Namun begitu, saya melihat bahwa pernyataan dan cara pandang Mahfud yang terkesan memakai "kacamata kuda" ini adalah sebuah pernyataan cari aman. Dia tidak ingin terlibat lebih jauh dan terjebak pada masalah tersebut.
Dengan kata lain, Mahfud tidak ingin disebut sebagai pihak yang memihak. Baik itu terhadap Luhut maupun Said Didu.
Awal Perseteruan Luhut Versus Didu
Berseterunya antara Luhut Binsar Pandjaitan dengan Muhamad Said Didu, berawal dari adanya kritikan pria asal Pinrang tersebut melalui video yang diunggah pada akun pribadinya bernama MSD yang berjudul, Luhut hanya pikirkan uang, uang dan uang.
Bukan itu saja, Said Didu juga menyoroti persiapan pemindahan ibu kota negara dan menghubungkannya dengan penanganan covid-19. Said menilai pemerintah lebih memprioritaskan ibu kota baru di atas permasalahan lainnya.
Tak terima dengan kritikan tersebut, pihak Luhut, yang diwakili oleh juru bicara Kementrian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi menyatakan kekesalannya. Maka dari itu, Jodi memberi waktu 2x24 jam terhadap Said Didu untuk memohon maaf. Jika tidak, pihaknya akan membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum.
Namun, permohonan maaf yang diharapkan pihak Luhut tak terwujud. Said Didu malah mengirimkan surat klarifikasi. Inti dari Isi surat dimaksud adalah sebuah pernyataan bahwa yang telah diucapkannya sebagai bentuk kritik semata.
Dalam klarifikasinya, Didu berpendapat bahwa dirinya berkewajiban untuk tetap kritis, demokratis dan peduli terhadap aparatur negara, agar senantiasa fokus terhadap tugasnya supaya Indonesia maju, adil dan makmur.
Rupanya, pihak Luhut tidak menganggap surat klarifikasi yang dikirimkan Said Didu. Dan akhirnya membuktikan ancamannya dengan melaporkannya ke Bareskrim Polri atas tuduhan pencemaran nama baik.
Salam