"Sebagai sahabat Amerika, saya sungguh tidak berharap skenario ketiga ini yang terjadi. Atau opsi untuk menggunakan kekuatan militer (US Army) ini yang akan ditempuh. Kecuali kalau situasinya memang sangat gawat dan keamanan nasional negara itu benar-benar terancam," ujar SBY.
"Pertanyaannya sekarang adalah apakah memang ada keinginan dan rencana Presiden Trump untuk mengerahkan kekuatan militer itu? Jawabannya ada," imbuhnya.
Masih dikutip detikcom, SBY menduga saat, Trump secara eksplisit akan mengerahkan militer adalah sebagai bentuk kecewa terhadap gubernur dan wali kota setempat yang dinilai gagal meredakan situasi.
Ya, seperti telah disinggung sekilas pada paragraf di atas, dalam beberapa hari terakhir, Negara Amerika Serikat (AS) tengah memanas. Negeri Paman Sam ini tengah dihadapkan dengan aksi demo warga masyarakatnya hingga menjurus ke penjarahan dan perusakan.Â
Sebagaimana diketahui, pemicunya adalah terjadinya peristiwa pembunuhan oleh salah seorang aparat kepolisian Kota Minneapolis terhadap salah seorang warga kulit hitam yang bernama George Floyd.
Floyd menghembuskan nafas terakhirnya setelah mendapatkan penganiayaan denyan cara lehernya ditekan oleh lutut oknum polisi dimaksud.
Terang saja, kematian Floyd di tangan polisi ini pun memicu kemarahan publik, khususnya warga kulit hitam. Mereka turun ke jalan dan bentrok dengan polisi hingga akhirnya meluas ke hampir seluruh AS.
Bahkan tak hanya itu, mereka pun menjarah toko-toko dan membakarnya. Situasi ini membuat AS benar-benar mencekam dan memanas. Karena tidak hanya sebatas meminta keadilan atas meninggalnya Floyd, namun juga mendemo tentang masih adanya isu rasisme. Padahal, AS terkenal sebagai negara dengan tingkat demokrasi tinggi.
Tidak hanya masyarakat sipil biasa yang turun ke jalan untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran. Melainkan sejumlah public figure pun ada juga yang terlibat. Khususnya beberapa bintang atlit bola basket liga profesional Amerika Serikat (NBA).