Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Harus Diakui, Kali ini Anies Kalah Start

11 Mei 2020   21:27 Diperbarui: 11 Mei 2020   22:12 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUKAN jadi rahasia umum, bantuan sosial yang diperuntukan masyarakat terdampak pandemi virus corona atau covid-19 menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang cukup memprihatinkan.

Pasalnya, bantuan dimaksud masih saja terjadi salah sasaran di berbagai daerah di Indonesia. Penyebabnya yaitu masih kaca balaunya data pemerintah terkait siapa sebenarnya yang berhak menerima bantuan dimaksud.

Bagaimana tidak disebut kacau alias berantakan, jika masih banyak ditemukan pihak-pihak atau masyarakat yang mampu bahkan sangat mampu justru mendapatkan bantuan. Sebaliknya, yang berhak malah harus gigit hari.

Parahnya, di beberapa daerah termasuk kebetulan terjadi di tempat saya tinggal, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ada orang yang sudah meninggal dunia dan masih mendapat bantuan.

Terkait salah sasaran dan belum atau mungkin tidak mendapat bantuan sosial tersebut juga terjadi di DKI Jakarta. Khususnya mereka-mereka yang statusnya sebagai perantau.

Saya masih ingat betul, pernah membaca dari beberapa sumber berita bahwa masyarakat perantau yang tinggal di Ibu kota dan tidak mudik, akan dijamin segala kebutuhan dasarnya oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui program bantuan sosial. Namun apa lacur, hingga saat ini apa yang dijanjikan tersebut tak kunjung terwujud. Khususnya masyarakat perantau yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah.

Karena tidak ingin warga masyarakatnya yang sedang merantau dan tidak bisa pulang terlantar karena adanya larangan mudik dari pemerintah pusat, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bertindak cepat. Politisi PDI Perjuangan itu memutuskan untuk memberikan bantuan sosial dalam menjamin kebutuhan dasar warga masyarakatnya.

Dikutip dari Kompas.com, Ganjar mengatakan, pihaknya akan mengirim 26.000 paket bantuan sembako kepada perantau asal Jateng yang ada di DKI Jakarta.

"Terkait jumlahnya, saat ini telah terdaftar 60.000 orang. Setelah diverifikasi menjadi 26.000 orang," ungkap Ganjar saat ditemui di rumah dinasnya, Minggu (10/5/2020).

Dia menjelaskan, pengurangan sebanyak itu terjadi karena ada warga yang sudah pulang kampung.

Masih dikutip Kompas.com, Ganjar juga menyebut, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng sedang menyiapkan pengiriman bantuan tersebut melalui PT Pos Indonesia.

"Mudah-mudahan tidak lama segera kelar. Tinggal hitungan teknis dan pembiayaannya (biaya pengiriman)," katanya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (10/5/2020

Pemimpin Tanggap dan Tak Banyak Cakap
Bagi saya, tindakan cepat tanggap Ganjar ini membuktikan bahwa dirinya merupakan pemimpin yang cepat tanggap dan paham akan kesulitan yang sedang dihadapi warganya di perantauan.

Dalam hal ini, Ganjar tidak harus menunggu janji-janji manis Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang jauh sebelumnya telah menyepakati akan memberikan jaminan kebutuhan warga perantau. Namun, nyatanya hingga saat ini masih tak kunjung datang.

Dari sini jelas, Ganjar Pranowo adalah tipikal pemimpin yang tidak perlu banyak narasi guna menyenangkan semua pihak. Bagi dia, lebih baik tidak banyak cakap tapi cepat dalam melaksanakan eksekusi.

Memang benar, di saat masyarakat sedang dihadapkan dalam kesulitan akibat pandemi covid-19 bukanlah janji-janji manis yang dibutuhkan. Melainkan, aksi nyata berupa bantuanlah yang dibutuhkan. Karena hal tersebut sudah pasti memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat. Semakin cepat, maka akan jauh lebih baik.

Bukan bermaksud untuk membandingkan. Tapi dalam hal kecepatan bertindak atau eksekusi bantuan sosial terhadap masyarakat perantau, patut diakui kalau Anies Baswedan kalah start oleh Ganjar Pranowo.

Dengan begitu, semakin membuktikan bahwa Anies memang hanya pandai atau cakap dalam membangun narasi tapi lemah dalam bertidak. Sementara Ganjar boleh jadi tidak sepintar Anies dalam membangun narasi publik. Tapi, hal tersebut dia imbangi dengan kecepatan dalam bertindak.

Dari sini tentu saja masyarakat akan lebih mampu menilai, pemimpin mana yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Pemimpin cakap narasi lemah aksi atau sebaliknya pemimpin lemah narasi tapi kaya aksi?

Kalau bagi saya, sudah pasti akan memilih pemimpin yang kurang kuat dalam bernarasi asal cepat dalam beraksi. Karena kalau masalah narasi jelas bisa dipelajari. Sementara soal aksi atau tindakan tentu hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang memiliki rasa kepedulian tinggi dan jiwa kepemimpinan kuat.

Dalam hal ini mampu memahami segala keluh kesah warga untuk kemudian memberikan solusinya dengan cepat dan tepat. Solusi di sini tentu saja bukan sekedar janji-janji manis yang tak pasti. Tapi, memenuhi segala kebutuhan warganya dengan cepat dan pasti.

Dan, Ganjar Pranowo setidaknya telah membuktikan bahwa dia adalah pemimpin yang peduli terhadap warganya yang sedang dalam perantauan.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun