Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bom Waktu Anies Baswedan

16 Mei 2020   22:33 Diperbarui: 16 Mei 2020   22:42 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PANDEMI virus coroma atau covid-19 di tanah air sudah berlagsung lebih dari dua bulan. Wabah yang asalnya dari Wuhan, China ini terus menyuguhkan drama berjilid-jilid antara pemerintah pusat dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Bukan rahasia umum, semenjak mewabahnya virus corona sejak awal Maret 2020 lalu, Anies Baswedan seolah menjelma jadi sosok oposisi yang dalam setiap kebijakannya hampir selalu bertentangan dengan pemerintah pusat di bawah kendali Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Contoh yang sempat ramai diperbincangkan tentu saja terkait dengan permohonan Anies tentang karantina wilayah. Namun akhirnya ditolak pihak pusat, untuk kemudian diganti dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Meski pada akhirnya, Anies harus mengalah dan mematuhi kebijakan dari pemerintah pusat, bukan berarti permasalahan antara dirinya dengan pihak istana selesai. Selalu saja ada hal yang memantik perseteruan diantara mereka.

Sebut saja, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini pernah terlibat silang pendapat dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terkait Dana Bagi Hasil (DBH).

Dalam hal ini, Anies pernah meminta DBH tersebut segera dibayarkan pihak pusat terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Hal itu terpaksa dilakukannya guna memenuhi kebutuhan penanganan virus corona.

Namun, Sri Mulyani kekeuh enggan mengucurkan dana tersebut dengan alasan menunggu hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Meski akhirnya dana itu dikucurkan juga walau hanya setengahnya atau Rp. 2,6 triliun dari yang seharusnya 5,1 triliuan.

Sedangkan sisanya, Sri Mulyani tetap pada pendiriannya, yaitu menunggu hasil audit BPK.

Tak berselang lama, giliran Sri Mulyani yang menyindir atau mengejek Anies Baswedan tak punya uang untuk membiayai warganya dalam menghadapi pageblug ini.

Namun kemudian, tudingan tersebut dibantah keras oleh Anies. Dia mengaku telah mengalokasikan Rp. 5 triliun untuk biaya tak terduga (BTT) penanganan virus corona. Justru Anies sedang menunggu sisa DBH yang masih belum dibayarkan pemerintah pusat sebesar Rp. 2,5 trilun.

Selain dengan Sri Mulyani, Anies juga sempat gontok-gontokan dengan Menteri Sosial Juliari Batubara dan Menko PMK Muhadjir Effendy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun