, saya hanya akan menyoroti skenario ketiga. Mengapa secara khusus saya soroti, karena ini membawa risiko dan konsekuensi yang tidak kecil. Baik secara politik, hukum, sosial maupun keamanan. Juga berdampak pada citra Amerika Serikat di dunia," ujar SBY. Dikutip dari detikcom.
Namun SBY tidak berharap Presiden AS Donald Trump menggunakan kekuatan militer untuk pemulihan ketertiban pascakerusuhan. Kecuali, kata SBY, jika situasi benar-benar genting.